Senin, 23 Maret 2015

Insurgent

Meluncur dari Margonda ke Kalibata emang mustahil banget bisa dilalui selama kurang dari 20 menit (dengan keadaan yang macet parah). Begitu pun yg terjadi sama gue kali ini. Hari ini gue ada belajar kelompok di kosan temen gue di Jalan Margonda. Niatnya gue mau nonton Insurgent di Margo City Mall setelah selesai, tapi gue secepat kilat merubah pikiran gue dan gue pun milih untuk nonton di Plaza Kalibata dengan alasan biar perjalanan pulang yang harus gue tempuh ngga terlalu jauh. Tapi sayangnya jadwal yang gue targetin ngga tercapai. Gue telat 15 menit dan itu fatal banget buat gue. Akhirnya gue pun ngambil jam ketiga yang mulai 2 jam lagi dari saat gue beli tiket. Huuufff Nunggu 2 jam sendirian itu rasanya sesuatu banget loh.

Waktu di loket, gue minta kursi B6 yang ada diantara kursi B5 Dan B4. Dan kasirnya bilang gue ngga bisa duduk disitu. Dia bilang mereka ngga ngejual tiket ganjil. Hadehhh emang cuma gue apa yg nonton sendirian??? (nengok kanan kiri) iya juga siih, ini malem minggu. Dari anak SD sampe lansia pun nontonnya couple an. -,-

Penantian panjang ini mengakibatkan sakit kepala, kebelet pipis dan laper berkepanjangan. Jealous karna ngeliat orang-orang pada berduaan pun membuat gue lama-lama jengah. Harusnya gue tunggu di kamar mandi aja. Seengganya mereka yang pacaran ngga akan bawa pacar ke kamar mandi. Tapi orang bego mana yang ngabisin waktu selama dua jam di kamar mandi SENDIRIAN..

Setelah muter-muter nyari colokan listrik untuk ngecas hape yang tewas, akhirnya gue pun masuk studio (ngga jadi ngecas)

Insurgent
The Divergent series

Penantian nya itu setahun loh, tapi di film nya, tenggang waktu antara ending Divergent dan opening Insurgent itu cuma lima hari. Saat itu Jeanine (Kate Winslet) menyiarkan kabar tentang pembunuhan massal di faksi Abnegation yang dipelopori oleh kaum Divergent (non faction) dan para pengikutnya yang berjumlah 5 orang ==> Tris / Beatrice Prior (Shailene Woodley), Four / Tobias Eaton (Theo James), Caleb Prior (Ansel Elgort), Peter (Miles Teller), Dan Marcus / ayah Four (Ray Stevenson).

Akhirnya Tris dan yang lainnya tinggal dan bersembunyi di faksi Amity selagi mereka menjadi buronan Jeanine.

Selama di Amity, Tris tidak hentinya mengalami mimpi buruk akibat rasa bersalahnya telah membunuh Will (Ben Lloyd-Hughes)—ada di film Divergent—untuk mempertahankan hidupnya. Juga kematian ibu dan ayahnya yang membuat Tris semakin merasa bersalah dan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia menganggap kalau semua orang yang dekat dan yang dicintainya akan meninggal atau terluka. Dan keadaan itu diperburuk dengan ejekan dari Peter yang membuat darah Tris mendidih. Pertengkaran antara keduanya pun tidak dapat dihindarkan. Akhirnya mereka terpaksa harus pergi dari Amity karena pemimpin faksi tersebut, Johanna (Octavia Spencer) tidak ingin ada kekerasan di faksinya. Ia mempertimbangkan mengusir mereka, namun ia memberikan satu kesempatan lagi dan memperbolehkan mereka untuk tinggal dan menyelesaikan misi untuk mencari faksi Dauntless lain yang tidak berpihak pada Jeanine.


Tapi semua dirusak dengan datangnya Max (Mekhi Phifer) Dan Eric (Jay Courtney) yang membawa pasukan Dauntless yang memihak Jeanine untuk melakukan pencarian Divergent di Amity. Marcus tewas saat mencoba untuk bernegosiasi dengan pasukan tersebut. Tinggallah Tris, Four dan Caleb yang berusaha kabur sementara Peter memilih untuk berkhianat dan bergabung dengan Eric dan pasukannya.

