Rabu, 17 Mei 2017

Camping Ceria Di Bumi Perkemahan Mandalawangi Cibodas, Jawa Barat


Yoohoo!!

Setelah sekian lama berkutat pada kerja dan kuliah yang terus menerus. Akhirnya dapet juga kesempatan untuk mendinginkan otak dan refreshing.

Kali ini gue dan kawan-kawan berniat untuk tetap back to nature tanpa harus capek yang berlebih dan mengeluarkan biaya ekstra.

Untuk itu, berkemah kami pilih untuk melalui long weekend di akhir bulan April 2017 ini.

Kami berangkat dari meeting point pagi buta dan sampai di tempat kemah sekitar subuh. Setelah istirahat dan menghangatkan badan yang beku akibat perjalanan dengan sepeda motor ini, kami pun menuju ke tempat kemping lalu mendirikan tenda.

Saat matahari mulai naik ke atas kepala dan perlahan mengusir hawa dingin di kaki gunung, Nura mulai menyiapkan sarapan untuk kami bertujuh. Setelah makan selesai, kami pun masuk tenda dan bersiap tidur. Ketika banyak dari para pekemah lain memulai aktivitas paginya.

Sebelum tidur pagi, gue sempetin diri untuk melihat-lihat ke sekitar area tenda dan sekitar perkemahan yang didominasi oleh sungai itu. Kulit gue saat itu masih belum terbiasa dengan dinginnya udara di perkemahan. Tapi kaki tetep ngga mau diem di tenda dan akhirnya gue pun menangkap beberapa foto jam-jam pertama gue berkemah di Mandalawangi.


Matahari pagi mengintip di bagian perkemahan yang banyak pohon pinusnya




Sekitar jam sembilan waktu setempat, gue, Nura dan Ka Dea mulai menyiapkan masakan untuk makan siang. Makan siang hari itu menu nya adalah Nasi uduk (sisa sarapan pagi), sop iga sapi, dan sambel teri.

Selesai makan, waktunya hammocking!!






Jujur aja, dari awal merencanakan untuk berkemah, kita ngga punya jadwal yang harus diikuti. Setiap ada yang nanya nanti kita disana mau ngapain, gue dan yang lain pasti jawab 'makan, tidur, makan, tidur'. Dan yah, akhirnya setelah selesai makan hujan turun dan membuat rencana eat-sleep kami berjalan dengan mulus.

Setelah lelah tidur, kami pun mengisi waktu luang dengan bermain permainan papan di handphone Abang Ifkar. Nama game nya Ludo King. Dan kita semua jadi addictive banget sama game itu karena hujan dan memaksa kita untuk tetap berada dalam tenda. Tenda berkapasitas 4 orang mendadak disesaki oleh 7 orang pekemah. Rasanya hangat loh, tapi sempit luar biasa. Ahaha


(dari kiri) Abang Ifkar, Nura, Bang Satria, gue, Ka Dede, Ka Dea, Riza






Fun banget camping disini. Fasilitasnya lengkap, ngga perlu takut kehilangan sinyal, suasana tetep dingin ala-ala ketinggian, view di tiap meter perkemahan beda-beda dan bagus-bagus. Tapi untuk re-camp kesini kemungkinan ngga. Karena masih banyak tempat lain yang perlu dijelajahi! Hihihi.



--D Ark R Ain Bow--

Selasa, 16 Mei 2017

Ennichisai 2017 | Jakarta, Indonesia



Konnichiwa Mina-san!!

Pastinya udah pada tau dong apa itu Ennichisai??

Ennichisai atau Festival Kebudayaan Jepang yang diadakan di Jakarta tahun 2017 ini bukanlah yang pertama kali digelar. Sebelumnya, acara tahunan ini sudah sukses menjaring banyak Otaku untuk datang ke lokasi di Blok M, Jakarta Selatan sejak 2010 lalu. Tapi baru tahun ini gue bisa berkunjung dan bertemu ribuan orang otaku dari berbagai daerah.

Berhubung gue ngga punya temen sesama Otaku untuk gue ajak ke Festival ini, akhirnya gue pun nekat dateng ke Festival ini sendirian. Agak aneh sih iya. Namanya Festival kan lebih enak kalo kita ada temennya ya. Tapi seru juga kok (menghibur diri sendiri).




Tiba di lokasi, gue langsung semangat banget pengen berburu makanan dan merchandise lucu ala-ala Jepang. Tapi yang gue dapetin malah. What?? Look at those crowd!!

