Selasa, 23 September 2014

PPSPPT Fakultas

PPSPPT Fakultas

Jum’at 19 September.
Yup, setelah pada 1 Juli 2014 lalu gue ikutin PPSPPT Universitas, kali ini gue mengikuti kegiatan Orientasi Kampus yang lebih kecil lagi yaitu Fakultas. Gue tergabung dalam Fakultas Ekonomi di kampus gue.

Acara dimulai jam 7.00. Tapi setibanya gue di lokasi kampus di daerah Kelapa Dua, ternyata udah banyak banget Maba berpita kuning yang memadati pintu masuk kampus. Untuk mencegah terjadinya kepadatan yang berlebihan, akhirnya kakak-kakak dari BEMFEUG (Badan Eksekusi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas ....) pun membariskan kami. Selama satu jam penuh berdiri dalam barisan, akhirnya gue pun masuk ke dalam sebuah Sport Center kampus yang ternyata ngga jauh lebih sepi daripada pintu masuk.

Selama nunggu di dalam barisan tadi, ada banyak tipe maba yang gue liat. Mulai dari maba yang diem aja, maba yang mulai tengok kanan tengok kiri nyari temen, sampe maba yang udah punya geng sendiri dalam barisan dan bikin kehebohan ala anak SMA *ups. Dan gue salah satu maba yang diem aja di barisan.

Acara pertama dibuka oleh sambutan petinggi-petinggi kampus khususnya untuk Fakultas Ekonomi yaa. Ucapan selamat datang dari Pak Wakil Dekan, dan Kaprodi Fakultas Ekonomi.
Setelah itu, ucapan selamat datang dari para kakak BEM yang menampilkan tarian dance paling absurd yang pernah gue liat. Hahaha peace kak. Dengan bermacam lagu yang mengiri tarian absurd mereka, tapi cukup menghibur (dikit) buat kami para maba.

Acara dilanjutkan dengan menyanyikan mars kampus dan yel-yel. Setelah itu pemilihan Queen and King PPSPPT.

Ada beberapa promosi dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada di kampus, tapi rasa kantuk tetep menari-nari manis di kelopak-kelopak mata sayu milik 2000 maba ekonomi yang terduduk kaku di barisan kelompok masing-masing.

Barulah saat sesi pembagian almamater, para maba bangun dari kesetengah sadaran mereka. Haha. Mereka hampir kayak anak kecil yang mau dibagiin permen. Antusias dan semangat luar biasa. Ya maklumlah, namanya juga mau dibagiin almet baru.

Setelah semua memegang almamater masing-masing, kita disuruh pake. Dan reaksi hampir semua maba yang pertama kali mereka lakukan setelah memakai almet baru adalah, yup selfie. Hihihi.
Puas ber-selfie ria dan memamerkan almet baru ke sosmed, acara dilanjutkan dengan pembagian buku. Et, gue kira bakal banyak kali buku yang dibagiin, eh ternyata Cuma dua eksemplar. Setelah itu, acara benar-benar selesai dan kami diperbolehkan pulang.


Hari senin pun datang terlalu cepat bagi kami. Hari pertama masuk kuliah. Huuff.. empat tahun. Semangat!!

Senin, 22 September 2014

The Maze Runner

SPOILER ALERT!!


Salah satu film yang wajib ditonton pada pekan ini adalah The Maze Runner. Film yang dari adegan pertama udah sukses banget bikin penontonnya penasaran setengah mati. Adegan pertama dibuka dengan seorang cowok bernama Thomas (Dylan O'Brien) yang dibawa ke sebuah tempat bernama Glade. Tempat itu berupa sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi oleh dinding-dinding tinggi labirin. Setiap bulannya, akan datang seorang anak dan beberapa kotak persediaan makanan.

Alby (Aml Ameen), sebagai ketua di Glade, memberitahu segala sesuatu tentang Glade kepada Thomas. Peraturan untuk tetap bertahan hidup adalah, lakukan tugas-tugas yang sudah ditentukan, dan jangan sekalipun berpikir untuk pergi ke dalam labirin, kecuali mereka para pelari (Runner) yang akan masuk ke labirin pada pagi hari saat pintu labirin terbuka, dan kembali ke Glade saat pintu labirin akan tertutup di malam hari. Belum ada satu orang pun yang berhasil selamat bermalam di dalam labirin. Karena di dalam labirin ada sekelompok monster bernama Grievers. Hewan mirip laba-laba yang punya sengatan kalajengking yang membuat orang yang tersengat menjadi sakit dan hiperaktif terutama kepada Thomas.



