Kamis, 06 Desember 2018

Traumatized



Gue pernah punya suatu hubungan yang umurnya sekitar satu setengah tahun. Lalu hubungan itu kandas karena cowok gue selingkuh dari gue. Gue memang ngga menunjukkan patah hati yang berkepanjangan (cuma nangis selama tiga hari tiga malam). Gue tampaknya baik-baik aja. Tapi saat itu gue sadar, gue bukan lagi gue yang dulu. Sebelum gue jadian sama (kita sebut aja Nine/9).



gue sebut Nine bukan karena dia pacar ke sembilan ya, pure sebutan aja.



Ada beberapa cowok yang dekatin gue pasca Nine. Tapi gue sama sekali ngga tertarik. Meskipun gue sudah merasa biasa aja sama dia, gue sudah bisa merelakan dan memaafkan apa yang sudah dia lakuin ke gue. Tapi ternyata hati gue belum siap. Gue belum bisa terima cowok lain di hidup gue. Gue belum bisa kenalan dan terbiasa lagi sama cowok baru. Tahu apa kesukaannya, hobi dia, teman-temannya. Meskipun gue sama sekali ngga mau balikan lagi sama Nine.

Gue ga pernah menyangka kalau hubungan gue sama Nine se-membekas itu. Sampai gue ngga bisa jatuh cinta lagi sama orang lain.


Selama ngga punya pacar, gue jadi punya banyak hobi baru. Tentunya hobi yang bisa gue lakukan seorang diri. Salah satunya hobi nonton di bioskop.


XXI Pejaten Village menjadi saksi bisu dan langganan gue untuk menghilangkan kebosanan. Dalam seminggu, gue bisa 2 kali nonton film. Boros memang, tapi gue bosan. 


Waktu itu kegiatan gue cuma bekerja dan pulang ke rumah. Weekend sih gue ke sekolah SMK gue untuk ikut latihan ekskul Paduan Suara. Tapi itu belum bisa bikin gue sibuk. Dan lagi ngga ada yang chat gue tiap hari, bosenin banget sih keseharian gue. Soalnya orang tua gue juga jarang nyariin gue. Gue juga kurang dekat sama teman kantor karena mereka semua umurnya kebanyakan beda 20 tahun diatas gue yang waktu itu memulai karir di umur 17 tahun. Gue ngga mengharapkan bisa hangout bareng mereka sih. Belum lagi urusan selera dan obrolan yang terkadang ga gue mengerti. Misalnya gini, mereka hidup di zaman Metallica atau Guns and Roses saat gue tau nya lagu Paramore atau Fall out Boys. Age matter


Di tengah dilemma itu, gue deket lagi sama sahabat gue di SMA. Saat itu dia lagi menjalin hubungan sama cewek yang ngga terlalu gue kenal. Tapi ngga lama setelah itu, dia balikan lagi sama sahabat cewek gue di SMA. Mereka bertahan cukup lama kali ini. Gue ikut senang. Karena sepertinya kali ini mereka akan lebih bahagia.


Gue ngga tahu kenapa dan sejak kapan, tapi sebetulnya ada saat dimana gue sama sekali ngga kabar-kabaran sama sahabat cewek gue yang pacaran sama sahabat cowok gue ini. Gue tahu sih si cewek ini sedikit banyak cemburu banget kalau cowoknya deket sama gue. Dan kayaknya itu yang jadi pemicu kita sempat ngga akur. Walaupun gue mendukung mereka berdua seratus persen, si cewek pastinya tetap curiga. Iya, karena gue memang pernah mengakui kalau gue juga suka sama si cowok. 


Kemudian ada sebuah berita yang cukup heboh di inner circle gue. Jadi gue tahu dari sahabat gue yang lain kalo si cewek ini selingkuh dari cowoknya. Dan cowoknya udah tahu dong, walaupun begitu dia ngga mau bilang dan lebih memilih diam dan cuek aja nunggu si cewek mengakui sendiri kalau dia punya pacar yang lain. Tapi gue tahu betul gimana perasaannya si cowok, karena gue juga pernah ngerasain waktu Nine selingkuh dari gue.



