Selasa, 17 Februari 2015

Delmora The Ocean's Princess: Bab 7 (Cukang Taneuh)

Delmora The Ocean’s Princess







Created By:
Safitri Tsa’niyah






 Bab 7
Cukang Taneuh

          Aku mulai hafal sensasi yang kurasakan jika matahari mulai terbenam. Seperti disiram air hangat dari rambut hingga kaki. Dan aku pun mulai merasakan seluruh darah yang mengalir di nadi-nadiku.
          Oliver sudah bangun lebih dulu dari aku. Dia sedang menyiapkan makanan ketika aku turun ke dapur.
          “Hai sayang. Kamu masak apa?” Tanyaku dari tangga.
          “Oh, halo Delmora.” Oliver sedikit kaget dengan kedatanganku. “Aku lagi masak nasi goreng nih.”
          “Wah, kelihatannya enak.” Ucapku sambil menghampiri tempat Oliver berdiri.
          Oliver mencium keningku.
          Setelah makan, kami berpindah ke ruang keluarga. Kami akan menyusun rencana dan memikirkan tempat dimana kira-kira Medusa menyembunyikan Athena.
          “Kalau Medusa memang mau membuat Zeus campur tangan, mungkin dia sembunyiin Athena di langit.” Ucapku memberikan pendapat.
          “Aku juga sempet mikir begitu. Tapi di langit mana dia bisa bawa Athena. Aku ngga inget Medusa bisa terbang atau pun punya singgahsana di langit.”
          “Atau mungkin juga dia nyembunyiinnya di dunia bawah. Karena otomatis Poseidon ngga bisa kesana kan?”
          “Kalau iya di dunia bawah, Medusa berarti mau bikin Zeus marah sama Hades, bukan Poseidon.”
          Kami berdua sama-sama diam untuk beberapa saat. Kemudian kami berkata berbarengan.
          “Laut.”
          Lalu kami berdua diam lagi.
          “Tapi laut itu luas banget, Del.” Ucap Oliver akhirnya.
          “Hey, laut itu wilayah ayahku. Itu sama aja kayak rumah buatku.” Jawabku.
          “Tapi laut Indonesia aja luasnya udah dua per tiga lebih luas dari daratan. Mulai dari mana kita nyarinya?” Ucap Oliver. “Itu pun kalau Athena ada di laut Indonesia. Kalau di luar negeri?”
          Aku berpikir sejenak. “Pantai Ancol jam segini masih buka ngga?” Tanyaku.
          “Kamu ngga sempet mikir kalau Athena ada di Ancol kan?”
          “Ya ngga lah. Aku perlu ngomong sama ayah.”
          Lalu kami pun menuju ke pantai Ancol.
==
          Tidak banyak pengunjung yang main-main di air malam hari begini. Kebanyakan pengunjung hanya menikmati makan malam atau duduk-duduk di pasir pantai. Tapi begitu sampai di tujuan, aku langsung berjalan santai masuk ke air sampai tinggi air menyentuh lututku.
          “Ayah.” Panggilku. Lalu aku menunggu beberapa waktu. Namun ayahku tidak datang. Aku berjalan lagi sampai air sepinggang.
          “Del, kamu ngga kedinginan?” Tanya Oliver dari tepi pantai.
          Aku mengacuhkannya dan terus berjalan. Kini tubuhku telah masuk ke dalam air sepenuhnya. “Ayah, aku butuh bantuanmu.” Aku berkata. Lalu gelembung-gelembung air pun muncul dan menyeretku masuk ke laut lebih dalam. Mungkin sepuluh, lima belas, atau tiga ratus kilo meter aku sudah menjauh dari pantai Ancol. Aku tidak tahu pasti. Karena tiba-tiba saja di depanku sudah ada istana megah Ayahku.
          “Ada apa, Delmora?” Ucap Poseidon. “Apa kamu baik-baik saja?”
          “Ayah, tolong aku. Aku harus menemukan Athena. Dia ditawan Medusa.” Ucapku dengan nada panik.
          “Tenanglah, Delmora.” Ucap Poseidon. “Aku mendengar sedikit kabar tentang Medusa dan kamu. Coba ceritakan seluruhnya apa yang terjadi sebenarnya.”
          Lalu aku duduk berhadapan dengan ayahku dan mulai menceritakan semua yang terjadi dan rencana yang telah aku susun bersama Oliver. Dia sedikit tercengang ketika kuberitahu Athena mungkin ada di lautan. Karena jika pun sebenarnya Athena disembunyikan di laut, Poseidon pasti tahu keberadaannya. Aku mulai putus asa dengan rencanaku sendiri.
          “Baiklah Delmora. Anggaplah kamu memang benar dan Athena ada di lautan. Ayah akan membantumu sebisa yang ayah dapat lakukan untukmu. Tapi aku benar-benar tidak tahu ada dimana Athena sekarang ini.”