On Frame: Kaki Gori
Ini sih belum seberapa rame.


Salah juga sih gue datengnya pas hari terakhir acara ini berlangsung. Rasanya ya orang-orang itu semuanya pada dateng kesana dan bikin jalan Melawai jadi sesak dan padat. Ngga jarang juga stand-stand yang berjejer di kanan dan kiri jalan tertubruk dan hampir goyah karena masa yang sangat banyak. Makin malem, makin rame.



Ada banyak banget cosplayer yang menampilkan tokoh-tokoh anime yang unik-unik. Dari sesimpel Luffy, sampe cosplay robot-robot. Dan gue pengen banget foto sama cosplayer Kirito-kun. Tapi sayang ngga kesampean duh. Terus juga ada Asuna Princess juga ngga kesampean foto bareng Aaaaaa``

Tapii, gue berkesempatan buat foto sama Aphin.



Sebenernya Aphin bukan salah satu peserta cosplayer. Dia dateng di acara ini karena undangan dari Pixie untuk mendemokan tutorial make up untuk cosplay. Pertama kali gue ketemu dia itu di #MovieMagicIHP2016 | Nonbar Fantastic Beasts and Where To Find Them (with Indo Harry Potter) waktu itu dia cosplay jadi Newt Scamander yang gue pikir dia adalah seorang cowok.

Sorry banget gue ngga terlalu punya banyak cerita selama mengikuti Festival ini. Karena sebagian besar gue habisin untuk muter-muter ngga jelas dan bingung mau ngapain lagi.

Tapi gue sempet menyaksikan penampilan dari Ear Candy Jazz Factory.





Terus ada Yumi Intan juga.




Waktu lagi milih-milih kaos anime ternyata times up guys. Bukan Festival nya yang udah berakhir sih. Gue nya yang udah dijemput. Dan lagi, yang milih baju di tempat gue itu cowok semua, jadi ya ngga bisa berbuat banyak buat bersaing rebutan sama mereka.



Akhirnya gue pun pulang dengan cuma membawa sedikit banget merchand. Beneran deh ini sedikit banget. Gue nyari topi chopper ngga ada yang muat kepala gue, gue nyari bando pita ngga ada yang sesuai keinginan gue, mau permen apel udah sold out. Terpaksa cuma bisa berharap dapet lebih banyak di Ennichisai tahun depan. But after all, gue seneng bisa dateng di Ennichisai tahun ini.

Kalo kalian gimana?


Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--

Rabu, 10 Mei 2017

20. Propose ~~ The Little You Know The Little Chance You'll Die


Kebenaran adalah apa yang kau percayai. Bukan hal yang pertama kali kau ketahui.



--Diva's POV--

"...jadi kalau weekend biasanya dia jalan sama pacarnya?" Tanya Doni.

"Iya. Karena dia ngga punya siapa-siapa lagi, bisa dibilang dia bergantung sama aku dan Keenan." Jawabku.

Aku menghentikan obrolan dengan Doni. Apa sih sebenarnya yang dia mau? Kenapa dari tadi selalu bertanya soal Sheerin?

Hari ini aku jalan-jalan dengan Doni yang kini menjadi pacarku. Aku belum lama mengenalnya, mungkin sekitar enam bulan kami menjadi teman pena yang berkenalan secara online. Akhirnya setelah bertemu kami pun sepakat untuk pacaran. Sebenarnya aku agak kecewa dengan sikapnya yang berbeda dengan Doni yang aku temui di online. Di chat, dia lebih banyak bicara dan membuatku sama sekali tidak bosan. Sedangkan Doni yang kutemui tidaklah sebawel itu. Dia hanya berbicara padaku mengenai hal-hal yang penting saja. Tidak ada bercandaan seperti biasanya. Dan yang aku sedikit kesal, dia tampak begitu tertarik membicarakan Sheerin. Memangnya sepenting apa sih pembicaraan tentang Sheerin itu?

"Emm, Doni. Kamu ada kelas jam berapa besok?" Tanyaku mencoba mengalihkan obrolan.

"Jam pertama." Jawab Doni tanpa ekspresi dan perhatiannya terus ditujukan pada handphone-nya.

Aku agak kesal. Makin kesal tepatnya. Kenapa dia seakan tidak nyaman jalan sama aku? Kenapa juga dia ajak aku keluar kalau aku diabaikan seperti ini? Aku ingin pulang dan menangis rasanya.