Sahabat cowok gue ini menghubungi gue dan minta advice dari gue. Jujur gue bingung. Gue juga lagi dalam kondisi yang ngga memungkinkan untuk dimintai pendapat. Dia tahu gue lagi 'musuhan' sama ceweknya (sampai gue di delete contact blackberry messenger sama ceweknya), tapi dia minta saran sama gue. Dari dulu gue selalu support dia pacaran sama sahabat gue karena gue dulu percaya sama si cewek. Gue rela bukan gue cewek yang dipilih cowok itu. Tapi gue akan bahagia kalau dia bahagia sama cewek yang dia cinta. Kalau si cewek udah selingkuh gini, gue ga tahu mesti gimana dong?


Akhirnya gue pun sering mengajak dia nonton film bareng. Jadi kita ketemuan langsung di XXI Pejaten Village. Gue sih berusaha untuk se-minim mungkin melakukan kontak fisik. Gue lebih pengen jadi pendengar yang baik untuk dia. Gue yakin itu satu-satunya hal yang dia butuhkan saat itu. Entah pertemuan ke berapa, akhirnya gue mengakui kalo perasaan gue buat dia timbul lagi. Iya gue suka lagi sama dia. 



Sebetulnya gue sama sekali ngga pernah berniat untuk ngga suka lagi sama dia, kasus gue dan dia bisa dibilang kurang lebih mirip dengan kasus cinta Harry-Ginny di Harry Potter. Ketika gue sebagai Ginny yang ngga terlihat di mata Harry sama sekali, gue memilih untuk tidak terlalu mengharapkan perasaannya akan membalas perasaan gue. Gue memilih untuk menjadi diri gue sendiri dan mencoba untuk pergi bersama cowok lain untuk menghilangkan kecanggungan kalau gue berhadapan dengan Harry. 


Meskipun gue sama sekali ngga berniat untuk pacaran sama dia. Tapi gue ngga bisa terus melihat dia sedih. Dan tanpa gue sadari, dia pun mulai melihat gue dengan tatapan yang lain. Bukan tatapan seorang teman untuk sahabatnya lagi.


Saat itu ada teman gue yang bilang kalau gue ngga boleh terlalu kepedean, si cowok mau nonton sama gue itu bukan karena dia suka sama gue. Tapi karena gue ada saat dia lagi butuh. Gue memang ngga pernah mau merasa terlalu percaya diri. Tapi perasaan si cowok ini ke gue kelihatan jelas setiap kita ketemu. Dan saat itulah terjadi.






Si cowok ini nembak gue.







Tentu aja tanpa pikir panjang gue nolak dia. Statusnya itu masih pacaran sama sahabat cewek gue. Gue benar-benar ngga punya muka dan hati kalau misalnya nerima cowok ini. Tapi lebih dari itu, gue memang masih belum siap untuk pacaran lagi. Gue masih belum bisa menerima kenyataan kalau di setiap memulai hubungan, cepat atau lambat pasti akan berakhir. Dan menurut pengalaman gue yang baru aja gue rasain, mengakhiri hubungan itu ngga selalu berjalan baik. Terkadang ada pengkhianatan disana.


Tapi cowok ini ngga menyerah begitu aja. Entah berapa kali dia sudah nembak gue dan memohon agar gue mau nerima dia jadi pacar gue. Dan gue juga ngga menyerah begitu aja untuk selalu menolak dan menolak lagi. Meskipun gue tahu perasaannya saat itu lagi ngga karuan dan butuh penghiburan. Tapi gue tetap terus menolak.

"Gue akan tetap hibur lo, ada di sisi lo, dan siap dengerin semua keluhan lo soal hidup lo. Gue akan lakuin itu semua meskipun gue bukan pacar lo." Itu yang selalu gue bilang.

Sampai akhirnya, si cowok ini melakukan satu keputusan besar dalam hubungannya.


