Rabu, 29 Maret 2017

Heroine Personage | YUNA (Sword Art Online: Ordinal Scale)



Yuna di film Sword Art Online: Ordinal Scale adalah seorang AR Idol yang kerap bernyanyi untuk mengiringi para pemain menghadapi bos-bos di game Ordinal Scale. Yang mana pada akhir cerita ditemukan bahwa karakter diva ini merupakan seorang korban dari game SAO yang sedang berusaha dihidupkan kembali oleh Profesor Dr. Shigemura, seorang developer game OS dan dosen dari Universitas yang sama dengan mendiang Kayaba Akihiko.


Dibantu oleh Eiji (yang sangat dekat dengan Yuna ketika di SAO), Dr. Shigemura menjadi developer game Ordinal Scale dengan rencana mengambil memori para survivor SAO dan mengumpulkannya untuk membuat Yuna kembali ke dunia nyata dan mengakibatkan para survivor SAO kehilangan ingatan mereka tentang game mematikan tersebut.

Lagu-lagu yang dibawakan oleh Diva AI pertama ini bisa dilihat di bawah ini (btw ini gue ngga sesuai urutan nyanyi nya di film ya, random pick aja):


Sword Art Online: Ordinal Scale - "longing" by Yuna


Sword Art Online: Ordinal Scale - "Ubiquitous dB" by Yuna


Sword Art Online: Ordinal Scale - "Break Beat Bark!" by Yuna


Sword Art Online: Ordinal Scale - "delete" by Yuna


Sword Art Online: Ordinal Scale - "smile for you" by Yuna (This video Nightcore Version. Sorry can't find the original one)


Sejauh ini lagu kesukaan gue adalah Ubiquitous dB.


Menurut link fb cgv karakter Yuna ini tersinspirasi dari penyanyi Avril Lavigne. Dengan pengisi suara Sayaka Kanda, ia menyanyikan sebagian besar lagu yang diciptakan oleh Yuki Kajiura.

Fakta lain yang terdapat di film Ordinal Scale adalah (SPOILER):

1. Hantu bertudung yang ditemui Kirito adalah Yuna.

2. Yuna adalah pemain ranking 1 di game Ordinal Scale.

3. Yuna (Yuuna Shigemura) adalah anak perempuan dari Dr. Shigemura, developer game Ordinal Scale sekaligus guru dari Kayaba Akihiko.

4. Yuna membantu Kirito dan yang lainnya untuk memasuki full dive Augma saat Kirito akan bertarung melawan bos level 100 Aincrad.

5. Pengisi suara Yuna (Sayaka Kanda) bukanlah seorang seiyuu, melainkan seorang penyanyi.

6. Sayaka Kanda adalah pengisi suara Anna di Frozen versi Jepang.

7. Yang mengenalkan SAO pada Yuna pertama kali adalah ayahnya. Ia dihadiahi Nerve Gear oleh ayahnya.

8. Yuna sangat dekat dengan Eiji di SAO. Dr. Shigemura berjanji pada Eiji bahwa ia dapat hidup bersama Yuna ketika Yuna berhasil dihidupkan kembali. Namun hal tersebut tidak ditepati karena untuk menghidupkan Yuna kembali, ingatan milik Eiji juga harus diambil.

9. Pada akhirnya Yuna tidak jadi dihidupkan kembali di the movie Ordinal Scale.


Segitu aja spoiler fact mengenai karakter Yuna di Ordinal Scale ini (yang gue tau). After all, gue suka banget sama karakter kawaii yang satu ini. Sebuah side-chara yang luar biasa catching dan membuat pikiran gue dimainin selama jalannya film. Karena pertama gue pikir karakter Yuna ini adalah karakter yang jahat di film. Tapi ternyata beberapa dugaan gue tentang Yuna adalah SALAH besar. Hahaha.

Segitu aja.


Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--

Senin, 27 Maret 2017

Sword Art Online Season 3!!! | Alicization



It is officially announce!

Di post credit film Sword Art Online: Ordinal Scale terdapat teaser season 3 dari anime ini. Pada season 3 ini diambil dari Arc Alicization. Nantinya akan tampil karakter Eugo dan Alice yang sudah lebih dulu diperkenalkan lewat event di Sword Art Online: Memory Defrag.


Untuk bagaimana kelanjutannya nanti kemungkinan bagi para fans yang udah lebih dulu membaca Light novel-nya ngga akan kaget atau kepo lagi dengan jalan ceritanya. Tapi berita ini sungguh membawa begitu banyak nostalgia mengingat begitu lama kami harus menunggu anime selanjutnya setelah season 2 SAO yang tayang bertahun lalu.