Akhirnya kami berdua terdiam cukup lama karena aku sudah kehabisan topik pembicaraan satu arah ini.

"Hey, maaf." Ucap Doni tiba-tiba.

Aku menghentikan langkahku. Apa aku salah dengar barusan?

Doni menghentikan langkahnya juga lalu memposisikan diri di depanku.

"Maaf sikap aku yang aneh sejak kita ketemuan. Aku ngga bermaksud buat kamu merasa cemburu atau apa. Aku akan kasih tau alasannya, nanti, oke?" Ucap Doni seraya meraih tanganku dan mengajakku melanjutkan langkah kami.

Dia tidak memberiku kesempatan untuk bicara. Aku pun akan merasa bersalah kalau aku tiba-tiba marah pada orang yang baru saja meminta maaf. Aku hanya terdiam dan terus berjalan mengikuti arahan dari tangan yang menggenggam tanganku dengan erat.

Kami menuju ke bioskop di salah satu mal. Dia memilihkan sebuah film yang sama sekali bukan kesukaanku. Ada banyak adegan adu senjata dan permainan cuci otak. Aku setuju untuk nonton ini karena dia yang memilihkan. Selama beberapa menit di dalam bioskop, aku berkali-kali menutup mataku. Film ini membuat memori buruk masa laluku seperti muncul lagi di depan mata.

Doni tampak tenang menonton di sampingku. Matanya tertuju pada layar. Sebenarnya aku tidak mau mengganggu, tapi aku tidak tahan lagi. Aku meraih tangannya seraya mendekati telinganya dan berbisik. "Sayang, aku keluar ya." Doni memalingkan pandangannya dari layar ke wajahku. Lalu ia bangkit dari kursinya dan menggandengku keluar dari bioskop.

"Maaf ya aku maksa kamu nonton film kayak gitu." Ucap Doni.

"Iya gapapa." Ucapku.

"Yaudah sekarang kita ke rumahku, ya?" Ucap Doni.

Saat itu aku hanya bisa mengikuti langkah kaki Doni yang kini menuntunku ke parkiran mal. Kami menaiki motor milik Doni dan menuju ke rumahnya. Ini pertama kalinya aku ke rumah seorang teman cowok. Sebenarnya aku merasa agak gugup. Keenan saja yang sudah lama aku kenal belum pernah mengajakku ke rumahnya. Dan ini Doni pacarku loh. Aku tidak mempersiapkan apa-apa untuk bertemu keluarganya.

"Kamu ngga perlu khawatir, Diva. Orang tuaku lagi ngga ada di rumah kok." Ucap Doni yang lagi-lagi seakan bisa membaca pikiranku.

"Ehh, iya sayang." Ucapku gugup.

Aku harus bagaimana sekarang?

Tak lama kemudian kami tiba di depan sebuah rumah. Aku masuk ke dalam dan menuju ke sebuah ruangan di lantai dua yang sepertinya kamar Doni.

Sebelum melangkah masuk ke kamar, aku menghentikan langkahku tepat di ambang pintu.

"Ayo masuk." Ucap Doni yang sudah berada di dalam kamarnya.

Aku masih terdiam.

"Diva, tenang aja aku ngga akan ngelakuin yang aneh-aneh kok." Ucap Doni kalem.

"Maaf." Ucapku kikuk seraya melangkah masuk.

"Iya aku ngerti kamu ngga biasa deket sama cowok yang bukan keluarga kamu." Ucap Doni sambil menutup pintu di belakangku.

Kenapa pintunya harus ditutup dan dikunci sih? Aku jadi merasa ngga nyaman.

Doni mendudukkanku di tempat tidurnya. Tapi dia masih berdiri dan meraba ruang di sekitar rak bukunya yang tersusun rapi.

Dia kembali menghadapku.

"Eh sebelumnya aku harus ngasih tahu kamu dulu kenapa aku nunggu sampai kita di kamarku untuk bilang hal ini. Aku ngga mau kamu salah paham dan mikir yang negatif dan mesum ke aku." Ucap Doni yang kini pipinya bersemu merah padam. "Jadi, kalo dari dalam kamar ini ngga akan ada orang luar yang bisa denger suara di dalamnya kalo pintunya terkunci. Ada beberapa sensor di dinding yang bakal ngasih tau ke orang yang ada di dalamnya kalo ada hal-hal berupa penyadapan atau gangguan lainnya lewat monitor disini." Doni menunjuk sebuah monitor kecil di sekitar rak bukunya.