Hubungan sahabat cowok gue dengan sahabat cewek gue berlangsung cukup lama. Mereka beberapa kali putus nyambung. Dan biasanya si cewek lah yang mutusin hubungan mereka. Tapi kali ini, si cowok yang mengambil langkah. Dia ngga bisa lagi melihat pacarnya pacaran sama cowok lain. Dan ya, cowok itu mutusin ceweknya. Setelah itu dia kirim chat gue sekali, "gue udah putus" dan setelah chat singkat itu, dia pun menghilang ngga ada kabar lagi berhari-hari kemudian.


Gue merasa yang dilakuin cowok itu adalah yang paling tepat. Kalau memang sahabat cewek gue bahagia dengan keputusannya memilih selingkuhannya dibanding sahabat cowok gue, gue rasa cowok ini pantas untuk bahagia juga, meskipun ngga bersama si cewek. Tapi bagaimana pun, si cowok itu pasti patah hati banget. Hubungan mereka itu kira-kira berlangsung selama kurang lebih tiga tahun. 


Setelah hilang kurang lebih seminggu, dia akhirnya kembali memenuhi chat gue. Dia minta maaf karena hilang selama ini. Dia bilang dia butuh waktu untuk sendiri dan menghilangkan bayangan si cewek. Dan gue bangga sama dia karena bisa mengambil keputusan yang tepat saat itu. Bukan karena gue berharap setelah mereka putus terus si cowok bakal nembak gue lagi. Tapi karena gue ngga bisa terus melihat dia sedih.

We're back to how we were before. Supporting each other and just be friends.. But not for a long time.


Dia kembali nembak gue meskipun udah tahu apa jawaban gue. No, I'm fine with my loneliness.


And again, he's just confessed.

But yeah, my guard is break more and more.

And finally, I lose.


Perasaan untuk memiliki orang yang gue sayang yang selama ini gue tahan, akhirnya ga bisa lagi gue tahan. Gue mengalah pada cinta. Gue mengalah dan menerima bahwa gue jatuh cinta sama dia. Dan gue membayangkan akan lebih bahagia kalau gue dan dia bisa sama-sama mencintai.


Dan untuk sahabat cewek gue yang juga mantan cowok itu, I feel bad for her. Gue sudah mempercayakan orang yang gue sayang untuk bahagia sama dia. Tapi dia mengecewakan bukan hanya si cowok, tapi juga gue. Ibaratnya gue memberikan rasa sayang gue ke cowok itu sekitar tujuh puluh persen, tapi gue mengalah untuk membiarkan cowok itu menjadi milik cewek yang rasa cintanya ke cowok itu cuma sekitar tiga puluh persen. That's hurt. Gue merasa kalau itu sudah final. Once a cheater, she will do it again and again.




So, apa gue masih ngga siap untuk memulai hubungan baru? Ya, gue ngga siap. Gue terima ajakan pacaran cowok itu karena dia bukan orang baru di hidup gue. Dan gue suka sama dia sejak empat tahun sebelum kami jadian, tepatnya sejak kita ketemu di tingkat SMA. Lagipula kalau dia memilih gue untuk jadi pacarnya, setidaknya itu berarti gue membuat dia sedikit banyak merasa bahagia kan? Kalau gue belum bisa membuat diri gue sendiri bahagia, setidaknya gue ngga perlu menolak orang yang akan merasa bahagia kalau gue menjadi pacarnya. Sampai sekarang gue merasa kalau bukan karena cowok itu, gue ngga akan pernah siap menjalin hubungan baru setelah Nine.


Buat kalian yang pernah atau sudah beberapa kali cheating, please STOP. If you aren't love your boyfriend/girlfriend anymore and just bored, please just leave them. Because you don't know how much your love is loved you. And even after you gone, the scar will always stay there. Don't know how long it takes to make it gone forever.



--D Ark R Ain Bow--



Rabu, 28 November 2018

MY VERY FIRST (Not Alone Run) Danamon Run | 2018


Pasti masih pada inget dong event lari yang satu ini? Event lari pertama dan satu-satunya yang jarak tempuhnya kita sendiri yang menentukan. Di event ini pula untuk pertama kalinya gue mengikuti lomba lari tahun lalu.