Sayangnya waktu gue nonton Ordinal Scale kemarin, gue udah keluar bioskop sebelum menyaksikan teaser di post credit (berhubung sudah malam dan takut ngga bisa pulang) jadi gue cuma bisa lihat scene tersebut di youtube. Game selanjutnya disebut RATH. Apakah ada hubungannya dengan tikus--RAT(H)? Kita tunggu saja animenya tayang.




Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--

Rabu, 22 Maret 2017

Sword Art Online The Movie: Ordinal Scale | 2017


"Nerve Gear membuat dunia virtual menjadi nyata, Augma membuat dunia nyata menjadi virtual.." --Kirito.

Ngga bisa dipungkiri betapa banyak orang yang ngga suka banget sama anime ini. Sampai-sampai mereka benci karena alur ceritanya yang tiba-tiba jadi romance dan harem-harem-an. Tapi ngga sedikit juga yang suka banget sama anime ini dan memilih untuk ngga memperdulikan kelemahan dan kenyataan yang ngga sesuai ekspektasi. Dan gue adalah salah satu orang yang memfavoritkan anime ini.

Buat para fans SAO, menunggu anime season 3 itu sangaat laaaammaaaa. Padahal kalo kita ikutin Light Novel-nya, cerita SAO ini udah jauh banget. Tapi masih ada harapan sih kayaknya untuk season 3. Kita tunggu ajaa~

Oke di post kali ini gue akan bahas film terbarunya yaitu Ordinal Scale.



Terhitung lama setelah adaptasi anime nya yang terakhir tayang. Film bertajuk Ordinal Scale ini setidaknya menghilangkan rasa kangen kami pada Kirito dan kawan-kawan..

Seiyuu Yoshitsugu Matsuoka dan Haruka Tomatsu masih mengisi suara dua sejoli Kirito dan Asuna. Dengan seorang idol baru bernama Yuna (Sayaka Kanda) yang karakternya sebagai AI Singer pertama yang bernyanyi untuk para pemain.

Dari trailer nya yang sudah muncul pertengahan tahun 2016 lalu, film ini dilihat cukup menjanjikan. Dengan graphic yang bagus dan sountrack masih menggandeng penyanyi cantik LiSA, dengan mengeluarkan beberapa teaser saja, SAO OS udah menyita perhatian banyak penggemarnya dan membuat kami tidak sabar menunggu.

Di Indonesia film ini akhirnya tayang pada 22 Maret 2017 setelah beberapa kali mengalami kemunduran jadwal. Untuk CGV Blitz sendiri mengadakan screening film ini di CGV Grand Indonesia pada 25 Februari 2017 lalu. Sebenernya gue pengen banget ikut screening nya (biar lebih dulu nonton plus dapet official merchandise XD). Tapi apa daya waktu itu bertepatan banget sama ujian di kampus. Jadi baru pada 22 Maret gue meluncur untuk menyapa kembali sang kekasih Kirito-kun😍😍.

Kali ini gue nonton sendirian tanpa partner. Beruntungnya setelah ngga lama gue duduk di bangku gue, ada dua orang cewek jilbab yang ternyata pas film mulai sama histerisnya sama gue. Gue ngerasa euforia waktu pertama kali nonton Fantastic Beast and Where To Find Them terulang lagi pas film ini dimulai.

Tambah baper pas scene pertama ternyata flashback dari memori Kirito dan Asuna di lantai 22 di rumah mereka di SAO (yang mana ternyata scene ini adalah kunci klimaks film ini). Mereka sedang saling bertukar janji untuk bertemu kembali di dunia nyata dan kembali melanjutkan perasaannya masing-masing.

Dua tahun setelah SAO dikalahkan, terciptalah perangkat baru bernama Augma--Augmented Reality (AR) yang memungkinkan pemain merasakan sensasi permainan secara nyata. Dan semenjak ada AR, penggunaan VR (Nerve Gear dan Amusphere) mulai menurun.

Sebagai pengganti ALO (Karena SAO terlalu mengerikan) muncullah Ordinal Scale. Permainan yang memunculkan peringkat pemainnya di atas kepala mereka itu menarik terlalu banyak perhatian karena sekali kita bermain dan menyelesaikan quest, hadiahnya adalah hal-hal di kehidupan nyata seperti makanan, minuman, ataupun voucher gratis. Semua orang termasuk Klein (Seiyuu Hiroaki Hirata) dan guildnya, Asuna, Silica dan Lisbeth berlomba-lomba menaikkan peringkat mereka kecuali Kirito yang tidak terlalu antusias dengan game ini.