Aku menghela nafas lega. Aku tahu Doni punya alasan yang jelas dengan keanehannya.

"Oke, jadi yang mau kamu jelasin ke aku adalah?" Tanyaku yang kini mulai mendapatkan kembali diriku yang biasanya.

"Diva, maaf sebelumnya aku harus bilang yang sejujurnya sama kamu." Ucap Doni memulai kata-katanya. "Aku bukannya mau balas dendam atau apa, tapi aku bener-bener harus ngelakuin ini."

"Apa?" Ucapku bingung.

"Pertama kamu harus tahu fakta kalau aku ini temen sekelasnya sahabat kamu Sheerin." Ucap Doni.

"Tapi kan dia satu angkatan sama aku." Ucapku bingung.

"Aku ngga tau versi seperti apa yang dia ceritain ke kamu. Tapi nyatanya dia tinggal kelas gara-gara aku." Ucap Doni.

"Kamu?" Ucapku tambah bingung. "Dia ngga pernah bilang kalau dia pernah tinggal kelas."

"Dulu aku itu teman TK nya. Singkatnya aku dulu pernah bully dia sampai dia ngga punya satupun teman. Dan itu berlanjut saat masuk SD yang ternyata kami satu kelas lagi. Tapi setelah aku sleepwalking dan menghancurkan tulang kakiku, aku menghabiskan beberapa bulan homeschooling, begitu aku masuk lagi ke sekolah dia ngga ada di kelasku. Ngga ada yang terlalu memperhatikan dia karena memang dia ngga punya teman. Tapi sejak saat itu aku selalu cari tau tentang dia. Aku selalu mengharapkan dia masuk sekolah. Aku selalu ingin bertemu dia. Aku ngga tahu kenapa aku bisa sampai terobsesi sama dia, tapi aku harus bertemu dia."

Jadi Doni suka sama Sheerin? Itu menjelaskan banyak hal.

"Tolong jangan salah paham. Aku bukannya suka sama dia,--('dia selalu tahu apa yang aku pikirkan!')-- aku cuma merasa bersalah karena aku yang bikin dia ngga punya temen di sekolah. Aku selalu cari info tentang dia. Dan begitu aku dapat banyak informasi, aku mulai sadar kalau aku merasa bersalah pada orang yang salah. Karena justru dialah yang membuat aku jatuh dari jendela kamarku dan membuat kakiku patah. Dan itulah alasannya untuk memilih tinggal kelas, supaya tidak bertemu denganku dan menghapus jejaknya."

"Kenapa kamu simpulkan seperti itu?" Tanyaku yang sedikit tidak terima sahabatku difitnah seperti itu.

Doni kembali ke rak bukunya. Kali ini ia mengambil sebuah buku yang sudah agak usang.

"Aku bukan menuduh tanpa bukti." Doni meletakkan buku itu di antara kami.

"Beranjak SMP, aku mulai belajar komputer dan berhasil membobol sistem kamera pengintai milik kepolisisan yang dipasang di sekitar rumahku." Doni membolak-balik halaman pada buku itu dan sampai pada sebuah gambar rumah ini dari luar, dengan penerangan seadanya. Lampu kamar di lantai dua rumah  menyala, saat itu pula ada sesosok gadis kecil dengan kepala berwarna merah menyembul dari antara semak-semak tinggi. Aku melihat ada banyak gambar serupa dengan sudut pandang yang berbeda-beda.

"Sheerin?" Gumamku.

"Ini gambar waktu aku ternyata sleepwalking dan jatuh dari lantai dua rumahku. Aku juga sempat ngga percaya. Tapi aku terus cari informasi." Doni membalik halaman buku itu lagi dan kali ini aku melihat gambar wajahku di kertas lusuh itu.

"Aku?" Tanyaku.

"Aku tahu kasus penculikan itu ngga boleh diberitakan. Tapi aku butuh informasi yang bersangkutan dengan Sheraphyna Shine. Dan dia ada disana waktu penculikan kamu." Ucap Doni.

Aku bangun dari dudukku. "Doni, apa kamu pikir Sheerin yang berusaha menculikku atau apa?" Ucapku dengan emosi berapi-api.

"Aku  ngga bilang begitu. Tapi tolong dengerin dulu sampai selesai. Aku tahu betapa menakutkannya penculikan itu. Tapi kamu harus bantu aku. Aku ngga bisa biarin orang seperti Sheerin berkeliaran bebas."