MY VERY FIRST 5K RUN with DanamonRun | 2017

Kalau tahun kemarin gue menghadiri Danamon Run seorang diri, tahun ini gue mengajak beberapa temen gue dong! XD Senangnyaa. Meskipun kita ngga lari beriringan, tapi mengetahui kalau ada peserta lain yang kita kenal itu bahagia banget loh. Jadi bisa berangkat bareng, pulang bareng dan seru-seruan bareng. 

Catatan aja, teman-teman yang gue ajak ini belum ada yang pernah ikut lomba lari. Tapi mereka bisa menyelesaikan lomba dengan sangat baik! Udah biasa naik gunung sih anaknya.

Ngga banyak yang bisa gue ceritain selama event berlangsung. Karena kita yang udah terlalu lelah jadi ngga bisa menikmati acara sampai habis. Kali ini gue akan bercerita soal drama di belakang keikutsertaan kita berenam di event lari ini.

Pertama-tama gue harus bilang kalau rumah kita berenam itu saling berjauhan, gue dan Aan tinggal di Jakarta Selatan, Kak Dea dan Abdul tinggal di Jakarta Timur, Bang Sat tinggal di Depok, dan Tiyut tinggal di Citayam. How we supposed to get to the venue together and on time? Bukan gue namanya kalau ngga punya seribu satu rencana. Jadi gue pun menyuruh Tiyut dan gue sendiri menginap di rumah Kak Dey sementara Aan dan Abdul nantinya akan ngumpul di rumah Kak Dey juga.

Ohya disini Bang Sat yang bawa mobil akan menjemput kami semua di rumah Kak Dey. Tampaknya rencana bisa dibilang akan berjalan mulus-mulus aja ya. It's a simple plan. But no. Event dimulai jam 4 pagi. Dan kami disarankan untuk tiba di venue kira-kira 30 menit sebelumnya. Akhirnya itu memaksa kami hampir tidak tidur karena harus sudah berangkat jam 2 pagi.

Setelah melewati sebegitu banyak hal di pagi buta itu, mulai dari ngga tidur, kartu tol yang kosong, nyari top up kartu tol rada susah, sampai ke ngantri toilet di venue yang lamanya kayak nunggu gebetan peka, akhirnya kita pun ikutan flag off tepat waktu.



Gue ngga tahu kenapa ada beberapa cosplayer di event ini. Like, this one is not a hero themed run. Tapi di lintasan ada beberapa orang yang berdandan seperti Batman, Wonder Woman, dan beberapa tokoh lain. Lalu ada juga pelari yang pakai kostum Power Ranger. Lucu sih, unik juga. But why? Kalau memang ada tema seperti itu bisa aja kan pelari lain juga melakukan hal yang sama. Tapi kembali lagi sih, mungkin memang seperti itu konsepnya, jadi kita yang cuma pelari biasa ya cuma bisa lari seperti biasa.

Tapi gue merasa enjoy sih sama event ini. Baju jersey nya bagus, merch yang kita dapet dari racepack juga oke dan bisa dibilang sekali lagi mereka sukses mengadakan acara ini. Gue sih ngga segan untuk menunggu acara ini di tahun depan. Tapi ngga tahu deh kalau teman gue yang lain. Ya semoga aja mereka juga masih mau gue ajak kembali.







P.S: Jangan tanya kenapa di setiap foto gue selalu bawa kipas. Sumpah gue suka banget racepack nya ada kipasnya. Very usefull! Gemaass!


--D Ark R Ain Bow--

This entry was posted in

Minggu, 25 November 2018

Fantastic Beasts: The Crime Of Grindelwald, 2018 | The Search For Identity




Bonjour Wizardian!!

Gila ya nungguin film ini lama banget. Tapi pas udah tayang, berasanya sebentar banget. Film ini lebih berasa film romantis drama yang dibumbui dunia sihir. Entah ya, di menit-menit awal (kecuali prolog) gue merasa banget kalo film ini bener-bener bukan film petualangan lagi.

Oke kita mulai aja ya, Warning this post contain HARD SPOILER!




Film dibuka dengan kaburnya Gellert Grindelwald (Johnny Depp) dari penjara di Kementrian Sihir Amerika (MACUSA) yang dipimpin oleh ibu madam presiden Seraphina Picquery (Carmen Ejogo). Pokoknya scene ini epic banget deh. The best intro! Kalo di film pertama gue melihat Johnny Depp yang rada aneh sebagai penyihir, di film ini dia terbukti bisa menghidupkan karakter Grindelwald yang jahatnya sampe ke tulang.