Sebenernya gue agak shock liat trailer film ini karena badannya Kirito tampak begitu berisi dan jauh beda sama Kirito versi ALO, GGO ataupun SAO. Dan akhirnya terkuaklah alasan 'gemuk' nya dia di film ini adalah karena cuma dia yang ngga suka main OS. Jadi OS itu mainnya kan dengan kesadaran penuh, otomatis memaksa para pemainnya menggerakkan tubuh mereka secara real. Berhubung Kirito emang ngga suka banget latihan fisik, maka menggemuklah badannya XD.



Ordinal Scale, sedikit mengingatkan gue sama game yang sempet booming beberapa waktu lalu yaitu Pokemon. Jadi tiap ada bos yang muncul, orang-orang berkumpul di tempat dan waktu yang udah ditentukan dan hanya dengan membawa tools Augma mereka, mereka bisa bermain game secara nyata (dan kalau mereka lepas Augma ngga ada fantasi apa-apa). Pada setiap kesempatan bertarung dengan bos, Idol AI Yuna selalu muncul dan bernyanyi untuk menyemangati para pemain.

Di pertempuran melawan bos OS yang pertama Kirito join, dia merasa ada hal yang ngga beres. Bos yang mereka hadapi ternyata adalah bos yang mereka hadapi di game SAO. Saat itu rank Kirito sekitar 1000 atau 10000 gitu, karena emang dia lebih suka permainan VR daripada AR. Lalu di tengah pertempuran Kirito dan Asuna bertemu dengan orang dengan ranking 2. Kekuatannya luar biasa diatas rata-rata, namun Asuna merasa ada yang aneh dengan orang bernama Eiji (Seiyuu Yoshio Inoue) itu saat dia mendengar orang itu berkata 'switch'--kata khas yang diucapkan pemain SAO.

Asuna lebih sering ikut bagian untuk melawan bos. Sedangkan Kirito yang tidak terlalu suka (atau tidak terlalu percaya Augma lebih safety dari Nerve Gear dan Amusphere) selalu mengingatkan teman-temannya untuk tidak terlalu sering bermain OS. Namun tiba-tiba semuanya berubah saat Asuna kehilangan ingatannya tentang yang terjadi di SAO!

Di kali keempat melawan bos, Asuna menjatuhkan HP nya hingga ke angka nol dan tiba-tiba saja memorinya tentang apa yang terjadi di SAO tidak dapat ia ingat. Hal tersebut membuat Kirito khawatir. Lalu saat itulah ia sadar kalau Augma memiliki kemampuan untuk memindai dan menghapus memori otak pemakainya. Menurut info dari dokter yang menangani kasus Asuna, ada beberapa orang Survivor SAO yang mengalami hal serupa.

Kirito mendatangi dan menanyakan langsung pada pencipta Augma yang adalah seorang profesor di universitas yang ingin dia masuki sekaligus tempat Kayaba Akihiko dulu. Namun jawaban yang ia dapatkan tidaklah memuaskan dan membuatnya makin berpikiran negatif pada Augma. Sejak saat itu Kirito menjadi serius menanggapi game OS ini dengan mengikuti semua pertarungan melawan bos sampai akhirnya rankingnya naik ke angka 6 dan berusaha mencari tahu rahasia dibalik Augma.

Dari sini niat buruk Dr. Tetsuhiro Shigemura (Seiyuu Takeshi Kaga) itu mulai terkuak. Ia memiliki rencana yang dilakukannya bersama dengan si ranking 2 Eiji untuk menghidupkan kembali Yuna--Yuuna Shigemura (yang ternyata anaknya yang telah mati di game SAO). Mereka mengumpulkan memori ingatan para Survivor SAO untuk menghidupkan kembali Yuna. Dengan cara mengumpulkan para Survivor SAO di konser Yuna lalu mengeluarkan semua bos dari SAO untuk memaksa mereka bertarung dan mengeluarkan memori SAO mereka.

Kirito yang sudah mengetahui rencana tersebut telah mengalahkan Eiji yang merupakan kaki tangan Dr. Shigemura sekaligus mantan member dari guild Knight Oath Bloods di SAO. Dan dengan dibantu oleh 'hantu Yuna' untuk membuat tools Augma ke mode VR, dia dan yang lain menyelamatkan para Survivor SAO dengan satu-satunya cara yaitu mengalahkan bos terakhir di lantai 100 Aincrad. Setelah mengalahkan bos di level 100, Kirito mendengar ucapan selamat dari Kayaba Akhiko dan mendapatkan reward berupa sword dengan kekuatan luar biasa. Setelah kembali ke dunia nyata, 'hantu Yuna' yang tidak bisa lagi menahan serangan untuk melindungi Kirito pun kalah. Dengan pedang barunya, Kirito dengan gampangnya menyabet bos-bos Aincrad dan menjadi si ranking 1.