Mereka kabur dan berhasil naik ke kereta pengangkut hasil tani dari Amity yang menuju ke Kota. Tapi ternyata mereka tidaklah sendiri. Ada banyak orang dari Factionless yang menaiki kereta itu. Maka terjadilah perkelahian yang disebabkan oleh tidak adanya yang mau mengalah ataupun berbagi. Namun akhirnya perkelahian berhenti saat Four mengaku dirinya adalah "Tobias Eaton".

Sampai di markas Factionless, mereka bertiga bertemu dengan pemimpin faksi, Evelyn (Naomi Watts). Tris yang masih bertanya-tanya mengapa mereka mencari Tobias Eaton pun tercengang ketika tahu bahwa ternyata Evelyn adalah ibu Four.

Evelyn memiliki rencana untuk menyerang Erudite dan membunuh Jeanine untuk mendapatkan kekuasaan atas Kota, namun Four menentang rencana tersebut karena ia terlanjur membenci ibunya yang telah meninggalkannya saat usia 6 tahun bersama ayahnya yang kasar.

Saat Four dan Tris bersiap pergi, Caleb membuat keputusan untuk berpisah. Dia bilang dia akan pergi ke faksi Abnegation dan memulai hidup dengan apapun yang tersisa disana. Akhirnya Tris hanya pergi berdua.

Di Candor, mereka disambut meriah oleh kaum Dauntless yang tersisa, dan hati Tris tergores lebih dalam lagi ketika Christina (Zoe Kravitz) bertanya soal Will.

Tapi tidaklah seramah dugaan saat para petinggi Candor menyergap Tris dan Four dan akan membawa mereka ke Erudite untuk diadili atas hukum dan perintah dari dewan konsul yang dipimpin Jeanine.

Tidak semudah itu untuk membawa mereka berdua ke Jeanine. Saat Four meragukan kekuatan hukum Candor sebagai faksi paling jujur, Four ingin disidang di Candor. Dan pengadilan pun dilaksanakan. Dibawah pengaruh serum kejujuran, Four dan Tris membuat pengakuan sejujur-jujurnya bahwa mereka tidak terlibat dengan rencana Jeanine untuk melakukan pemberontakan di Abnegation. Mereka dinyatakan tidak bersalah dan dilepaskan dari segala tuntutan.

Malamnya, terjadilah serangan dari pasukan Dauntless Eric dan Max. Dengan menembaki semua kaum Candor dengan pistol tidur, mereka memeriksa semua Divergent yang tidak terpengaruh dengan tembakan tersebut. Dan Tris juga tertangkap. Eric tercengang ketika mengetahui bahwa Tris 100 persen Divergent. Ia berpendapat kalau Tris adalah orang yang selama ini dicari oleh Jeanine yang dipercaya mampu membuka kotak rahasia berisi pesan dari pendiri sistem faksi.

Tapi saat Tris akan dibawa ke Jeanine, Four menghentikan pasukan Eric dan dia pun membunuh Eric. Namun terlambat, Max telah memberitahu Jeanine kalau Tris lah orang yang tepat untuk menjadi subjek nya yang sempurna. Sejak saat itu, Tris menjadi buronan yang akan dicari sampai ketemu. Jeanine mengancam akan ada orang yang terbunuh setiap harinya jika Tris tidak diserahkan. Dan dia tidak main-main. Karna dia telah memasang semua orang di markas Factionless sebuah alat yang akan meledak dan mampu mengendalikan bahkan membunuh inang yang dihinggapinya.

Dibawah tekanan dan rasa bersalah yang makin menjadi-jadi, Tris akhirnya menyerahkan diri ke Jeanine. Dia bersedia menjadi subjek untuk membuka kotak pesan tersebut.

Lalu ia menjalani simulasi dari tiap faksi. Dauntless, Candor, Abnegation dan Erudite dilewati dengan mudah olehnya, namun simulasi Amity tidak berhasil dan malah membuat Tris kehilangan nyawanya..

Four yang kesal melihat Tris mati pun marah besar. Tapi tiba-tiba Tris terbatuk. Peter memberitahunya soal obat bius yang disuntikan pada Tris saat akan melakukan simulasi yang membuatnya tak sadarkan diri beberapa saat.