Sementara itu, Newt Scamander (Eddie Redmayne) sedang berada di Kementrian Sihir Inggris dan bertemu dengan Leta Lestrange (Zoe Kravitz) untuk mengajukan permohonan untuk ban internasional travel-nya dicabut oleh kementrian. Saat itu Newt akan diberikan izinnya dengan syarat bekerja sama dengan Kementrian sebagai Auror di departemen kakaknya, Theseus Scamander (Callum Turner). Tapi Newt menolak. Akhirnya permohonan izin ke luar negerinya pun ditolak oleh kementrian.

Theseus berkata pada Newt kalau dirinya diawasi oleh pihak kementrian. Dan benar saja, seperginya Newt dari kementrian, ada seorang pegawai kementrian yang mengikutinya yang lalu dia mantrai agar menjauh. Di perjalanannya, ia bertemu dengan Albus Dumbledore (Jude Law) yang memintanya untuk mencari Credence (Ezra Miller) untuknya. Dan mengalahkan Grindelwald karena Albus tidak bisa melakukannya sendiri. Albus juga memberikan sebuah alamat rumah kenalannya di Paris untuk Newt jika dia membutuhkan tempat untuk singgah. Saat itu Newt menolak permintaan Albus karena dia tidak mau memihak siapapun. Dia tidak memihak Kementrian ataupun Grindelwald. Dia hanya mau menjadi dirinya sendiri.

"For a cup of tea." Ucap Albus.

Di rumahnya, Newt kini punya Bunty (Victoria Yeates) yang membantunya merawat Beasts-nya. Kalo di film pertama ada si imut Niffler, disini ada BABY NIFFLERS!! Instead of jijik karena mereka mirip banget sama tikus, gue suka baby nifflers! Disini kita juga dikenalkan sama Kelpie, hewan air yang mirip semacam kuda laut besar. 


Tidak lama setelah Newt mengurus Kelpie, Jacob Kowalski (Dan Fogler) dan Queenie Goldstein (Alison Sudol) datang ke rumah Newt. Mereka bilang kalau mereka sudah tunangan dan akan menikah. Newt kira mereka datang bersama Tina Goldstein (Katherine Waterston), tapi ternyata mereka hanya datang berdua. Lalu Newt bertanya kenapa Queenie memberikan mantra cinta pada Jacob. Setelah melepaskan mantra-nya, Newt memberikan selamat atas pertunangannya pada Jacob dan dia kebingungan.

"Sampai kapan kau akan memantraiku? Sampai kita punya 5 anak?" Ucap Jacob.

Disini Jacob galau sebetulnya. Dia benar-benar mencintai Queenie. Queenie pun ingin mereka menikah. Tapi Jacob tidak mau Queenie terkena hukuman dan di penjara karena menikahi No-Maj adalah terlarang. Tapi Queenie tidak peduli dan benar-benar ingin Jacob menikah dengan dia. Akhirnya Queenie kabur meninggalkan Jacob karena Jacob menganggap dirinya sudah gila.

Dari kartu pos yang dikirimkan Tina pada Queenie, Tina sedang berada di Paris untuk mencari keberadaan Credence. Newt sangat ingin menemui Tina yang sedang salah paham dengan berita yang ditulis di sebuah majalah kalau dirinya dan Leta sudah bertunangan, padahal yang bertunangan adalah Theseus. Akhirnya Newt dan Jacob pergi ke Paris untuk menemui Tina dan Queenie.


Sampai di Paris, Newt mencari jejak Tina dan menemukannya bertemu dengan seorang pria bernama Yusuf Kama (William Nadylam) yang awalnya mereka kira akan membantu, tapi malah memenjarakan mereka bertiga.

Pertemuan kembali  Newt dan Tina tidak sesuai dengan yang diperkirakan Newt. Dia bingung harus bilang apa pada Tina. Karena Tina sedang bekerja sebagai Auror yang mencari Credence dan Tina masih marah karena menganggap Newt sudah bertunangan dengan Leta. Dia bahkan tidak memanggil nama depannya.