Sebenernya konsep dari The Movie Ordinal Scale ini masih sama dengan SAO, perangkat merusak otak yang bisa berakibat kematian. Pada akhirnya Yuna harus tetap mati karena programnya direstart bersama dengan kalahnya bos di level 100.

Pertama kali mulai, graphic-nya udah bikin meleleh dan jatuh cinta. Pokoknya kualitasnya ngga beda jauh sama animasinya Kimi No Nawa kemarin deh. Menurut gue sih lebih keren karena banyak adegan berantemnya yang bikin merinding dengan durasi yang ngga sebentar. Apalagi pas pertarungan melawan bos di level 100 ihh cakep banget. Ngga nyangka gue mereka bakal ngeluarin bos level 100 Aincrad di film ini. Penggambaran tokoh-tokohnya yang makin dewasa juga keren banget, motornya Kirito, kisah cinta Kirito-Asuna yang so sweet tapi ngga berlebihan, dan juga tokoh Yuna dan Eiji yang ngga kalah keren. Lagu yang dinyanyiin Yuna juga enak-enak banget (gue bahkan udah dengerin playlistnya dua minggu sebelum nonton film ini--kalian bisa cek disini untuk denger lagu-lagunya). After all pokoknya gue puas banget sama animasi satu ini. Dan kalaupun diajak nonton lagi gue pasti ngga akan nolak.




Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--

Rabu, 15 Maret 2017

19. Uncovered ~~ The Little You Know The Little Chance You'll Die


Semua orang itu sama. Yang membedakannya adalah bagaimana cara berpikir mereka. Dan apakah mereka cukup berani untuk melakukan apa yang mereka pikirkan.

"Emm.. Kamu sadar yang kamu bilang, Kee?" Tanyaku.

"Apa?" Ucap Kee tidak mengerti.

"Apa kamu baru aja melamarku?" Tanyaku dengan nada bergetar. Aku malu sekali mengatakan hal ini.

"Apa itu terdengar seperti melamar?" Keenan balik bertanya.

"Aku ngga tau." Ucapku jujur.

Keenan tersenyum. "Sheerin, aku akan melamarmu dengan suasana yang lebih manis suatu hari nanti." Ucapnya dengan kedua bola mata menatap tajam padaku.

Seluruh wajahku panas. Aku rasa saat ini inderaku berfungsi sebagaimana mestinya seorang gadis tersipu malu. Aku makin merasa malu pada diriku sendiri.

Kami mulai menjauh meninggalkan lingkungan penjara.

***

Aku makan siang di salah satu restoran cepat saji. Jujur saja, aku sangat mencintai makan ayam goreng tepung yang katanya makanan sampah itu. Tapi makan siangku kali ini tidak senikmat biasanya. Aku masih belum mendapat kabar dari sahabat kesayanganku yang sedang pergi kencan dengan pacar barunya. Dan harus kuakui, menunggu kabar itu ternyata membuat jantungku was was. Bagaimana tidak. Orang yang kutunggu sedang bersama dengan orang yang sama sekali tidak kuharapkan.

"Ayolah sayang. Jangan muram begitu. Kita kan juga sedang kencan." Ucap Keenan seakan baru saja membaca pikiranku.

"Oh, apa kamu lagi ngga ada kerjaan, Kee? Aku bosan." Ucapku.

"Sepertinya ngga. Aku lagi malas ambil bagian." Jawab Keenan.

"Sungguh? Tadi kamu kayak mau mangsa waktu Kak Lisa ngejek." Ledekku.

"Yah. Itu kan beda. Aku cuma tinggal menghabisi dia tanpa banyak pikir dan menyusun rencana. Aku cuma lagi malas mikir aja." Ucap Keenan.

"Wah kalau begitu berarti kamu harus mulai pensiun dini sayang." Ucapku seraya tertawa.

"Dan biar kutebak siapa yang akan mengambil pekerjaanku.." Ucap Keenan.

"Taraaa Sheraphyna Shine yang berkilauan." Aku melanjutkan kalimatnya lalu tertawa.