Peter kembali memihak Tris dan Four. Ia membantu mereka berdua untuk masuk ke lab dimana kotak pesan itu berada. Karena Tris merasa harus membawa serta kotak itu jika ingin melarikan diri. Peter mematikan seluruh pengaman menuju lab dan memungkinkan Tris dan Four masuk. Tapi setelah di dalam, Tris merasa harus membuka kotak itu dan dia merasa tahu bagaimana caranya. Dia harus menyelesaikan simulasi Amity.

Bayangan tentang dirinya yang kejam muncul dalam simulasinya. Tapi sebisa mungkin ia tidak melawan. Dan akhirnya dia berhasil membuka kotak dengan memaafkan dirinya sendiri.

Tepat saat itu, disaksikan Jeanine dan cukup banyak orang, kotak pesan itu terbuka. Seorang wanita muncul dalam bayangan hologram.

Wanita hologram itu berkata bahwa mereka telah berhasil menjalani uji coba kehidupan dalam sistem pembagian faksi. Dan dia tahu kalau suatu saat akan ada Kaum Divergent yang istimewa yang akan bisa membuka kotak pesan itu dan mereka semua siap untuk menjalani kehidupan sebenarnya di luar tembok tinggi. Tahu bahwa ada kehidupan manusia lain di luar tembok dan mereka bukanlah satu-satunya manusia yang tersisa di bumi.

Jeanine yang merasa persepsinya selama ini telah salah mengenai Divergent dan sistem faksi, memerintahkan pasukannya untuk mengubur kotak itu dan tidak boleh ada yang tahu tentang isi pesan tersebut.. Lalu ia ingin Tris dan Four mati..

Namun tembakan menghujani pasukan Jeanine dari para Factionless yang dipimpin Evelyn. Jeanine dan Caleb ditahan. Pesan hologram itu disiarkan ke seluruh faksi. Dan Jeanine akhirnya dibunuh oleh Evelyn. Seluruh warga kota beramai-ramai menuju ke arah tembok. Untuk mengetahui apa yang ada di balik tembok selama 200 tahun ini.

--D Ark R Ain Bow--


This entry was posted in

Kamis, 19 Maret 2015

Cinderella, Spongebob, Insurgent

As long as I waited, they've finally come out.
Minggu ini adalah minggu yang sangat membuat galau. Pertama, tanggalnya jatuh di pertengahan bulan yang menandakan kalau isi dompet juga tinggal tengah-tengah. Kedua, ada tiga film bagus yang udah di tunggu-tunggu kemunculannya. Ketiga, jadwal kerja dan kuliah yang ngga bisa ditolerir.
See,, this is the complicated.



CINDERELLA

Kode M-TIX : CIND
Jenis Film : Adventure, Drama
Produser : Simon Kinberg, David Barron, Allison Shearmur
Produksi : Walt Disney Pictures
Sutradara : Kenneth Branagh
Homepage : http://disney.com/cinderella


 Kisah Cinderella akan mengikuti cerita Ella (Lily James), yang terpaksa tinggal dengan ibu tiri dan kedua anaknya Anastasia (Holliday Grainger) dan Drisella (Sophie McShera) setelah sang ibu meninggal.

Penderitaan Ella bertambah saat sang ayah juga meninggal. Kehidupan yang awalnya bahagia, kini berubah saat ibu tirinya memperlakukan Ella seperti pembantu.

Kehidupan Ella tiba-tiba berubah ketika Ia bertemu dengan pangeran tampan di sebuah pesta dansa.








THE SPONGEBOB MOVIE: SPONGE OUT OF WATER

Kode M-TIX : SPON
Jenis Film : Animation, Adventure
Produser : Mary Parent, Paul Tibbitt
Produksi : Universal Pictures
Sutradara : Paul Tibbit
Homepage : http://spongebobmovie.com

SpongeBob kali ini akan keluar dari Bikini Bottom dan berpetualang ke permukaan. SpongeBob dan kawan-kawan harus merebut kembali gulungan kertas resep rahasia Krabby Patty yang dicuri oleh Burger Beard (Antonio Banderas), penjahat dan juga bajak laut yang berniat menghancurkan dunia.