Saat dibawa ke Glade, setiap anak tidak ingat apapun. Memori mereka hilang, bahkan mereka tidak ingat nama mereka sendiri sampai  beberapa hari kemudian.

Suatu hari, Glade kedatangan seorang anak lagi. Tapi kali ini ada yang berbeda. Belum ada sebulan sejak Thomas datang, dan kali ini yang datang bukanlah laki-laki, tapi seorang gadis. Bersama gadis itu tidak ada kotak persediaan seperti biasa, tapi sebuah pesan bertuliskan bahwa dia adalah anak yang terakhir datang ke Glade. Anehnya, gadis itu sebelum koma beberapa hari, sempat memanggil nama Thomas. Saat gadis itu terbangun, ia ingat namanya adalah Teresa (Kaya Scodelario).

Adegan berganti. Kali ini Alby akan ikut masuk ke dalam labirin bersama dengan Minho (Ki Hong Lee), ketua Runner. Padahal Alby bukanlah seorang Runner. Saat matahari tenggelam, mereka berdua belum juga kembali, tapi dari ujung jalan labirin ternyata Alby telah tersengat Grievers dan Minho sedang tergopoh-gopoh memapah tubuh Alby yang tak sadarkan diri. Sementara pintu labirin sudah mulai menutup. Thomas yang tidak kuat melihat pemandangan dua temannya, nekat masuk ke dalam labirin dan terpaksa bermalam di dalam labirin bersama dengan Minho dan Alby yang masih pingsan.

Di dalam labirin mereka menggantung tubuh Alby di dinding. Tapi ada seekor Grievers yang mendekat. Thomas dan Minho berlari menyelamatkan diri. Thomas memancing Grievers mengikuti larinya dan Grievers itu pun mati terjepit dinding labirin yang sedang berubah bentuk itu. Mereka berdua berhasil selamat dan berhasil membawa pulang Alby.

Setelah kejadian itu, Minho pun menjadikan Thomas Runner. Dan Thomas dengan senang hati menerimanya. Mereka menjelajahi labirin bersama dengan anggota Runner yang lain menuju ke bangkai Grievers yang terjepit. Disana ada sebuah batang logam yang ditanam di tubuh Grievers. Logam itu mengeluarkan sebuah bunyi yang kadang kuat kadang lemah. Minho dan Thomas mengikuti arah bunyi logam itu yang berujung pada sebuah pintu dimana Grievers masuk ke dalam labirin. Tapi mereka percaya, kalau itu adalah jalan keluar untuk mereka.



Beberapa hari kemudaian Alby terbangun berkat suntikan obat dari kantong celana Teresa. Yang aneh, Alby tidak banyak bicara dan lebih sering menangis. Saat bertemu Thomas, ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah disengat, ternyata membawa efek bagi korbannya untuk bisa mengingat kembali sebagian memori mereka.

Selanjutnya, hal yang paling tidak biasa pun terjadi. Matahari sudah terbenam, tetapi pintu labirin tidak juga menutup. Justru semua pintu labirim terbuka dan para Grievers memasuki Glade dan menyerang siapapun. Gally (Will Poulter) menyalahkan Thomas-lah yang menjadi penyebab para Grievers menyerang mereka. Itu karena Thomas telah membunuh salah satu dari mereka. Thomas pun nekat menyengatkan racun Grievers pada tubuhnya sendiri agar ia dapat mengingat apa yang diingat oleh para korban yang lain.

Thomas bekerja pada sebuah laboratorium bersama Teresa. Ia menghapus ingatan para remaja yang nantinya akan dibawa ke Glade. Ia memantau perkembangan mereka selama di Glade. Labirin itu adalah sebuah tes pertahanan hidup bagi mereka.