"Hey, aku ngga akan ngebiarin seorang amatir mencuri pekerjaanku." Ucap Keenan.

Aku hanya tertawa.

Tiba-tiba handphone Keenan yang tergeletak di atas meja berdering. Karena kedua tangan Keenan sedang mengeksekusi sepotong ayam, aku otomatis langsung mengambilnya dan melihat siapa yang telpon, 

"Halo, Ma." Ucapku mengangkat telpon dari mamanya Keenan.

"Oh, kenapa kau yang angkat telponku, Mice." Ucap mama Keenan di seberang.

Mamanya Keenan memanggilku Mice=tikus. Itu terjadi karena menurutnya aku ini seekor makhluk pengerat kecil yang sangat menggangu.

"Kalian ada dimana?" Tanya mama Keenan.

"Kami sedang makan siang." Jawabku.

"Oh baiklah. Dua puluh menit lagi aku tunggu di rumah. Ada hal yang harus kalian lakukan untukku." Ucap mama Keenan.

"Baiklah. Kami akan langsung kesana, Ma." Ucapku.

"Jangan terlambat, Mice." Ucap mama Keenan lalu mengakhiri telpon kami.

Aku kembali ke makan siangku. Kini dengan semangat yang agak aneh.

"Untung kita ngga terlalu jauh dari rumah kamu, Kee." Ucapku. "Dia punya tugas untuk kita."

Keenan menelan suapan terakhirnya agak buru-buru untuk menjawab "Atau mungkin mama udah tau kita ngga terlalu jauh dari rumah."

Setelah perut terisi penuh, kami melanjutkan kencan kami ke rumah keluarga besar Killian. Aku sedikit melupakan sahabatku Diva karena aku tahu nanti akan sangat seru.

Keenan memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang luas seperti biasa. Kulihat mobil papanya juga sudah terparkir manis di sebelah mobilnya. Mobil itu tampak sangat kotor dan velg bannya dipenuhi lumpur yang mengeras.

"Mereka dari jauh ya?" Tanyaku.

"Sepertinya begitu." Jawab Keenan. "Ayo. Kita terlambat 2 menit."

Aku mengikuti langkah Keenan yang membawaku ke belakang rumahnya. Disana ada sebuah pintu yang tertimbun di tanah. Ini adalah kali kedua aku masuk ke ruangan dibalik pintu kecil itu. Pertama kali aku masuk kesana orang tua Keenan tampak seperti hendak membuang bangkai tikus--mungkin karena itu juga aku dipanggil Mice--hidung mereka tidak berhenti mengembang dan dua pasang mata tajam yang menyipit menempel pada penampilanku yang bisa dinilai 6/10.

Aku menuruni anak tangga berlumuran darah dengan hati-hati. Berusaha untuk tidak terpeleset atau menyentuhkan kulitku dengan cairan berwarna merah berbau amis itu. Karena biasanya darah yang sudah tercecer seperti itu, banyak ditumbuhi bakteri yang membuat kulitku gatal.

Setelah menuruni tangga sekitar tiga meter dibawah tanah, kami tiba pada ruangan yang bisa dibilang luas untuk ukuran ruang rahasia bawah tanah. Kedua orang tua Keenan bersama adik kecilnya Grace tampak tengah menunggu kami.

Pakaian yang dipakai mama dan papa Keenan berlumuran darah. Di belakang mereka terlihat samar olehku sesosok tubuh seorang wanita, terbaring tanpa busana.

Di sebelah ranjang yang ditiduri wanita itu ada meja berukuran kira-kira 70 x 70 senti dengan berbagai jenis dan ukuran pisau dan gunting tertata rapi dan bersih diatasnya.

Aku tahu seharusnya ketika bertemu dengan orang tua dari pacar, biasanya kita saling bersapa. Tapi kebiasaan itu tidak berlaku untuk keluarga ini. Mereka tidak terlalu mementingkan kesopanan, mereka lebih suka orang yang tidak banyak bicara tapi punya skill luar biasa. Dan aku menyukai itu.

"Sepertinya dia masih muda." Ucap Keenan mendekati tubuh si wanita sambil memperhatikan wajahnya.

"Berapa umurnya?" Tanyaku ikut mendekat untuk melihat lebih jelas wanita itu.

"Delapan belas tahun. Kelas dua SMA." Jawab papa Keenan dengan nada yang tidak sama sekali menunjukkan sifat kebapakan. Suaranya sedingin es.

"Tumben anak muda." Bisikku kepada Keenan.

Keenan memasang sarung tangan karet ke kedua belah tangannya yang panjang-panjang. Lalu menyentuh bagian kiri dada si wanita dan berjengit.