Aku kembali duduk dan berusaha menenangkan diriku. Sulit dipercaya orang yang aku kenal sejak SD itu adalah orang jahat. Tapi apakah yang dikatakan Doni benar? Atau sebenarnya yang jahat itu Doni dan dia sedang berusaha membuatku jatuh ke dalam jebakannya?

Kali ini Doni menunjukkan sebuah buku lusuh yang lainnya. Ada sederetan foto orang-orang yang tidak kukenal.

"Mereka detektif." Ucap Doni. "Yang ini kakek buyut Sheerin." Doni menunjuk salah satu pria di gambar dua pria yang sedang saling bersalaman.

"Mereka berdua ada di tim yang sama. Saat itu kasusnya adalah pembunuhan dan mutilasi yang korbannya adalah wanita dan anak-anak. Mereka berdua detektif yang hebat pada masa itu. Semua masalah bisa terselesaikan dengan baik dan cepat. Tapi di kasus mutilasi ini mereka berbeda pendapat. Pada akhirnya kasus ditutup dengan tersangkanya Ravin Shikurone. Orang ini." Doni menunjuk gambat pria yang tadi dia bilang kakek buyut Sheerin.

Aku memperhatikan buku itu baik-baik. Isinya berupa potongan-potongan berita yang digunting dari surat kabar lama yang sudah dilaminating. Judul di artikel itu ditulis besar-besar dengan warna merah 'DETEKTIF PSIKOPAT SHIKURONE TERSANGKA PEMBUNUHAN DAN MUTILASI, DIHUKUM GANTUNG'. Aku membaca isi artikel tersebut.

"Kalau emang Sheerin itu cucu dari orang ini, kenapa nama belakang mereka beda? Lagi pula disini ditulis katanya Ravin Shikurone menerima hukuman gantung di depan umum dengan seluruh keluarganya. Terus dari mana garis keturunan yang menghubungkan dia dan Sheerin?" Ucapku kebingungan.

"Sebelum aku kasih tahu semua hal lebih lanjut, aku butuh komitmen dari kamu." Ucap Doni.

"Komitmen untuk apa?" Tanyaku.

"Ka-Kamu nikah sama aku?" Ucap Doni, wajahnya memerah.

Perasaan macam apa ini? Apa kata-kata tadi itu sebuah lamaran? Atau dia tidak bermaksud seperti yang aku maksud?

"Nikah?" Tanyaku.

"Iya." Jawab Doni sungguh-sungguh.

"Tapi kenapa?" Tanyaku.

"Karena cuma pernikahan-lah ikatan paling erat yang menghubungkan dua orang. Aku mau kamu selalu jadi temanku, selalu jadi pasanganku dalam situasi apapun. Aku mau kamu selalu ada disaat apapun. Aku mau kamu selalu ada di hidup aku."

"Untuk nyari tahu informasi tentang sahabatku?" Ucapku agak tersinggung.

"Aku mau menghapus seluruh keturunan Shikurone. Tapi aku ngga bisa melakukannya sendirian. Aku butuh kamu. Dan kalau kamu ngga selalu ada di samping aku, kamu akan jadi target berikutnya."

"Coba bilang pakai kata-kata yang bisa aku mengerti, sayang."

Doni menarik nafas dalam-dalam. Ia tampak sedang berpikir keras.

"Diva, aku belum pernah pacaran selama hidupku. Aku ngga pernah merasakan perasaan aneh yang berlebihan pada seorang cewek. Tapi saat itu kamu. Aku ngga bisa apa-apa. Aku ngga bisa cuma lihat kamu dari jauh. Aku mau deket sama kamu. Tapi kalau deket sama kamu, kamu bisa ada dalam bahaya. Aku--" Doni menarik nafas dalam lagi. "Aku cinta kamu dan ngga mau kamu kenapa-kenapa. Aku takut kehilangan kamu. Aku cinta kamu makanya aku mau kamu nikah sama aku. Aku cinta kamu.."

Doni mengatakan hal itu dengan sangat jelas. Lalu setelah itu dia menunduk dan menyembunyikan wajahnya dari pandanganku.

"Hey sayang." Ucapku sambil menaikan wajahnya sampai setara dengan wajahku. "Terima kasih."

Doni memperlihatkan wajahnya yang merah padam dan air mata yang mengalir perlahan jatuh ke pipinya.

