Hati perempuan itu unik ya. Bisa marah, kesal, bahagia, sedih, nangis, menyesal, cemburu, dalam waktu yang singkat aja.
Yang penting adalah mereka didengarkan. Bukan
diacuhkan atau dibiarkan tahu dengan sendirinya soal keadaan tertentu, karena
biasanya kalau sudah ambil keputusan sendiri, mereka bisa aja ngga sadar dan
ngga melihat logika lagi.
Gue punya satu cerita. Waktu di OSIS dulu, gue
sempat dekat dengan salah satu cowok di organisasi yang sama. Kita adalah
partner kerja yang baik. Kebetulan gue dan dia adalah dua orang yang paling
berpengaruh di organisasi saat itu dan kita juga sudah pasti mau tidak mau
harus menjalin komunikasi yang sangat baik.
Awalnya hubungan kita berdua agak canggung. Kita
ngga berasal dari kelas yang sama. Bahkan jurusan kami pun berbeda. Sebelum
tergabung di OSIS, gue sama sekali tidak kenal cowok ini. Apalagi pernah
mengobrol atau dekat. Sama sekali tidak. Jadi kedekatan kami murni di saat
organisasi bermula.
Ngga sulit untuk bisa dekat sama gue. Gue orang
yang berani soalnya. Waktu itu cowok itu masih pemalu banget. Tapi lama
kelamaan kami jadi lebih dekat dari seorang partner organisasi. Bukan berarti
kami suka satu sama lain ya. Kadang suka kangen sih kalau udah lama ngga
ketemu. Tapi bukan, hubungan kami ngga seperti itu.
Dia menganggap gue sebagai sahabat cowoknya. Iya
karena menurutnya kepribadian gue yang unik dan sama sekali tidak mencirikan
kepribadian cewek-cewek pada umumnya (at least itu yang dia pikir). Gue
pun menjadi santai kalau sama dia. Ngga perlu khawatir dia akan gimana-gimana
karena dia juga terkenal sebagai orang yang sopan dan lembut sama orang lain.
Mungkin kalau yang lihat teman-teman cowok, mereka
ngga terlalu keberatan sama kedekatan gue dan cowok ini. Tapi kalo yang lihat
cewek-cewek, beberapa kali gue merasa 'dilabrak' sama cewek-cewek yang termasuk
fans cowok ini. Maklum aja, cowok ini cukup populer di sekolah karena salah
satunya ya dia anggota OSIS yang aktif. Can you imagine two popular people
in one circle?
Ngga sedikit fans cewek nya (yang kebanyakan adik
kelas) bertanya penasaran sama gue. Apakah gue ini pacar dari cowok itu? Dan
sampai capek pun gue selalu bilang kalau gue bukan pacarnya. Saat itu bahkan
gue sudah punya pacar yang satu kelas dengan gue (walaupun ngga lama setelah menjabat
anggota Dewan teratas OSIS, gue putus sama cowok gue).
Gue suka bingung, kalau orang yang beda jenis kelamin berteman dekat, selalu identik sama pacaran ya?
Singkat cerita, waktu itu ada school field
trip ke luar kota. Salah satu destinasi yang ada di jadwal adalah pantai.
Waktu itu gue sama sekali ngga berniat untuk main air. Karena gue paling malas
antri bilasnya. Dan gue ngga terlalu suka berada di bawah sinar matahari kala
itu. Jadi gue pakai jaket, di pantai.
Jaket yang gue pakai adalah jaket seragam yang
dibuat sama satu kelas gue saat itu. Jadi jaketnya samaan, bedanya hanya ada
nama kita di bagian depannya. Gue yakin kalian juga pasti punya deh.
Gue ngga main air, tapi bukan berarti teman-teman
gue juga ngga main air. Mereka main air. Awalnya mereka ngga masalah gue ngga
ikutan main air. Malah gue menjadi penitipan barang-barang yang ngga tahan air
seperti handphone, jam dan lainnya. Tapi tiba-tiba teman-teman dari OSIS merasa
gue harus masuk ke air. Gue panik dong. Gue melawan karena memang ngga mau.
Tapi mereka terus memaksa. Cowok-cowok OSIS dibantu teman-teman sekelas gue
yang lain memaksa gue untuk masuk ke air. Teman cewek gue mengambil
barang-barang titipan dan yang cowok terus mendorong gue mendekat air (setengah
digendong sih). Dan ya, empat orang cowok melawan satu cewek yang ukuran
badannya jauh banget lebih kecil dari mereka. It's imposibble for me to
win. Akhirnya gue masuk ke air dan basah. Masih bersama dengan jaket yang gue
pakai sebelumnya.
"No way! Lo harus tanggung jawab. Gue ini orangnya gampang kedinginan. Pokoknya jaket lo gue pake!" Jerit gue saat itu kepada si cowok anak OSIS ini yang cuma nyengir aja lihat gue kebasahan di dalam jaket.
Kebetulan kita berada di satu bis yang sama. Dan
disitulah dia memenuhi janjinya dan memberikan jaket seragam kelasnya kepada
gue. Gue bilang, kalau jaket gue udah kering, dia bisa pakai lagi jaketnya. Dan
bukan bualan, gue memang ngga bisa tahan sama dingin. Gue sangat gampang
kedinginan. Akhirnya selama sisa field trip itu gue harus memakai
jaket miliknya yang literally samaan seperti jaket anak-anak di
kelasnya yang lain. Bisa bayangin dong kalau ada orang lain yang pakai jaket
kelasan kalian padahal dia bukan anggota kelas kalian? Iya banyak banget yang
melihat sinis ke arah gue. But I don't care! Daripada gue kedinginan.