DIVERGENT SERIES: INSURGENT

Kode M-TIX : INSU
Jenis Film : Adventure, Sci-fi
Produser : Douglas Wick, Lucy Fisher
Produksi : Entertainment One
Sutradara : Robert Schwentke
Homepage : http://www.thedivergentseries.com

Insurgent akan melanjutkan petualangan Tris (Shailene Woodley) dan Four (Theo James) di Divergent. Tris mencoba mengatasi rasa bersalah karena telah membunuh Will, meskipun hal itu untuk membela diri. 

The Group, terutama Tris dan Four, sulit untuk mematuhi aturan di Amity yang melarang penggunaan senjata dan mereka akhirnya harus melakukan pelarian lagi. 

Tris dan Four yang kini menjadi target buruan Jeanine (Kate Winslet) berusaha melawan dengan mencari faksi baru untuk menumbangkan Jeanine.

Tidak hanya di buru, Tris juga harus berusaha melindungi orang-orang yang dicintainya.






Rabu, 18 Maret 2015

Delmora The Ocean's Princess: Bab 8 (Kardus Kulkas)

Delmora The Ocean’s Princess







Created By:
Safitri Tsa’niyah





 Bab 8
Kardus Kulkas
          Kali ini aku merubah posisi patungku nanti ke posisi yang tidak nyaman. Aku harus duduk sila dalam sebuah kardus bekas kulkas. Kami akan ke Pangandaran dengan kereta.
          “Tolong pelan-pelan, Mas. Isinya mudah hancur.” Aku mendengar Oliver berkata pada petugas kereta.
          “Maaf, Mas. Tapi barang harus naik ke gerbong barang. Bukan gerbong penumpang.” Ucap lawan bicara Oliver yang terdengar lebih tua.
          “Tapi saya sudah terlanjur membeli tiket penumpang untuk barang saya.” Kudengar Oliver lagi.
          Lalu aku tidak mendengar percakapan mereka lagi. Rasanya aku ingin berteriak karena kardusku berguncang—begitu pula dengan aku—aku sepertinya sedang diangkat naik ke gerbong.
          Tak lama kemudian aku mulai merasa mual lagi. Naik kereta kuda setengah ikan ayah memang yang terbaik.
          Setelah kira-kira 7 jam kereta melaju, aku merasa kereta berhenti lebih lama di stasiun ini dan kukira kami sudah sampai. Kardusku diturunkan dari gerbong.
          “Kita sampai di stasiun Banjar, sayang. Sekarang kita harus naik bis lagi menuju Teluk.” Ucap Oliver dari luar.
          Aku mendengarnya dengan baik. Tapi Oliver tahu aku tidak bisa membalas ucapannya. Jadi dia hanya menaikanku ke troli dan—sepertinyakeluar dari stasiun. Sebelum berjalan jauh, aku mendengar beberapa orang berbisik-bisik kepada Oliver yang berbicara pada sebuah kardus kulkas.
          Aku kembali merasakan guncangan saat kardusku di naikan ke bis.
          “Moso karton kulkas iki bakal diselehake ing kalungguhan penumpang?” Ucap kondektur bus yang artinya: ‘Masa kardus kulkas ini mau diletakkan di bangku penumpang?’
          “Saya takut isinya rusak, Mas.” Ucap Oliver sopan.
          Selama beberapa menit berdebat dan memohonkepada semua awak bus, akhirnya Oliver berhasil mendudukkanku di sampingnya. Aku memang tidak bernafas selama menjadi patung, tapi rasanya Oliver tidak ingin menganggapku sebagai barang sekalipun aku dimasukkannya ke dalam kardus. Atau dia tidak ingin menemukan beberapa jariku patah.
          Kira-kira empat puluh lima menit melanjutkan perjalanan dengan bus, akhirnya bus pun tiba di teluk Pangandaran. Aku merasakan Oliver membawaku ke pantai. Karena aku bisa mendengar debur ombak di kejauhan.