"Terima kasih sudah jatuh cinta sama aku. Walaupun ini bisa dibilang terlalu cepat, tapi aku akan tetap bilang kalau aku bersedia nikah sama kamu." Ucapku.

Doni memelukku beberapa detik. Lalu melepaskannya. Wajahnya masih memerah dan aku bisa lihat di pipinya masih terpeta bekas air mata. Kemudian kesunyian menyusul.

Secara spontan aku menggelakkan tawa.

"Ada yang lucu, Div?" Tanya Doni.

"Kamu." Ucapku disela tawa. "Kamu terlalu random. Tadi sikap kamu itu misterius banget. Terus bilang kalo kamu musuhan sama Sheerin. Terus cerita soal sejarah keluarga Sheerin yang ternyata kriminal. Dan akhirnya kamu ngelamar aku. Gimana aku ngga ketawa coba?"

Doni hanya memberikan seyuman yang menampilkan gigi depannya yang rapih. Lalu aku tiba-tiba saja mendaratkan sebuah ciuman ke pipinya.

Wajah Doni memerah lagi. Aku tidak percaya ternyata Doni orang yang mudah blushing juga. Mungkin dia benar-benar cinta sama aku? Aku harap begitu. Tapi aku ngga percaya sedikitpun yang dibilang Doni barusan. Aku bersedia menikah dengannya hanya karena aku mau mengumpulkan lebih banyak informasi untuk sahabatku. Tentu saja aku lebih percaya padanya daripada Doni, cowok yang baru aku kenal beberapa bulan. Sheerin belum pernah mengecewakanku sekalipun. Tidak mungkin ada satupun fitnah dari Doni yang benar. Ya, aku percaya Sheerin.

***


আPrevious: Uncovered

আNext: Clink and Scream





Senin, 08 Mei 2017

Aiko - Koi Wo Shita No Wa | Soundtrack Koe No Katachi


Berawal dari manga, akhirnya Koe No Katachi mendapatkan adaptasi film di tahun 2016 kemarin. Di Indonesia sendiri film ini ternyata ditayangkan pada Mei 2017 dengan judul English-nya yaitu A Silent Voice. Buat yang udah nonton filmnya, gimana nih komentar kalian? Berapa ember air mata buaya yang udah kalian keluarin?

Yang mau spoiler monggo mampir disini: A Silent Voice (Koe No Katachi) | 2017

Bukan cuma film dan manga nya yang bikin baper, sampe-sampe soundtrack-nya pun bikin suasana jadi melow. Gue ngga bisa temuin lagu asli dan resmi dari penyanyinya Aiko, tapi kira-kira begini lah lagu yang gue denger setelah film berakhir dan layar menampilkan credit tittle.




Dengerin lagu ini jadi mengingatkan gue sama perasaan kalo lagi dengerin Yume Sekai-nya Haruka Tomatsu yang jadi ending song anime Sword Art Online.

Yuk kita baper bareng-bareng.

Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--

Minggu, 07 Mei 2017

A Silent Voice (Koe No Katachi) | 2017



Siapa yang suka nge-bully?

Eh jangan lah ya. Inti dari film ini mengajarkan kita untuk ngga melakukan hal buruk tersebut. 

Hampir aja gue ngga kedapetan jam pertama dari penayangannya di Cibinong Platinum karena ternyata kondisi jalan yang padat. Gue menonton film ini 3 hari setelah tanggal tayangnya di Indonesia dan karena di GI tumbenan belum menjadwalkan film ini tayang disana, akhirnya memaksa gue ke Cibinong daripada harus ke Kelapa Gading yang gue belum pernah jelajahi.

Gue sampe di bioskop kira-kira 3 menit sebelum jadwal tayang jam pertama. Masih ngos-ngosan dan ngga sempet beli snack dan minuman, di dalem bioskop udah gelap dan layar udah menampilkan pembukaan film.

A Silent Voice.

Film bermula dengan adegan Ishida Shoya yang merasa sangat depresi dan menarik diri dari lingkungan sosialnya, ia mencoret kalendernya dengan hitungan lamanya dia bekerja paruh waktu. Lalu menjual semua komik dan koleksinya untuk mendapatkan uang yang diberikannya pada mamanya. Lalu berganti adegan di kelas 6 SD dimana Ishida (Seiyuu Mayu Matsuoka) terkenal populer di kalangan teman-temannya. Kemudian adegan berganti pada saat di kelas Ishida akan ada seorang murid baru.