Tiba di saat makan malam. Kami sudah berada di
hotel yang disewa sekolah untuk acara itu. Ketika mau ambil makanan, gue merasa
ada yang memperhatikan gue. Dan benar aja. Salah satu cewek dari kelas yang
sama dengan pemilik jaket yang gue pakai ini dengan sengaja dan kentara sekali
berusaha menyibakkan bagian depan jaket yang gue pakai untuk bisa melihat nama
siapa yang tertulis disana. Sebenarnya gue berteman cukup baik dengan cewek
ini, tapi saat itu dia mengobrol dengan gue dengan nada yang berbeda. Nada
curiga yang sinis. Sinis banget. Apalagi setelah membaca nama di jaket yang gue
pakai. Dia langsung buru-buru pergi dari gue dan (seperti) melapor pada
temannya yang lain. Gue melihat itu dengan jelas. Dan gue mengenali kepada
siapa dia melapor. Salah satu mantan pacar si pemilik jaket..
Gue menceritakan kejadian itu kepada seluruh
sahabat gue setibanya gue di kamar. Dan mereka berkata kalau gue ngga usah
terlalu ambil pusing soal itu. Karena kan gue punya alasan yang jelas untuk
itu.
Tapi pada akhirnya, selama sisa field trip,
gue (seakan) dimusuhi oleh seluruh anak-anak dari kelas itu (cewek-ceweknya
sih). Karena setiap gue lewat di depan mereka, matanya selalu melihat sinis ke
arah gue. Gue ngga tahu apa yang dilakukan cewek di makan malam waktu itu. Gue
pun ngga mau berspekulasi. Jadi gue mencoba mengabaikan mereka begitu
aja. I'm expert about this to be honest.
Setelah field trip, kegiatan sekolah berjalan seperti biasa. Kami belajar, bermain, jahilin guru, pacaran, cabut ke kantin. Tapi hari itu ada yang aneh. Ada sebuah pesan masuk ke handphone gue dari nomor telepon yang tidak gue kenal. So glad, pesan yang masuk langsung memberitahu dia siapa. Dan gue langsung terkejut. SEKAGET-KAGETNYA!
Gue ngga pernah mengobrol atau bahkan sekedar
menyapa, tapi orang ini SMS gue. Dia cewek yang waktu itu. Teman seangkatan gue
di kelas yang sama dengan pemilik jaket yang gue pinjam dan mantan dari pemilik
jaket yang gue ceritain diatas.
Dia SMS dengan kata-kata yang sopan. Dia bilang ada
sesuatu yang mengganjal yang ingin dia katakan pada gue. Saat itu dalam hati
gue membatin 'ya, oke. Let's see what you gonna say, I bet it's about him
all along.' Dan iya, setelah beberapa pesan basa basi yang sopan, dia
mengutarakan tujuan utamanya mengirim SMS ke gue.
"Maaf ya safi, tapi gue cuma mau tanya.
Bagaimana sih hubungan lo sama cowok itu? Sekarang dia pacaran sama lo
ya?"
Again. Gue dikasih pertanyaan kayak gini. Jujur gue
tuh merasa jengah banget setiap kali gue ditanya kayak begini. Gue punya
beberapa orang teman cowok yang dekat sama gue. Jadi cowok ini bukan kasus
pertama kalinya.
Gue pun berusaha sesopan mungkin untuk membalas
kata-kata itu. Tapi ya, sesopan-sopannya gue, gue pasti to the point akhirnya.
"Lo cemburu ya waktu gue pake jaketnya di field trip kemaren?" Gue berkata langsung tanpa basa basi.
Dia pun menjawab "Hehe, iya sedikit."
Lalu gue pun menjelaskan awal mula kenapa gue
sampai pakai jaket cowok itu. Alasan yang sama seperti yang gue ceritakan di
atas sebelumnya.
Ngga lama kemudian, cewek ini pun mengerti. Dari
kata-kata di SMS nya, dia sepertinya udah ngga salah paham lagi sama gue. Dan
gue bersyukur akan hal itu. Udah terlalu banyak anak-anak cewek yang benci sama
gue. Dan gue ngga mau nambah lagi.
Hari berlalu. Dan entah kenapa sejak si cewek itu
SMS gue, kita jadi sering tegur sapa kalau ketemu di lorong sekolah. Sampai gue
pernah bercanda untuk minta 'pajak jadian' sama cewek itu waktu tahu kalau dia
udah punya pacar baru. Dan dikasih dong! Waktu itu gue dibeliin snack. Ngga
langsung dikasih ke gue karena dia ngasihnya bertepatan sama acara sekolah dan
gue sebagai anggota OSIS bertanggung jawab sebagai panitia untuk acara
tersebut. Baru setelah adik kelas gue memberikan titipan si cewek, gue mencari
dimana cewek itu duduk dan mengucapkan terima kasih secara langsung.
Kejadian itu sontak aja bikin sahabat-sahabat gue
kaget banget. Mereka masih ingat betul kalau di field trip kemarin
cewek itu melihat gue dengan tatapan seperti singa yang siap memangsa, tapi
hari itu mereka melihat gue dan cewek itu seperti sahabat yang sudah lama
kenal.
Sampai sekarang, kita masih komunikasi meskipun
tidak se-intense teman dekat. Yaa, cuma sebatas follower IG sih. Sering like
post dan coment.
--D Ark R Ain Bow--