Gally akan mengusir Thomas ke dalam labirin. Tapi Minho, Alby, Teresa, Newt (Thomas Brody-Sangster), dan Chuck (Blake Cooper) setuju untuk masuk ke dalam labirin dan mencari jalan keluar dari Glade dan labirin itu sendiri. Mereka bersama dengan beerapa orang lainnya mulai berlari menuju ke pintu yang ditunjukan oleh logam itu. Walaupun banyak Grievers yang berdatangan dan banyak pula dari mereka yang mati, akhirnya mereka bebas dari labirin.

The Maze Runner hadir membawa cerita bertema distopia. Dan tidak hanya satu, The Maze Runner akan hadir dalam sekuel trilogi. 



This entry was posted in

Rabu, 10 September 2014

Delmora The Ocean's Princess : Bab 3 (Lawan Tersayang)

Delmora The Ocean’s Princess







Created By:
Safitri Tsa’niyah






 Bab 3
Lawan Tersayang
Pagi-pagi sekali ship berpenumpang Oliver berlabuh di dermaga dekat pondok vila-ku dan ibu besoknya. Baiklah, Oliver hanya akan disini seharian. Dan aku tidak boleh berbuat mencurigakan. Satu-satunya harapanku adalah, semoga ayahku tidak muncul begitu saja dari lautan.
“Halo sayang.” Sapa Oliver seraya mengecup keningku.
“Hai.” Balasku.
“Ayo kita masuk dulu. Ibu sudah buatkan sarapan untuk kita.” Lalu kami berdua masuk ke pondok.
“Hai Oliver. Liburanmu menyenangkan? Bagaimana nilai raport-mu kemarin? Memuaskan?” Tanya ibuku begitu melihat batang hidung Oliver.
“Ibu, tenanglah. Dia baru saja tiba. Biarkan dia bernafas.” Ucapku.
“Baik Tante. Masih seperti biasa. Tidak terkalahkan.” Jawab Oliver sambil nyengir-nyengir memperlihatkan deretan gigi depannya yang bersih dan rapi.
“Yaudah, sekarang kalian sarapan dulu. Baru nanti main-main lagi di pantai. Kalau boleh, di dasar laut.” Ucap Ibuku.
Seperti ada yang menekan tombol mute pada kami bertiga, diam aneh langsung menyusul. Untuk Oliver, mungkin kalimat terakhir ibuku hanya candaan, tapi entah mengapa itu tidak membuatnya tertawa. Dan bagiku, itu bisa saja membuatku harus menjelaskan banyak hal pada Oliver.
“Baiklah, ibu mau mandi dulu. Kalian makanlah yang banyak.” Ucap Ibu seraya menghilang di balik pintu kamar mandi.
“Well, Ibumu tidak banyak berubah. Apa nilai raport-mu memuaskannya?” Tanya Oliver.
“Ya, kurasa begitu.” Jawabku.
“Dan, dimana ayahmu?” Tanya Oliver.
DEG. Ayahku? Aku tak mungkin bilang kalau dia mungkin sedang makan rumput laut atau apa di dasar sana. Atau aku bilang kalau ikan badut dalam toples di sudut itu adalah ayah Dylan.
Oliver masih menunggu jawabanku.
“Emm.. dia kerja.” Jawabku ragu.
“Sekarang dia sudah dapat pekerjaan?”
“Ya, memang sih masih belum tetap. Tapi lumayan juga.”
“Ibumu tidak masuk kerja?”
“Dia ambil cuti untuk menemaniku berlibur.”
“Perfect. Aku harap salah satu orang tuaku bisa seperti itu.” Ucap Oliver yang membuatku merasa kasihan.