"Dia masih hidup?" Ucap Keenan langsung menjauhkan tangannya.

"Klien kami bilang mereka tidak peduli pada tubuhnya.  Mereka hanya ingin anak ini hilang dari pandangan. Jadi sayang sekali kan kalau tubuhnya tidak dimanfaatkan." Ucap mama Keenan.

Aku menelan ludah ke tenggorokanku yang tiba-tiba kering secara misterius.

"Jadi tugas kami memisahkan bagian tubuhnya sebelum membunuhnya?" Tanya Keenan serius.

"Tentu. Jarang sekali kita punya objek hidup untuk dipraktekan pada Grace. Kurasa ini suatu keberuntungan." Ucap mama Keenan.

"Sejujurnya aku ingin sekali mendapat kesenangan membedahnya. Tapi mamamu bilang kami harus melayani klien selanjutnya." Ucap papa Keenan.

"Kalian langsung pergi?" Tanyaku.

"Ya, Mice. Waktu adalah nyawa. Semakin kau lambat, semakin sedikit nyawa yang bisa kau hilangkan." Ucap mama Keenan.

"Kami akan langsung pergi setelah mandi." Ucap papa Keenan.

"Selamat bersenang-senang kalian bertiga." Ucap mama Keenan seraya mengecup kening Grace lalu memanjat naik ke tangga keluar.

Tersisalah kami bertiga. Keenan masih terus memperhatikan dan meneliti tiap senti kulit si wanita. Aku tahu wanita itu masih hidup. Tapi tidak akan lama lagi.

Di sisa ranjang yang ditiduri wanita itu ada sebuah berkas dalam map berwarna merah hati. Aku membuka berkas tersebut dan melihat foto diri si wanita beserta dengan kartu identitas dan biodata lainnya. Nama gadis itu Marleen. Kalau aku punya hati, aku pasti merasa kasihan pada cewek ini. Usianya baru delapan belas tahun dan harus mati di usianya yang masih remaja itu. Sebuah keberuntungan sebenarnya dia lahir di keluarga yang kaya raya. Pewaris tunggal dari perusahaan internasional yang sukses di negara ini dan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya. Namun nasib buruk karena memiliki seorang paman yang haus kekayaan. Cewek ini dibunuh oleh pamannya sendiri yang menginginkan perusahaan ayahnya jatuh ke genggamannya. Wajahnya juga sangat cantik. Aku yakin banyak sekali cowok yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan gadis ini.

Diantara berkas yang tersusun rapi di map merah hati itu, ada sebuah kartu nama berwarna hitam dengan tulisan berwarna emas yang berbunyi: 'Xs Corp.' dan sederetan nama dan nomor telpon. Kurasa ini milik paman dari gadis ini. Karena sepertinya kartu nama ini tidaklah resmi milik perusahaan Xs. Tidak ada logo atau keterangan alamat lengkap pada kartunya.

Aku menutup berkas itu dan menyegelnya dengan coretan tinta merah berbunyi: 'BY MR. AND MRS. KILLIAN'.

"Kau akan dapat menulis namamu sendiri suatu hari nanti." Ucap Keenan yang ternyata lama memperhatikanku.

Ya. Aku akan menjadi pembunuh bayaran berikutnya di keluarga ini. Kemampuanku memang masih bisa dibilang standar agak tinggi sedikit dari yang bisa dilakukan Grace. Tapi setelah orang tua Keenan mengizinkanku untuk masuk ke dunia mereka, mereka dengan murah hatinya mengajariku beberapa cara dan teknik dalam keluarga ini.

Keluarga Keenan memang sudah sangat lama melakukan bisnis luar biasa keren ini. Mereka sekeluarga adalah satu-satunya keluarga pembunuh bayaran yang paling ditakuti di negara ini. Bukannya tidak ada pihak yang menolak pekerjaan mereka. Polisi dan detektif beberapa kali mengusut dan mencari tahu informasi Killian's Family, tapi sebelum menemukan titik terang, tiba-tiba mereka terbunuh secara misterius.

Aku beruntung bisa satu sekolah dengan anak mereka, Keenan. Saat itu dia menemukanku sedang melakukan pelanggaran peraturan sekolah yang cukup fatal--memotong beberapa jari teman sekelasku yang sedang ketiduran di kelas pada jam olahraga--dan dia menilai kalau aku anak yang asik dan akan sangat cocok dengan dirinya. Jadi mulai saat itu kami pacaran.

