Rabu, 11 Maret 2020

Field Trip Drama


Hati perempuan itu unik ya. Bisa marah, kesal, bahagia, sedih, nangis, menyesal, cemburu, dalam waktu yang singkat aja. 


Yang penting adalah mereka didengarkan. Bukan diacuhkan atau dibiarkan tahu dengan sendirinya soal keadaan tertentu, karena biasanya kalau sudah ambil keputusan sendiri, mereka bisa aja ngga sadar dan ngga melihat logika lagi.

Gue punya satu cerita. Waktu di OSIS dulu, gue sempat dekat dengan salah satu cowok di organisasi yang sama. Kita adalah partner kerja yang baik. Kebetulan gue dan dia adalah dua orang yang paling berpengaruh di organisasi saat itu dan kita juga sudah pasti mau tidak mau harus menjalin komunikasi yang sangat baik.

Awalnya hubungan kita berdua agak canggung. Kita ngga berasal dari kelas yang sama. Bahkan jurusan kami pun berbeda. Sebelum tergabung di OSIS, gue sama sekali tidak kenal cowok ini. Apalagi pernah mengobrol atau dekat. Sama sekali tidak. Jadi kedekatan kami murni di saat organisasi bermula.


Ngga sulit untuk bisa dekat sama gue. Gue orang yang berani soalnya. Waktu itu cowok itu masih pemalu banget. Tapi lama kelamaan kami jadi lebih dekat dari seorang partner organisasi. Bukan berarti kami suka satu sama lain ya. Kadang suka kangen sih kalau udah lama ngga ketemu. Tapi bukan, hubungan kami ngga seperti itu.

Dia menganggap gue sebagai sahabat cowoknya. Iya karena menurutnya kepribadian gue yang unik dan sama sekali tidak mencirikan kepribadian cewek-cewek pada umumnya (at least itu yang dia pikir). Gue pun menjadi santai kalau sama dia. Ngga perlu khawatir dia akan gimana-gimana karena dia juga terkenal sebagai orang yang sopan dan lembut sama orang lain.

Mungkin kalau yang lihat teman-teman cowok, mereka ngga terlalu keberatan sama kedekatan gue dan cowok ini. Tapi kalo yang lihat cewek-cewek, beberapa kali gue merasa 'dilabrak' sama cewek-cewek yang termasuk fans cowok ini. Maklum aja, cowok ini cukup populer di sekolah karena salah satunya ya dia anggota OSIS yang aktif. Can you imagine two popular people in one circle?

Ngga sedikit fans cewek nya (yang kebanyakan adik kelas) bertanya penasaran sama gue. Apakah gue ini pacar dari cowok itu? Dan sampai capek pun gue selalu bilang kalau gue bukan pacarnya. Saat itu bahkan gue sudah punya pacar yang satu kelas dengan gue (walaupun ngga lama setelah menjabat anggota Dewan teratas OSIS, gue putus sama cowok gue).


Gue suka bingung, kalau orang yang beda jenis kelamin berteman dekat, selalu identik sama pacaran ya?

Singkat cerita, waktu itu ada school field trip ke luar kota. Salah satu destinasi yang ada di jadwal adalah pantai. Waktu itu gue sama sekali ngga berniat untuk main air. Karena gue paling malas antri bilasnya. Dan gue ngga terlalu suka berada di bawah sinar matahari kala itu. Jadi gue pakai jaket, di pantai.

Jaket yang gue pakai adalah jaket seragam yang dibuat sama satu kelas gue saat itu. Jadi jaketnya samaan, bedanya hanya ada nama kita di bagian depannya. Gue yakin kalian juga pasti punya deh.


Gue ngga main air, tapi bukan berarti teman-teman gue juga ngga main air. Mereka main air. Awalnya mereka ngga masalah gue ngga ikutan main air. Malah gue menjadi penitipan barang-barang yang ngga tahan air seperti handphone, jam dan lainnya. Tapi tiba-tiba teman-teman dari OSIS merasa gue harus masuk ke air. Gue panik dong. Gue melawan karena memang ngga mau. Tapi mereka terus memaksa. Cowok-cowok OSIS dibantu teman-teman sekelas gue yang lain memaksa gue untuk masuk ke air. Teman cewek gue mengambil barang-barang titipan dan yang cowok terus mendorong gue mendekat air (setengah digendong sih). Dan ya, empat orang cowok melawan satu cewek yang ukuran badannya jauh banget lebih kecil dari mereka. It's imposibble for me to win. Akhirnya gue masuk ke air dan basah. Masih bersama dengan jaket yang gue pakai sebelumnya.


"No way! Lo harus tanggung jawab. Gue ini orangnya gampang kedinginan. Pokoknya jaket lo gue pake!" Jerit gue saat itu kepada si cowok anak OSIS ini yang cuma nyengir aja lihat gue kebasahan di dalam jaket.

Kebetulan kita berada di satu bis yang sama. Dan disitulah dia memenuhi janjinya dan memberikan jaket seragam kelasnya kepada gue. Gue bilang, kalau jaket gue udah kering, dia bisa pakai lagi jaketnya. Dan bukan bualan, gue memang ngga bisa tahan sama dingin. Gue sangat gampang kedinginan. Akhirnya selama sisa field trip itu gue harus memakai jaket miliknya yang literally samaan seperti jaket anak-anak di kelasnya yang lain. Bisa bayangin dong kalau ada orang lain yang pakai jaket kelasan kalian padahal dia bukan anggota kelas kalian? Iya banyak banget yang melihat sinis ke arah gue. But I don't care! Daripada gue kedinginan.