"Mr. Scamander."

Sementara itu Credence yang berhasil kabur dari sirkus bersama Nagini (Claudia Kim) sedang melanjutkan pencarian ibu kandungnya. Namun setelah bertemu dengan Irma Dugard (Danielle Hugues) yang namanya tertulis di dokumen pengadopsian dirinya, seorang auror datang dan membunuh Irma, yang sebetulnya berniat membunuh Credence.

Yusuf Kama memiliki sebuah Unbreakable Vow yang membuat dirinya harus memilih untuk membunuh Credence atau dirinya mati. Dan saat itu ia sedang dihinggapi parasit di sebelah matanya. Akhirnya Newt, Tina, dan Jacob membawa Kama ke rumah di alamat yang diberikan Albus. Alamat itu ternyata rumah Nicholas Flamel (Brontis Jodorowsky). Disana Newt berusaha untuk menjinakkan Zouwo yang ditangkapnya setelah kabur dari sirkus.


Queenie yang belum bisa menemukan saudara perempuannya, Tina kebingungan dengan segala pikiran orang-orang di jalanan kota Paris yang tidak dimengertinya. Lalu ketika sedang frustasi duduk di pinggir jalan di tengah hujan deras, seseorang menghampiri Queenie dan menawarinya tempat untuk singgah, dia adalah Vinda Rosier (Poppy Corby-Tuech) pengabdi setia Grindelwald. Di markas Grindelwald, Queenie berusaha dibujuk untuk bergabung dengan pasukannya, 'for the greater good'. Queenie sempat akan melawan, namun akhirnya Grindelwald melepaskannya.

Setelah Newt mengeluarkan parasit dari mata Kama, Tina yang masih marah pada pertunangan Newt dan Leta akhirnya pergi dan berkata akan melakukan pekerjaannya seorang diri. Atas saran dari Jacob, Newt pun mengejar Tina. Dan instead of kayak drama-drama korea, Newt lebih romantis waktu ngejar Erumpent di FB 1 daripada ngejar Tina disini XD

Buat yang butuh penyegaran soal cerita Fantastic Beasts 1, boleh ke SPOILER sebelah sini: Fantastic Beasts and Where To Find Them | 2016

Lalu tiba-tiba ada banyak selubung hitam yang menyelimuti gedung-gedung di jalanan kota Paris. Selubung itu adalah panggilan untuk para pengikut Grindelwald yang dipanggil untuk berkumpul di makam keluarga Lestrange di Père Lachaise Cemetery.

Newt mengajak Tina untuk ke kementrian Perancis untuk melihat dokumen yang akan membuktikan siapa sebenarnya Credence. Dengan menggunakan ramuan polijus, Newt menyamar sebagai kakaknya Theseus untuk bisa masuk ke dalam kementrian. Sialnya, begitu bisa masuk kementrian, Newt dan Tina bertemu Theseus asli yang memang sedang bertugas disana. Singkat cerita, Tina berhasil menahan Theseus di sebuah kursi dan mereka melanjutkan ke bagian dokumen-dokumen penyihir. Newt mengaku pada penjaga ruangan tersebut kalau Tina adalah Leta Lestrange. Ketika si penjaga bertanya Newt siapa, dengan cepat Tina menjawab,

"Fiancee." Dengan nada yang masih ngambek.

Di dalam ruangan tersebut, Tina mencoba mencari dokumen keluarga Lestrange sementara Newt berusaha untuk menjelaskan kesalahpahaman diantara mereka berdua. Newt berkata kalau yang bertunangan dengan Leta adalah kakaknya Theseus, bukan dirinya.

"Theseus dan Leta menikah 6 Juni. Dan aku sebagai pendamping mempelai pria. Majalah itu bodoh." Kira-kira begitulah ucapan Newt pada Tina.