Grace memasang sarung tangan karet pada tangannya sendiri dan mulai memperhatikan kakaknya dengan seksama. Tatapan mata anak tiga tahun itu berubah menjadi tajam dan mematikan. Grace adalah spesialis serangga di keluarga ini. Dia hanya beberapa kali melihat kakak-kakaknya membedah tubuh mati manusia tanpa ikut campur tangan. Tapi ini adalah kali pertama ia melakukannya dengan tubuh manusia yang masih bernyawa. Dan sepertinya ia akan mengambil beberapa bagian dalam pembedahan kali ini.

"Baiklah, kau siap, Grace?" Tanya Keenan dengan nada penuh semangat.

Grace mengangguk penuh semangat.

Keenan menyuntikkan suatu cairan pada tangan Marleen. Cairan itu dimaksudkan untuk menetralisir racun lumpuh pada tubuhnya agar dia cepat sadar. Pada praktek bedah di kedokteran, membius pasien adalah hal paling utama yang harus dilakukan. Tapi hal itu sama sekali tidak ada sensasinya. Kami memilih untuk mendengarkan isakan dari cewek itu ketika kami perlahan mulai mengangkat satu persatu bagian dalam tubuhnya. Dan itulah yang membedakan pembedahan orang mati dan orang hidup, kau bisa membuatnya bersuara. Orang tua Keenan pun ingin Grace merasakan sensasi yang berbeda ketika kami mencobanya menemui pasien yang dibedah saat masih hidup.



Rabu, 08 Maret 2017

18. Mercy ~~ The Little You Know The Little Chance You'll Die


Akan selalu ada matahari setelah malam yang panjang. Harapan bisa datang dari mana saja.

Aku menjabat tangan terborgol Kak Aiden dan Kak Lisa. Tubuh mereka sangat kurus walaupun aku tidak bisa dibilang gemuk, kondisi tubuh mereka jauh lebih memprihatinkan.

Mereka duduk berhadapan denganku dan Keenan.

"Kamu sudah dapat kabar dari Candice?" Tanya Kak Aiden.

"Mmm kayaknya dia udah lupa sama dua kakaknya deh." Jawabku dengan nada mencemooh.

"Hei, jangan samakan adik kami dengan kau, iblis." Ucap Kak Lisa naik pitam.

"Hey Kak. Aku kan adik kalian juga." Protesku. "Adik tersayang malah." Aku menyeringgai kecil.

"Kamu tidak waras, Sheerin. Cepat beritahu kami keadaan Candice." Ucap Kak Aiden.

"Tenang aja Kak. Selama kalian baik-baik aja menjalani hukuman ini, Kak Can ngga akan kenapa-kenapa kok." Ucapku.

Kesunyian menyelinap di ruang tersebut selama beberapa saat. Kak Aiden tampak tidak melepas pandangannya dariku. Sedangkan Kak Lisa terus memperhatikan Keenan.

"Kak." Ucapku memecah kesunyian.

"Apa?" Tanya Kak Aiden dengan nada terpaksa. Setiap kali aku berkunjung dia selalu menunjukkan senyuman penyesalan itu. Nada suaranya pun seperti menandakan kalau dia lebih baik tidak bicara padaku.

"Kakak ingat temanku Doni?" Tanyaku dengan nada santai biasa.

"Cowok yang bikin kamu tinggal kelas?" Ucap Kak Aiden. "Kenapa?" Lanjutnya.

"Dia pacaran sama Diva." Ucapku.

"Wah bagus dong. Siapa tahu kali ini kamu ketangkap basah lagi sama dia." Ucap Kak Lisa nimbrung.

"Kamu udah ngga kayak dulu lagi kan, Sher?" Tanya Kak Aiden. Nada suaranya berubah melembut.

"Ngga kak. Aku--." Aku menengok ke wajah Keenan. Raut wajahnya tanpa ekspresi.

"Aku akan ngelindungin Sheerin." Ucap Keenan tiba-tiba memotong ucapanku.

Kak Lisa mengeluarkan tawa cemooh. "Bisa apa kamu, dek? Jangan mentang-mentang kamu sama psyco-nya seperti Sher kamu bisa ngelindungin dia dari apapun. Udah deh mending kalian akuin kesalahan kalian dan tinggal disini sama kami." Kak Lisa terus menggerutu.

Keenan hanya diam dihina seperti itu. Semoga kali ini dia bisa tahan emosi. Tapi kulihat tangannya terkepal. Ia menatap Kak Lisa sangat tajam. Emosinya pasti akan meledak sebentar lagi.