          “Baiklah ayah, aku hanya perlu doa dan restu dari ayah. Semoga aku berhasil menemukan Athena dan kembali seperti semula. Tapi apakah ayah tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghapuskan kutukan ini? Medusa kan pacar ayah.”
          Poseidon hanya menggeleng. Aku tahu, dia merasa bersalah karena sudah mengencani wanita yang kini jahat dan mengubahku menjadi patung batu. Tapi tetap saja dia tidak bisa menyangkal kesalahannya sendiri. Tapi kurasa sekarang dia sangat menyesal.
          “Baiklah ayah. Aku harus kembali ke daratan bersama Oliver. Aku akan memikirkan lagi rencana kami. Tolong beritahu ibu ya, aku tidak apa-apa. Ya selain kalau matahari terbit aku hanyalah sebuah patung batu yang tidak bisa apa-apa.” Ucapku.
          “Hati-hatilah Delmora.” Gumam ayah Poseidon. “Ingatlah, selama kamu ada di laut atau air, kekuatan dan doaku ada disana. Kau akan aman.”
          “Ya ayah, terima kasih.”
          Lalu gelembung-gelembung lain muncul dan menyeretku kencang beberapa kilo meter dari pandangan istana Poseidon. Aku lebih suka naik kereta kuda setengah ikan daripada naik gelembung yang hampir membuatku ingin muntah ini. Tapi harus kuakui, naik gelembung memang jauh lebih cepat. Tak sampai hitungan lima, aku tiba kembali di pantai Ancol.
          Oliver sudah menunggu dengan wajah cemas ketika aku keluar dari air. Ia merasa khawatir aku akan kedinginan. Tapi nyatanya, aku bahkan tidak basah sedikitpun.
          Kami kembali pulang ke rumah Oliver dan baru setelah sampai disanalah aku menceritakan kepadanya semua hal yang aku bicarakan dengan Poseidon.
          “Apa itu artinya Medusa ngga nyembunyiin Athena di laut?” Tanyaku.
          “Ngga, dia pasti ada di laut. Poseidon pernah mengira Athena mau memperluas kotanya ke laut, kan? Itu berarti dia memang pernah ada di laut walaupun cuma sebentar.”
          “Tapi dia ngga mungkin ada di laut sebentar terus langsung ke daratan dengan cepat dong ya?”
          “Kecuali daratannya ada di laut.”
          Kami berdua terdiam. Daratannya ada di laut? Itu berarti semacam tempat singgah? Di laut hanya ada daratan yang berbentuk gua.
          “Gua dalam air?” Ucapku memecah keheningan malam.
          “Aku juga berpikir begitu. Tapi memangnya ada gua dalam air di Indonesia?”
          Oliver bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Ia kembali beberapa saat kemudian dengan laptop dalam pelukannya.
          “Disini sih ada, semacam green canyon gitu. Tapi dia tempat wisata. Apa mungkin Medusa nyembunyiin Athena di tempat wisata?” Ucap Oliver.
          “Cukang Taneuh.” Aku membaca judul sebuah postingan blog dari laptop Oliver.
          “Daerah Ciamis, Jawa Barat.” Lanjut Oliver.
          “Kita mau coba?” Tanyaku.
          Oliver menggeser kursor mousepad-nya sampai ke akhir postingan. “Jam buka, jam delapan sampai lima sore.” Oliver menengok ke arahku. “Kita punya masalah. Kita ngga mungkin kesana siang hari, karena kamu jadi patung. Dan kita juga ngga mungkin kesana malam hari, karena tempat itu pasti sudah tutup.”
          Kami berdua terdiam cukup lama membiarkan jangkrik sekitar rumah terdengar dua kali lebih nyaring dari biasanya.
          “Aku yang akan kesana.” Ucap Oliver cukup mengagetkanku walaupun suaranya tidak terlalu keras.
          “Maksud kamu apa?” Tanyaku.
          “Aku yang akan kesana.” Ulang Oliver. “Sendirian.” Tambahnya ketika aku hendak membuka mulut dan bertanya lagi.
          “Engga, Oliver. Kita sama-sama kesana.” Ucapku.
          “Tapi gimana caranya?”
          Aku merebut laptop dari pangkuan Oliver dan membuka google’s map. “Kita masuk lewat sini.” Aku menunjuk teluk Pangandaran.
          “Kita minta bantuan ayahku.” Ucapku buru-buru sebelum Oliver berkomentar.
          “Kamu yakin?” Tanya Oliver ragu-ragu.
          “Ya. Tapi kita harus sudah di teluk sebelum matahari terbenam. Jadi kita punya banyak waktu untuk menyusuri sungainya.”









  Previous: 

0 comment:

Posting Komentar

Come share to us !!