Leta datang dengan tujuan yang sama dengan Newt dan Tina. Dan begitu lemari penyimpanannya ditemukan, ternyata isinya sudah dipindahkan ke makam keluarganya di Père Lachaise Cemetery. Sempat kewalahan dengan serangan Matagot (roh anjing penjaga) yang jika diserang akan melipatgandakan jumlahnya dan menyerang balik. Akhirnya mereka bertiga bisa kabur dengan bantuan dari Zouwu, yang dengan satu kali lompatan telah membawa mereka sampai ke Père Lachaise Cemetery.

Sampai di Père Lachaise Cemetery ternyata mereka bertiga bukanlah yang pertama kali tiba di sana. Mereka bertemu dengan Yusuf Kama yang sedang mengintimidasi Credence dan Nagini bersama dengan Jacob di belakang mereka. Saat itu Kama hendak membunuh Credence karena selama ini dia berpikir kalau rumor soal Credence yang ternyata adalah Corvus Lestrange (adik laki-laki Leta yang sudah meninggal) adalah benar. Leta menghentikan Kama dan mengambil family tree keluarganya. Ia menjelaskan kalau Corvus benar-benar sudah mati. Ia berkata kalau dirinya-lah yang membunuh Corvus.

Leta dan bayi Corvus dikirim ke Amerika bersama dengan Irma Dugard yang menyamar sebagai nenek dengan dua cucu. Leta yang merasa lelah dengan adiknya yang tidak berhenti menangis akhirnya menukar adiknya tersebut dengan sebuah bayi yang tidak dikenalnya. Kapal laut yang dinaiki mereka mengalami karam dan terpaksa mereka dipindahkan ke sekoci. Sayangnya bayi Corvus jatuh dan tenggelam di laut. Hal ini membuktikan satu hal, kalau Credence bukanlah Corvus Lestrange.

Kama frustasi. Dia tidak bisa membalaskan dendam ayahnya. Lalu tak lama kemudian para pengikut Grindelwald bermunculan dan berkumpul di makam itu. Jacob langsung berlari mencari Queenie. Dan saat menemukannya, Queenie tidak mau pergi. Ia ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan Grindelwald.



Tina, Newt dan yang lainnya terjebak di makam itu bersama dengan ratusan pengikut Grindelwald. Ternyata Grindelwald ingin menyampaikan pesan kalau bukan dirinya-lah yang jahat. Dia hanya ingin membuat sesuatu yang lebih baik. Dunia yang lebih baik untuk kaum penyihir.

Di akhir pidatonya, dia meminta para Auror bergabung bersama mereka. Sayangnya, ada seorang auror yang berkhianat dan membunuh salah satu pengikut Grindelwald dan membuat Auror menjadi jelek dimata semua penyihir yang datang ke perkumpulan itu.

Setelah semua penyihir ber-dissaparate dan hanya tinggal Grindelwald dan para Auror, mereka disuruh memilih untuk bergabung atau mati. Satu persatu pengikut setianya melangkah ke sisinya. dan auror yang tidak mau mengabdi padanya, hangus terbakar dan mati. Credence dan Queenie melangkah ke sisi Grindelwald. Lalu Leta yang tadinya Grindelwald pikir akan berada di sisinya, justru malah mencoba melawannya. Leta pun mati setelah berkata ke arah kedua Scamander bersaudara.



"I Love You."
Sepeninggalan Leta, Grindelwald makin menggila menyerang para auror yang tersisa di makam tersebut. Beruntung Nicholas Flamel (Brontis Jodorowsky) datang tepat waktu untuk membantu para auror menghentikan api kutukan dari Grindelwald yang katanya bisa menghancurkan seluruh kota Paris. Mereka membentuk lingkaran mengelilingi makam lalu bersama-sama mengucapkan mantra FINITE dan menghentakkan tongkat ke tanah.


Di scene FINITE ini epic sih, keren visual nya. Tapi menurut gue masih kalah keren kalau dibandingkan sama klimaks di FB1 waktu pertarungan antara Newt-Graves-Credence.

Lalu adegan yang paling ditunggu-tunggu dong. Balik ke Hogwarts. Meskipun sebetulnya gue sedikit kecewa karena kita ngga dibawa masuk ke dalam Hogwarts. Disini Newt memberikan semacam liontin oath blood milik Grindelwald yang berhasil dicuri si imut Niffler. Albus berkata kalau sepertinya dia bisa menghancurkan benda tersebut. Oath blood yang dibuat Albus bersama Gellert seperti pada yang terllihat di cermin tarsah saat Albus bercermin.