"Tahan, Kee. Kak Lisa cuma ngga tahu kamu yang sebenarnya." Ucapku mencoba menenangkan.

Ya. Kalau saja Kak Lisa tahu siapa Keenan sebenarnya, jangankan untuk menghina ke-psyco-annya. Untuk menatap seperti barusan saja aku yakin dia tidak akan berani.

Aku membuka resleting tasku dan merogohkan tangan ke dalamnya. Lalu mengeluarkan sebuah kertas berwarna merah dengan ketebalan sekitar setengah senti dan dihiasi banyak ornamen renda warna putih di pinggirnya.

"Sebenernya aku ngga mau kasih tahu berita ini. Tapi kayaknya kalian pantas untuk tahu." Ucapku sambil melempar kertas bertuliskan 'invitation' yang kukeluarkan dari tas ke meja.

Kak Aiden mengambil kertas itu dan membukanya. Kak Lisa tampak shock lalu meneteskan air mata.

"Kamu serius dengan ini?" Tanya Kak Aiden dengan sepasang bola mata membesar menatapku.

"Yah, aku dapat itu beberapa minggu lalu dari tukang pos." Jawabku.

"Candice, adikku. D-dia.." Ucap Kak Lisa terbata dengan mata berkaca-kaca.

"Tenanglah, Lisa. Aku yakin dia akan menjadi lebih baik." Ucap Kak Aiden sambil mengelus lembut punggung adik kembarnya.

Aku melihat pemandangan haru kakak-kakakku. Kadang aku berpikir untuk kembali menjadi Sher yang dulu. Ceria dan dimanja oleh mereka. Tapi aku tahu itu tidak akan mungkin terjadi lagi.

"Aku sudah bilang ke pihak kepolisian. Mereka mengizinkan kalian menghadirinya." Ucapku yang sontak saja membuat Kak Lisa menangis lebih keras lagi.

"Teri-ma ka-sih." Ucap Kak Lisa di tengah isakkannya.

"Pernikahan.." Ucap Kak Aiden.

Dua minggu lagi Kak Can akan melangsungkan pernikahannya dengan seorang pria yang ditemuinya di New York saat sedang berkuliah disana. Dan dia akan melaksanakan acara itu disini. Aku tahu nanti pasti akan merepotkan. Aku juga tidak menyangka hal-hal seperti pernikahan akan berlangsung di keluargaku yang sudah berantakan ini.

Kak Candice sebenarnya tidak tahu tentang fakta kematian orang tua kami. Dia satu-satunya anak di keluarga Shine yang tidak tersentuh apapun karena kejadian meninggalnya orang tuaku bertepatan dengan waktu perginya. Yang dia tahu, orang tua kami kecelakaan lalu meninggal. Kak Aiden dan Kak Lisa yang stress berat karena ditinggal mama dan papa akhirnya menjadi pecandu dan pengedar narkoba. Dan itulah alasan yang diketahui Kak Can mengapa dua kakak tertua kami mendekam di penjara.

Waktu berbicaraku dengan kakak-kakakku habis. Akhirnya aku dan Keenan meninggalkan penjara. Kali ini aku merasa menjadi anak yang sedikit baik. Biasanya saat mengunjungi kakak-kakakku, yang kutinggalkan hanyalah cemoohan. Kali ini aku memberikan kabar bahagia pada mereka berdua.

"Pernikahan." Gumamku sesaat setelah aku menutup pintu mobil Keenan.

"Kau mau juga?" Tanya Keenan yang langsung membuatku terkejut.

"Apa maksud kamu?" Tanyaku untuk memastikan apa yang kupikirkan sama dengan apa yang cowok ini pikirkan.

"Saling menikah, tentu aja." Jawab Keenan.

Aku rasa kedua belah pipiku bersemu merah saat mendengar pernyataan Keenan barusan. Ini pertama kalinya Keenan mengatakan hal-hal seperti 'pernikahan'. Aku tahu kami adalah sepasang kekasih. Kebanyakan pasangan pasti memimpikan untuk menikah suatu hari nanti. Tapi aku dan Keenan bukan pasangan biasa. Kami tidak memiliki tujuan apapun. Kebanyakan percakapan kami adalah tentang pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan rencana dan strategi. Kadang berciuman kalau sedang bosan. Namun hal-hal manis seperti menikah belum pernah terlintas sama sekali. Yang kami tahu, saat kami membutuhkan satu sama lain, kami pasti akan selalu ada. Bukankah itu sudah cukup?

"Emm.."



আPrevious: Nightmare

আNext: Uncovered