          “Ini masih jam setengah empat, sayang. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menunggu kau berubah.” Ucap Oliver.
          Aku sangat tidak sabar menunggu matahari terbenam. Aku ingin cepat bebas dari kutukan ini dan menyelamatkan Athena. Tapi keadaan justru malah bertambah buruk.
          “Permisi Mas.” Ucap seseorang dengan suara berat dan logat jawa yang kental.
          “Kenapa ya, Pak?” Tanya Oliver.
          “Apa yang sedang Mas lakukan disini?” Tanya Bapak itu.
          “Saya sedang menunggu matahari terbenam.” Jawab Oliver.
          “Dengan sebuah kulkas pintu dua?” Tanya bapak itu dengan nada mencibir.
          “Itu bukan urusan bapak.” Oliver mulai marah.
          “Tapi saya petugas keamanan disini. Dan tugas sayalah untuk memeriksa kalau-kalau ada benda mencurigakan yang masuk ke pantai ini.” Bapak itu lebih galak.
          “Tapi ini bukan benda mencurigakan.” Bantah Oliver.
          “Seorang pemuda Jakarta duduk sendirian di tepi pantai teluk Pangandaran bersama kulkas dua pintu menunggu matahari terbenam?” Ucap bapak Petugas pantai itu dengan nada yang mengancam.
          Aku tahu Oliver sudah tidak punya perlawanan lagi. Aku mendengar petugas itu berbicara dengan seseorang lewat walkie talkie nya. Dan tak lama kemudian beberapa orang datang ke tempat kami. Aku mulai merasa terguncang seperti sedang dinaikan ke sesuatu.
          “Bapak mau apa?!” Tanya Oliver dengan panik.
          “Kami harus membawa ini ke pos. Mas juga harus ikut. Kalau ternyata dalam kardus ini berisi barang yang berbahaya, apalagi melanggar undang-undang, kita bisa lanjut ke kepolisian.” Ucap bapak Petugas.
          Oliver tidak bicara apa-apa lagi dan kami pun berjalan menjauhi tepi pantai.
          Sore menyingsing. Tapi matahari belum juga terbenam. Tak lama, kami pun tiba di pos jaga pantai teluk Pangandaran.
          Aku mendengar sebuah pisau cutter menggoreskan matanya ke permukaan kardusku. Aaahhhh tidak.
          Lampu pos menerangiku lebih dari yang kuinginkan. Sekarang kardusku benar-benar sudah terbuka dan kini aku bisa melihat sebagian pemandangan tegang di pos jaga itu. Oliver tampak pucat ketakutan.
          “Patung?” Para petugas pos kebingungan.
          “Untuk apa kamu berada di tepi pantai bersama dengan sebuah patung gadis?” Tanya salah seorang petugas berbadan gemuk kepada Oliver. Oliver tidak menjawabnya. Untuk seorang Athena pun, hal ini akan sulit dijawab. Mengingat tidak ada pameran patung di tepi pantai, atau kios cenderamata candi yang identik dengan patung batu.
          PLAKK. Bapak Petugas gendut tadi menampar pipi Oliver.
          “Sudah, kalau memang anak ini tidak mau jujur, kita hancurkan saja patung ini. Siapa tahu di dalamnya dia menyembunyikan ganja atau obat terlarang lainnya.” Usul salah satu petugas.
          “Jangan, Pak!!” Teriak Oliver dengan air mata membanjiri wajahnya yang sangat pucat.
          “Kenapa memangnya? Jangan-jangan kamu memang menyembunyikan sesuatu di dalam patung ini?”
          “Dia—dia pacar saya, Pak.” Jawab Oliver putus asa.