Tiba di saat makan malam. Kami sudah berada di hotel yang disewa sekolah untuk acara itu. Ketika mau ambil makanan, gue merasa ada yang memperhatikan gue. Dan benar aja. Salah satu cewek dari kelas yang sama dengan pemilik jaket yang gue pakai ini dengan sengaja dan kentara sekali berusaha menyibakkan bagian depan jaket yang gue pakai untuk bisa melihat nama siapa yang tertulis disana. Sebenarnya gue berteman cukup baik dengan cewek ini, tapi saat itu dia mengobrol dengan gue dengan nada yang berbeda. Nada curiga yang sinis. Sinis banget. Apalagi setelah membaca nama di jaket yang gue pakai. Dia langsung buru-buru pergi dari gue dan (seperti) melapor pada temannya yang lain. Gue melihat itu dengan jelas. Dan gue mengenali kepada siapa dia melapor. Salah satu mantan pacar si pemilik jaket..



Gue menceritakan kejadian itu kepada seluruh sahabat gue setibanya gue di kamar. Dan mereka berkata kalau gue ngga usah terlalu ambil pusing soal itu. Karena kan gue punya alasan yang jelas untuk itu.

Tapi pada akhirnya, selama sisa field trip, gue (seakan) dimusuhi oleh seluruh anak-anak dari kelas itu (cewek-ceweknya sih). Karena setiap gue lewat di depan mereka, matanya selalu melihat sinis ke arah gue. Gue ngga tahu apa yang dilakukan cewek di makan malam waktu itu. Gue pun ngga mau berspekulasi. Jadi gue mencoba mengabaikan mereka begitu aja. I'm expert about this to be honest.






Setelah field trip, kegiatan sekolah berjalan seperti biasa. Kami belajar, bermain, jahilin guru, pacaran, cabut ke kantin. Tapi hari itu ada yang aneh. Ada sebuah pesan masuk ke handphone gue dari nomor telepon yang tidak gue kenal. So glad, pesan yang masuk langsung memberitahu dia siapa. Dan gue langsung terkejut. SEKAGET-KAGETNYA!


Gue ngga pernah mengobrol atau bahkan sekedar menyapa, tapi orang ini SMS gue. Dia cewek yang waktu itu. Teman seangkatan gue di kelas yang sama dengan pemilik jaket yang gue pinjam dan mantan dari pemilik jaket yang gue ceritain diatas.


Dia SMS dengan kata-kata yang sopan. Dia bilang ada sesuatu yang mengganjal yang ingin dia katakan pada gue. Saat itu dalam hati gue membatin 'ya, oke. Let's see what you gonna say, I bet it's about him all along.' Dan iya, setelah beberapa pesan basa basi yang sopan, dia mengutarakan tujuan utamanya mengirim SMS ke gue.

"Maaf ya safi, tapi gue cuma mau tanya. Bagaimana sih hubungan lo sama cowok itu? Sekarang dia pacaran sama lo ya?"


Again. Gue dikasih pertanyaan kayak gini. Jujur gue tuh merasa jengah banget setiap kali gue ditanya kayak begini. Gue punya beberapa orang teman cowok yang dekat sama gue. Jadi cowok ini bukan kasus pertama kalinya.

Gue pun berusaha sesopan mungkin untuk membalas kata-kata itu. Tapi ya, sesopan-sopannya gue, gue pasti to the point akhirnya.


"Lo cemburu ya waktu gue pake jaketnya di field trip kemaren?" Gue berkata langsung tanpa basa basi.


Dia pun menjawab "Hehe, iya sedikit."


Lalu gue pun menjelaskan awal mula kenapa gue sampai pakai jaket cowok itu. Alasan yang sama seperti yang gue ceritakan di atas sebelumnya.

Ngga lama kemudian, cewek ini pun mengerti. Dari kata-kata di SMS nya, dia sepertinya udah ngga salah paham lagi sama gue. Dan gue bersyukur akan hal itu. Udah terlalu banyak anak-anak cewek yang benci sama gue. Dan gue ngga mau nambah lagi.

Hari berlalu. Dan entah kenapa sejak si cewek itu SMS gue, kita jadi sering tegur sapa kalau ketemu di lorong sekolah. Sampai gue pernah bercanda untuk minta 'pajak jadian' sama cewek itu waktu tahu kalau dia udah punya pacar baru. Dan dikasih dong! Waktu itu gue dibeliin snack. Ngga langsung dikasih ke gue karena dia ngasihnya bertepatan sama acara sekolah dan gue sebagai anggota OSIS bertanggung jawab sebagai panitia untuk acara tersebut. Baru setelah adik kelas gue memberikan titipan si cewek, gue mencari dimana cewek itu duduk dan mengucapkan terima kasih secara langsung.


Kejadian itu sontak aja bikin sahabat-sahabat gue kaget banget. Mereka masih ingat betul kalau di field trip kemarin cewek itu melihat gue dengan tatapan seperti singa yang siap memangsa, tapi hari itu mereka melihat gue dan cewek itu seperti sahabat yang sudah lama kenal.

Sampai sekarang, kita masih komunikasi meskipun tidak se-intense teman dekat. Yaa, cuma sebatas follower IG sih. Sering like post dan coment.





--D Ark R Ain Bow--