Ibu kandung Oliver sudah meninggal saat melahirkanya. Dan tak lama setelah itu, ayahnya juga meninggal dunia, ia tinggal bersama neneknya yang juga sudah tua dan ditinggal kakeknya dua tahun lalu. Satu-satunya penghasilan bulanan mereka berdua adalah uang pensiun Kakeknya. Untungnya Oliver bukan cowok yang malas dan gengsi. Setiap pagi ia bekerja mengantar koran dengan sepedanya.
Aku hampir saja menyuruhnya berlibur denganku sampai tahun ajaran baru dimulai. Dan dengan begitu, aku tidak akan bisa berlatih lagi bersama Ayahku. Aku hanya tersenyum.
“Aku sayang kamu, Oliver.” Ucapku.
Oliver membalasnya dengan senyuman paling manis yang dimilikinya. Dia memang punya wajah yang amat tampan. Sampai-sampai di sekolah ia dijuluki memiliki ketampanan seorang Dewa. Dewa? Tapi bukan hanya itu yang membuatku menyukainya. Ia pribadi yang baik, mudah bergaul, percaya diri dan bijaksana. Ia juga seorang ketua OSIS di sekolahku. Otaknya juga tidak hanya penuh dengan kebaikan, ia tak pernah melepas predikat peringkat satu di sekolah. Semakin kuceritakan kelebihannya, aku semakin merasa iri. Tapi ada satu hal yang paling ia takutkan. Laba-laba.
==
Hari ini aku menghabiskan sebagian besar waktu di pantai bersama Oliver. Kembali ke pondok hanya untuk makan atau mengambil camilan saja. Kami memang sering menghabiskan waktu bersama. Tapi semakin sering kami bersama-sama, itu semakin bagus kan?
Semua tampak indah dan normal sampai waktu hampir menunjukan waktunya Oliver pulang. Dan sesuatu yang tak kuinginkan pun terjadi.
Ayahku datang dengan wujud orang tua. Tapi aku tetap bisa mengenalinya dengan baik. Karena aku melihat cahaya hijau disekujur tubuhnya. Aku tidak tahu apakah Oliver melihat hal yang sama. Tapi ayahku bilang, yang bisa melihat tanda-tanda Dewa hanyalah Dewa atau anak-anak Dewa.
Aku dan Oliver sedang duduk di sebuah batu karang di tepi pantai. Lalu pertanyaanku terjawab begitu Oliver bertanya padaku.
“Delmora, apa kau lihat laki-laki yang disana itu?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah laki-laki tua—ayahku.
“Kenapa?” Gumamku.
“Dia tampak, bercahaya.” Jelas Oliver dengan sedikit bingung.
“Tentu saja dia bercahaya. Matahari sedang sangat panas sekarang ini.” Aku berusaha membelokan pandangannya.
“Bukan. Dia bercahaya hijau terang. Bukan matahari.” Ucap Oliver lagi.
“Kau pasti bercanda, sayang. Mana mungkin ada orang yang bisa bercahaya hijau?”
“Tapi itu yang kulihat.”
“Kau pasti mulai lelah dan kehausan. Ayo kita minta dibuatkan es. Ibu pasti akan senang hati membuatkannya.”
Lalu kami bangkit dari karang itu dan menuju pondok. Ayahku hanya menatapku lembut. Tapi aku merasa ia tidak terlalu suka pada Oliver. Apa semua Ayah mempunyai sifat sama yang membenci anak laki-laki?
==
“Kau lebih dari yang kukira, Delmora.” Ucap Poseidon.