Perkenalan murid baru kali itu berbeda dengan biasanya. Si murid baru mengabaikan guru ketika ia disuruh menyebutkan namanya dan berkenalan. Kelas menjadi sepi senyap sampai sang guru menyentuh bahu si murid baru dan dia mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tasnya.

Anak baru bernama Shouko Nishimiya (Seiyuu Saori Hayami) itu membalikkan selembar demi selembar kertas pada buku catatannya yang ternyata isinya adalah kalimat-kalimat perkenalan. Di akhir perkenalannya, ia memberitahu teman-teman sekelasnya kalau dirinya tuli. Disaat yang lain terbengong-bengong karena tahu kenyataan bahwa Nishiyama tuli, Ishida menyeletuk dengan keras dan langsung dinilai tidak sopan.

Mulai saat itu awalnya banyak yang tertarik untuk berteman dengan Nishimiya, namun lama kelamaan banyak yang sulit mengerti perkataan Nishimiya dan menghindar.

Sebenarnya Nishimiya mengajak Ishida berteman. Namun Ishida yang juga tidak mengerti apa yang diucapkannya pun malah membentak Nishimiya dan ikut menjauhinya juga. Sampai akhirnya hal ini berlanjut ke tindakan bully yang dilakukan Ishida. 

Ibu Nishimiya melapor kepada pihak sekolah kalau Nishimiya sudah kehilangan 8 alat bantu dengar dan beranggapan bahwa anaknya telah menjadi korban bully, akhirnya kasus ini berujung pada guru yang langsung tahu bahwa pelakunya adalah Ishida. Ibu Ishida menemui Ibunya Nishimiya untuk meminta maaf sekaligus ganti rugi atas alat bantu dengar Nishimiya yang dihilangkan oleh Ishida. Sejak saat itu, tidak ada lagi seorang pun yang mau berteman dengan Ishida. 

Lalu adegan kembali ke masa Ishida (Seiyuu Miyu Irina) yang telah berhasil mengumpulkan uang lalu memberikannya kepada ibunya. Namun bukannya senang, ibunya malah mengancam akan membakar uang hasil kerja kerasnya karena tahu bahwa Ishida punya kalender aneh yang berakhir hanya sampai bulan April. Dari situ ibu Ishida menyimpulkan bahwa anaknya akan bunuh diri. Ia terus menyudutkan Ishida untuk berjanji tidak akan bunuh diri. Akhirnya Ishida pun berjanji walaupun akhirnya uang yang sudah berhasil dikumpulkannya tetap terbakar karena ibunya terlalu senang mendengar perkataan anaknya.

Ishida yang sudah lebih dewasa kini menjadi anak yang pemurung. Karena di sekolah barunya ada yang menyebarkan berita bahwa dirinya suka melakukan hal-hal mengerikan pada orang lain, akhirnya dia tidak memiliki teman. Ia jadi memiliki kebiasaan takut memandang wajah orang lain dan mendengar perkataan orang lain. Saking merasa bersalahnya atas kejadian di SD itu, dia pun merasa bahwa monster seperti dirinya tidak pantas bahagia dan bahkan tidak pantas untuk hidup.

Ishida SMP kini mengikuti klub bahasa isyarat. Dan saat ia merasa bahwa harapannya untuk hidup telah benar-benar hilang, tiba-tiba saja ia melihat Nishimiya lewat di hadapannya lalu mengejarnya. Saat itu ia melakukan bahasa isyarat mengajak Nishimiya berteman dengannya. Kemudian ia menyadari ternyata itulah yang dikatakan Nishimiya dulu di SD. Ishida makin merasa bersalah dan lari dari hadapan Nishimiya.

Sejak saat itu, Ishida menghindari Nishimiya karena merasa canggung.

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang dipaksa meminjamkan sepedanya kepada anak lain. Karena tidak tega melihatnya, Ishida pun merelakan sepeda miliknya dipinjam orang itu (yang ternyaata tidak dikembalikan). Ishida merasa kesal karena saat itu niatnya dia mau menemui Nishimiya. Tapi sewaktu ia di perjalanan pulang, cowok yang tadi ia tolong dari peminjam sepeda itu ternyata sedang berdiri di persimpangan jalan sambil menuntun sepeda Ishida! Lalu mulai saat itulah Ishida dengan cowok bernama Tomohiro Nagatsuka menjadi teman dekat.