          “Jangan membodohi kami, anak muda! Mana ada orang yang pacaran sama patung! Kamu ini sakit jiwa ya?!”
          “Jangan!!!” Oliver teriak lagi dan tangisnya makin keras.
          Salah seorang petugas sudah memegang parang dan siap menghancurkanku menjadi berkeping-keping. Tapi aku juga ngga mau mati sekarang dan disini. Ada misi yang masih harus kuselesaikan.
          Mata pisau parang hanya berjarak dua senti dari pinggangku. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa mengelak. Aku hanya bisa pasrah. Athena, maafkan aku karena aku belum bisa menemukanmu. Poseidon, maafkan aku ya yah, aku belum bisa membuktikan kalian telah diadu domba. Oliver, aku sayang kamu. Maaf aku lebih dulu meninggalkan kamu.
          BLASSSHH...
          Aku merasakan sensasi disiram air hangat dari rambut hingga kaki. Tiba-tiba saja aku sudah mengelak dari tajamnya parang. Aku menunduk ke bawah dan jatuh telengkup di kaki Oliver.
          “Hah?” Semua orang di pos kaget dengan gerakanku yang super mendadak ini. Dan jujur, aku sendiri pun kaget.
          “Syukurlah Delmora.” Ucap Oliver sambil menyembunyikan wajah tangisnya dariku.
          “Ba—bagaimana bisa?” Ucap petugas gendut yang tadi menampar Oliver.
          “Maaf mengagetkan, Pak. Tapi kami buru-buru.” Ucapku sambil menjambrat lengan Oliver dan kabur dari tempat itu. Aku tidak berhenti, bahkan tidak menoleh hingga kami benar-benar berada jauh dari pos itu. Langit sudah mulai gelap dan aku bersyukur karenanya.
          Di tepi pantai kami berhenti berlari. Oliver langsung menjejalkan tubuhku dalam pelukannya. Aku merasakan aliran darahnya tidak teratur dan tubuhnya gemetar hebat.
          “Tenanglah, Oliver. Aku ngga apa-apa.” Ucapku menenangkan.
          “Aku takut kamu di—“
          Sebelum menyeselaikan kalimatnya, aku sudah menutup mulut Oliver dengan bibirku. Aku tidak tahu bagaimana caranya. Tapi aku sering melihat ibu melakukannya pada ayah, jadi apa salahnya aku lakukan hal ini pada Oliver? Tapi detik berikutnya aku menjauh.
          Aku dan Oliver saling menatap dalam diam. Aku masih tidak percaya apa yang kulakukan tadi, sedangkan Oliver masih panik atas ‘nyaris’ terbunuhnya aku tadi. Walaupun ia sempat tersenyum sesaat setelah kujauhkan wajahku dari wajahnya.
          “Aku sayang kamu, Delmora.” Ucap Oliver, nadanya masih bergetar.
          Aku tersenyum. “Ayo kita jemput ibu kamu.” Ajakku.
          Oliver mengangguk.
          Aku memasukan kaki ke dalam air dan menimbang. Sebaiknya aku naik gelembung atau kereta kuda setengah ikan saja? Dan saat itu kusadari petugas jaga pantai yang tadi masih mengejar kami. Aku harus berpikir dengan cepat. Baiklah, kereta akan lebih aman mengingat kami bahkan belum tahu tempat yang kami tuju. Gelembung hanya akan menyesatkan kami.
          “Delmora?” Tegur Oliver.
          Aku memasukan wajahku ke air. “Ayah, aku butuh kereta.” Ucapku.
          Petugas itu semakin dekat. Jarak antara kami hanya tinggal lima belas meter. Mereka berteriak memanggil-manggil kami.
          “Ayo Oliver, kita harus berenang sedikit.” Ajakku sambil menarik lengan Oliver dan memasukannya ke air.