Hari ini aku kembali ke dasar laut. Memulai pelajaranku yang kedua. Tapi begitu kami tiba di aula istana, ayahku berbalik memandangku dengan mimik wajah yang sangat sulit ditebak. Campuran antara senang, gelisah dan khawatir.
“Apa maksudmu?” Tanyaku.
“Kau sudah bertemu dengannya.” Jawab Poseidon tenang.
“Dengan siapa?” Tanyaku.
“Anak dewa yang akan kau lawan.”
“Siapa maksud ayah?”
“Laki-laki yang kemarin mengunjungimu dan bermain di pantai.”
“Oliver?”
“Kau kenal baik dia, kan?”
“Tapi apa maksudmu ‘anak dewa yang akan kulawan’? kau tidak berpikir kalau salah satu orang tua Oliver adalah dewa, kan?”
“Tepat sekali.” Gumam Poseidon. “Dia bisa melihatku.”
“Tapi itu tidak berarti apapun, Yah.” Aku mencoba mengelakkan berita mengejutkan ini.
“Apa kau tidak pernah bertanya-tanya mengapa cowok setampan dan seberani dia takut pada Laba-laba?”
“Dia bilang karena laba-laba hewan menjijikkan yang kakinya banyak.”
“Bukan. Tapi karena laba-laba punya dendam dengan Ibunya. Bisa kau tebak siapa dia?”
“Ayolah Yah, aku kan tidak tahu cerita dewa-dewi Yunani.”
“Baiklah. Temanmu yang bernama Oliver itu putra Dewi Athena.”
“Dewi Athena?”
“Dewi perang dan kebijaksanaan.” Jelas Poseidon. “Sayangnya saat ini suasana hatinya sedang tidak enak. Terutama pada ayah.”
“Kenapa dia membenci ayah?”
“Karena ayah pernah melakukan kesalahan.”
“Apa?”
“Emm.. sebenarnya sulit untuk menceritakan permasalahanku dengan Athena. Lebih baik kau baca sendiri kisahnya. Itu sudah terjadi cukup lama.”
“Kau tahu aku tidak suka membaca, Yah.”
“Bahkan untuk mengetahui sejarah ayahmu?”
“Yah.”
“Baiklah.” Nada suara Ayahku berubah menjadi gugup dan sedikit ragu-ragu. “Begini ceritanya, dulu sekali aku punya seorang kekasih.”
“Lalu?”
“Aku berkencan di kuil Parthenon milik Athena.”
“Apa yang buruk?”
“Kau tau, cara berkencanku dulu tidak sama seperti ketika kau menghabiskan waktu dengan cowok bernama Oliver.”
“Kau berdosa.”
“Dewa tidak begitu baik, Delmora.”
“Biar kutebak. Emm,, pasti Athena marah padamu, kan?”
“Bukan main dia marah padaku. Dia mengutuk pacarku menjadi monster. Padahal ia dulunya adalah wanita yang sangat cantik.” Poseidon memandang jauh seperti mengenang.
“Lalu apa hubungannya dengan laba-laba? Apa dia mengutuk pacarmu menjadi laba-laba?”
“Tidak tidak. Itu beda cerita lagi. Intinya aku dan Athena sampai sekarang tidaklah berteman baik. Jadi rasanya sangat janggal kalau kau akur dengan putra Athena. Apalagi sampai saling menyayangi.”
“Tapi, Yah.”
“Aku tidak menginginkan ini, Delmora. Tapi kau harus mengerti. Saat akan dilahirkan, Athena diramalkan bisa menggulingkan Zeus, Ayah dari para Dewa. Dan itu bukanlah tanggungan yang kecil untuk dewa-dewa yang lain.”
“Kau takut padanya?”
“Tidak bisa disebut takut. Aku hanya merasa bersalah.”
“Tidakkah kau pernah meminta maaf padanya?”
“Dia tidak mungkin memaafkanku.”
“Kalian para Dewa, benar-benar keras kepala.”