Hari-hari selanjutnya dilalui dengan mudah dengan adanya Nagatsuka yang ceria disisi Ishida. Tapi tidak ketika ia ingin menemui Nishimiya yang langsung dihadang oleh orang bertubuh kecil yang mengaku pacar Nishimiya. Tapi berkat bantuan Nagatsuka, akhirnya Ishida bisa mengobrol dengan Nishimiya. Mereka mulai dekat dan tidak canggung. Ishida jujur pada Nishimiya kalau dirinya sedang mencari arti tentang pertemanan belakangan ini sebelum menemuinya kembali. Ia masih merasa bersalah atas apa yang dilakukannya di masa lalu.

Dari jauh, Nagatsuka dan orang yang mengaku pacar Nishimiya itu memperhatikan obrolan Ishida dan Nishimiya. Yang berakhir pada terceburnya Ishida dan Nishimiya ke dalam sungai karena usaha mereka untuk mengambil buku catatan milik Nishimiya yang terjatuh.

Besoknya Ishida disuruh menjemput adiknya Maria di TK. Disitulah ia bertemu dengan orang yang mengaku pacar Nishimiya. Karena keadaannya yang lemas akhirnya orang yang ternyata bernama Yuzuru (Seiyuu Aoi Yuuki) itu diajak pulang ke rumah Ishida dan menginap bersamanya (Ishida masih belum tahu kalau Yuzuru bukan laki-laki).

Di tengah malam, Yuzuru melarikan diri dari rumah Ishida. Setelah dikejar akhirnya Yuzuru mengaku bahwa dia adalah adik perempuan Nishimiya.


Film ini banyak menampilkan adegan yang menurut gue agak bertele-tele. Tapi selama film berlangsung, banyak adegan yang bikin penonton ketawa terus karena tingkah lucu dari tokoh-tokohnya terutama Nagatsuka yang kocak dan penyataan cinta Nishimiya kepada Ishida yang tidak tersampaikan dengan jelas.

Di seperempat film, emosi penonton mulai dibuat melow.

Ternyata Nishimiya juga merasa depresi dan sering kali berniat bunuh diri. Makanya Yuzuru selalu ada didekatnya dan menjaganya sampai dia tidak masuk sekolah.

Saat festival kembang api, Ishida menontonya bersama dengan ibu dan kakak beradik Nishimiya. Saat itu Nishimiya izin pulang lebih dulu. Tapi karena Yuzuru minta tolong diambilkan kameranya, Ishida pun pergi ke rumah Nishimiya dan malah menemukan Nishimiya yang sedang berdiri di pinggir balkon rumahnya.

Ishida sangat ketakutan dan berlari menuju Nishimiya yang kini melompat jatuh. Beruntung tangannya masih sempat menggapai Nishimiya. Namun sialnya, ketika mengangkat naik tubuh Nishimiya, tubuh Ishida malah berbalik jatuh dan mengakibatkan dirinya dirawat di rumah sakit beberapa hari.

Ibu Nishimiya merasa bersalah atas kejadian tersebut dan berlutut minta maaf pada ibu Ishida.

Setelah kesadarannya pulih, Ishida langsung menemui Nishimiya dan berkata bahwa dia akan membantunya untuk tetap hidup. Gue pikir disini mereka akhirnya akan jadian. Tapi ternyata engga genks. Film ini lebih ke arah persahabatan dan arti pertemanan yang sesungguhnya.

Ishida kembali ke sekolah pada saat di sekolah sedang berlangsung festival kebudayaan. Kedatangannya ke kelas langsung disambut oleh tangis haru Nagatsuka yang berkata bahwa ia tetap menjadi sahabatnya. Lalu film berakhir di adegan Ishida akhirnya berani untuk menatap wajah orang lain dan mendengarkan setiap suara yang dikatakan orang lain.



Jujur gue agak kecewa sama ending film ini yang menurut gue nanggung banget. Atau mungkin sang produser emang ngga berniat menghapus air mata penonton setelah selesai menonton. Jadi emosi kita masih sedih dan air mata belum kering eh film udah abis aja. Untuk lebih lengkapnya sih enaknya baca manganya aja. Ada sekitar 32 chapter yang dijamin bakal lebih dalem lagi menyayat hati. Tapi untuk memainkan emosi, film ini patut diacungin jempol deh.
For me this is 3.5/5

Jaa ne~

--D Ark R Ain Bow--