  Previous: 

Senin, 02 Maret 2015

Love, Rosie




Awalnya gue kira film ini ngga akan tayang di Indonesia karna gue udah liat news di IMDb sejak tahun 2014. But fortunately, akhirnya pada bulan Februari di tahun 2015 ini, film yang dibintangi Lily Colins dan Sam Claflin pun tayang.


Cerita dimulai dengan Rosie (Lily Collins) yang sedang bersiap untuk berpidato. Awalnya gue ngga tau dia pidato untuk apa atau di acara apa, tapi nanti scene ini akan dilanjutkan di ending film. Alur pun mundur sampai ke 18 tahun sebelumnya, saat Rosie sedang merayakan ulang tahun ke-18 nya.



Saat itu Rosie sedang berdansa dengan Alex (Sam Claflin), sahabatnya sejak umur 5 tahun.
Saat sedang mabuk mereka tidak sengaja kissing, dan setelahnya membuat keduanya merasa tidak enak dan setuju untuk melupakan hal tersebut. Hubungan Alex dan Rosie memang sangat dekat bagai saudara. Alex mempunyai kebiasaan bermimpi menjadi benda-benda mati.












Setelah lulus sekolah, Alex berencana pindah ke Boston dan kuliah di Harvard University. Ia pun mengajak Rosie. Tapi pada saat pesta dansa di sekolahnya, terjadilah sesuatu yang membuat rencana Rosie untuk bersama-sama kuliah Boston menjadi gagal total. Rosie yang saat itu berkencan dengan Greg (Christian Cooke) dinyatakan hamil. Tapi ia belum mau menceritakannya pada Alex karena ia merasa tidak mau mengganggu kebahagaian Alex yang saat itu sedang berpacaran dengan Bethany (Suki Waterhouse). Hingga pada saat keberangkatan Alex ke Boston pun Rosie tidak bilang apa-apa tentang kehamilannya pada Alex.


Rosie bertemu dengan Ruby (Jaime Winstone) di sebuah toko obat yang menyarankannya untuk tes kehamilan. Sejak saat itu Rosie yang ditinggal Alex, menjadi dekat dan bersahabat baik dengan Ruby.

Awalnya Rosie ingin membiarkan anaknya diadopsi oleh yayasan sosial, tapi begitu bayinya lahir, Rosie berjanji akan merawat bayinya dengan baik. Selanjutnnya kegiatan Rosie diisi dengan menggendong bayi, mengganti popok, dan menyusui Katie--anaknya.




Kedatangan Alex ke rumahnya yang tiba-tiba mengagetkan Rosie karena ia masih belum memberitahukan apapun tentang Katie langsung panik. Namun ternyata Alex sudah tahu beritanya dari Bethany yang sempat bertemu dengan Rosie di jalan saat dirinya sedang mendorong kereta bayi Katie.









Sejak Alex tahu tentang Katie, ia justru mau menjadi ayah baptis dari Katie dan setiap natal, Alex selalu mengirimi hadiah untuknya. Saat itu ia tinggal dan berpacaran dengan Sally (Tamsin Egerton), adik dari Phil (Jamie Beamish) yang ia temui di bar beberapa waktu sebelumnya.

Saat Rosie sedang berkunjung ke apartemen Alex di Boston, ia diberitahu bahwa Sally sedang hamil. Dan Rosie pulang dengan perasaan kesal luar biasa pada Alex. Hubungan mereka sempat memburuk untuk beberapa waktu.



Alex dan Rosie mulai saling bicara lagi ketika Alex hadir ke pemakaman ayah Rosie. Namun mereka tidak bisa bicara banyak karena adanya Greg.



Hingga akhirnya Alex mengirimkan surat kepada Rosie yang gawatnya ditemukan oleh Greg yang langsung menyembunyikan surat tersebut tanpa memberitahu Rosie.



Sebulan kemudian Rosie mendapati Greg selingkuh. Rosie membuang semua barang-barang Greg dan menemukan surat Alex di laci Greg yang terkunci. Ia baru tahu ternyata Alex mencintainya seperti ia mencintai Alex. Ia langsung menghubungi Alex. Tapi ternyata yang membalasnya Bethany! Saat video calll, Bethany memberitahu Rosie kalau mereka akan segera menikah. Dan Rosie diundang ke pernikahannya.


Atas saran Ruby, akhirnya Rosie, Katie (Lily Laight), Ruby dan Toby (Matthew Dillon) menuju ke Boston dengan niat untuk menggagalkan pernikahan mereka. Sialnya penerbangan mereka ditunda. Dan membuat mereka tiba di gereja pada saat kedua pengantin selesai diikrarkan. Rosie hanya bisa menahan tangis dan berpura-pura bahagia untuk Alex dan Bethany.



Menyambung ke scene pidato Rosie di opening, ternyata ia sedang berpidato di acara pernikahan Alex dan Bethany. Dan ia mengungkapkan kalau dirinya selalu mencintai Alex.



Sekembalinya Rosie dari Boston, ia merealisasikan rencananya untuk memiliki hotel sendiri. Dan pada saat pembukaan, Alex datang sebagai tamu. Lalu ia mengungkapkan bahwa dirinya juga mencintai Rosie.


--D Ark R Ain Bow--
This entry was posted in