Previous:
Bab 2 (Pelatihan)
Next:
Bab 4 (Masalah Dengan Air?)

Kamis, 04 September 2014

LUCY

Tadinya sih gak kepengen nonton film ini, tapi karena pusing dan penat banget sama kantor, akhirnya gue pun terpaksa nyari penyegaran otak dengan nonton film tentang otak. Duh.

Sebenernya gue disuruh ngirit nonton sama nyokap. Tapi tetep aja yang namanya hobi mah. Dan akhirnya gue pun nonton tanpa bilang dan tanpa temen. Gue nyebut ini sih 'me time' gue. Tapi mungkin bagi mereka egois.


Oke, film yang disutradarai oleh Luc Besson ini menyabet Scarlett Johansson sebagai tokoh utamanya yang bernama Lucy. Berlatar di kota Taipei, adegan pertama dibuka dengan pertengkaran kecil antara Lucy dengan pacarnya Richard (Pilou Asbæk) di depan sebuah hotel. Richard memaksa Lucy untuk mau mengantarkan koper kepada Mr. Jang (Min-sik Choi). Tugas yang tadinya terdengar sederhana menjadi sangat menyiksa karena Lucy harus melihat Richard mati ditangan anak buah Mr. Jang.

Lucy ditawarkan sebuah pekerjaan mengantarkan kembali isi di koper dari Richard yang ternyata adalah narkoba jenis baru. Tapi ia menolak, terpaksa ia dipukuli sampai pingsan. Dan ketika sadar kembali, ia menemukan perutnya ada bekas jahitan. Mr. Jang menaruh satu bungkus narkoba jenis CPH4 di bawah ususnya. Dan ia harus mengantarnya ke suatu negara di Eropa. Tapi ketika sedang menunggu keberangkatan, Lucy harus dipukul beberapa kali di bagian perutnya karena ia tidak mau berhubungan dengan salah seorang anak buah Mr. Jang.

Disinilah terjadinya. narkoba itu bungkusnya bocor dan tubuh Lucy pun menyerap sekitar 500 gram narkoba CPH4 itu. Ia mulai bereaksi kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Dan pada akhirnya ia sadar lagi, ia bisa merasakan segala hal. Ia merasa lebih kuat dari biasanya. Ia tidak merasa takut, senang, sedih, ataupun sakit. Sedikit demi sedikit sifat manusianya mulai hilang. Ia kabur dari Mr. Jang dan anak buahnya.


Setelah mengeluarkan sisa narkoba yang ada pada tubuhnya, Lucy menemui Profesor Norman (Morgan Freeman) yang sedang melakukan riset tentang kinerja otak manusia. Ia memberitahu bahwa dirinya bisa meningkatkan volume otak aktif dari yang rata-rata 10% menjadi 20%, dan selalu meningkat tiap detiknya. Sampai saat itu, kemampuan Lucy sudah mencapai ia bisa mengendalikan benda, hewan, manusia lain dan alat elektronik seperti TV, Radio, Handphone, bahkan sistem metabolismenya sendiri. Ia juga bisa mengganti warna rambutnya sendiri.


Plot selanjutnya, Lucy menelpon polisi Perancis Pierre Del Rio (Amr Waked) untuk menangkap tiga orang pengirim lagi di tiga negara yang berbeda yaitu Berlin, Roma, dan Italia. Lucy menemui Profesor Norman dan rekan-rekannya untuk membantu riset mereka mengenai bagaimana jika seseorang menggunakan 100% dari kapasitas otaknya. Tapi Prof Norman mengatakan itu akan membunuh dirinya sendiri. Tapi Lucy tidak berubah pikiran, karena ia harus mewariskan pengetahuan yang ada pada dirinya. Ia pun membuat komputer dari perlengkapan elektronik yang ada di laboratorium dengan tubuhnya sendiri.

Sementara itu, Mr. Jang dan anak buahnya masih mengejar Lucy dan ingin membunuhnya. Namun terlambat, ketika Mr. Jang mencapai Lucy, Lucy sudah mencapai 100% kapasitas otaknya dan menghilang. Mr. Jang pun mati ditembak oleh Del Rio.

Komputer buatan Lucy menghasilkan sebuah flashdisk dan komputer itu pun hilang juga.
Saat Del Rio bertanya dimana Lucy, ia melihat ada sebuah pesan di handphone nya. bertuliskan: "I'm Everywhere."--aku ada dimana saja.

Dan begitulah.
Buat yang suka pengetahuan dan Sci-fi, film ini bagus buat ditonton. Tapi untuk yang punya kapasitas kinerja otak dibawah 10%--eh, jangan deh. Pusing loh. haha, ngga-ngga, bercanda.

Menurut gue, film ini emang bener-bener nyampurin aspek action movie dan sci-fi. Karena selama nonton, gambar akan berganti-ganti ke adegan film dan fact-fact tentang pengetahuan.

Tapi setelah selesai nonton film sampe ke ending, gue ngambil kesimpulan yang ngga mainstream. Ya, menurut gue, sebab dari manusia ngga bisa menggunakan 100% kapasitas otaknya adalah, karena yang bisa cuma Tuhan. Bener deh, setelah denger Lucy bilang dia ada dimana-mana, gue ngerasa itu sama aja sama sifat Tuhan. Belum lagi waktu Lucy bisa mengingat memori masa bayinya, dunia waktu tahun 80-an, jaman dinosaurus, sampe pas tata surya baru mau kebentuk. Ini sama aja kayak dia adalah Tuhannya. Tapi ya, namanya juga fiksi lah ya. This is just my opinion. Tapi, film ini tetep wajib diperhitungkan untuk ditonton akhir pekan ini.



This entry was posted in