Daan, final scene!


Grindelwald dan para pengikutnya termasuk Queenie dan Credence berada di sebuah markas yang berada di daerah bersalju. Grindelwald sedang berusaha untuk mendekati Credence. Dia memberikan tongkat pada Credence dan memberitahu identitas aslinya. Yaitu Aurelius Dumbledore.

Dan, baru disitu dong gue sadar kalau ternyata burung yang ngikutin Credence di beberapa scene ternyata Phoenix. Di film ini, Albus sempat bilang kalau seekor Phoenix akan datang kepada Dumbledore yang membutuhkan. Dan ya, awal mula banyak banget fan teori tentang siapa Credence sebenarnya dimulai dari sini. Benar ngga sih kalau Credence itu seorang Dumbledore?

Buat gue, film ini oke untuk mengobati rasa kangen sama Wizarding World sih. But not enough. Gue akan tetap lebih memilih film FB 1 daripada film keduanya ini. Banyak kejutan-kejutan yang dihadirkan di trailer yang ternyata ngga berpengaruh apa-apa di film nya. Misalnya Nagini, dia menghebohkan dunia karena ternyata salah satu fan teori itu benar! Tapi di film, dia ngga ngapa-ngapain bro, cuma berubah sekali jadi uler abis itu ngga menunjukkan kalau dia bisa sihir atau ngga juga. Kayak sebagai pemanis aja biar Credence ada pasangannya.

Terus juga ada Minerva McGonagall yang rada ngga masuk akal, belum lagi Albus yang mengajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, padahal sebelum jadi kepala sekolah, dia adalah seorang guru Transfigurasi. Tapi nanti gue bikin post tersendiri deh untuk bahas hal-hal ini. Stay tune ya.

Buat gue, FB2 gue kasih 6.5/10. Gimana menurut kalian?

Ohya, gue naksir THESEUS!! Gemaas.



FINITE~


--D Ark R Ain Bow--

This entry was posted in

Kamis, 22 November 2018

Nonton di Bioskop The Premiere?


Ciao semuanya.

Pastinya tau banget dong kalo gue suka banget sama yang namanya nonton di bioskop. Ya iyalah cewek yang hobi fangirling ini selalu aja nyari sesuatu yang bikin dia sendiri diabetes.

Kali ini gue mau ngomongin bioskop The Premiere. The Premiere apaan sih? Bukan pemutaran film perdana ya. Tapi studio yang dibikin sama Cinema XXI yang studio nya lebih kecil. Dengan fasilitas bangku yang ngga seperti biasanya. Jadi bangkunya lebih panjang, lebar dan empuk. Bisa dijadiin tempat tidur juga dan disediakan selimut juga. Di studio ini terdapat tidak lebih dari 50 bangku setiap studio nya. Kecil banget emang. But this makes it looks more private.



Gue dapet voucher nonton gratisan dari event 1000 studio nya XXI. Gue berhasil nebak salah satu gambar bioskop yang ada di Jakarta (kebetulan itu bioskop kesayangan gue, Epicentrum XXI. Gimana ngga seneng coba!) dan dapetin 2 voucher nonton di studio Premiere.

Setelah lama banget gue pendem, akhirnya voucher nonton itu gue pakai untuk nonton film Robin Hood. Yang mau Spoiler nanti gue kasih XD



Trailer Film Robin Hood




Karena studio ini kecil banget, gue pun dateng jam 11 pagi cuma untuk beli tiketnya (a.ka tukerin voucher gue untuk jadi tiket fisik), karena takut ngga kebagian seat. Saat itu gue ngga kedapetan di bagian tengah. Tapi untungnya masih ada row C which is row tengah, walaupun di pinggir. Setelah gue ngeluarin voucher-nya, mba nya pun bilang kalo sebenernya gue bisa milih di tempat VIP, yaitu seat di tengah tapi paling atas. Gue sebetulnya pengen sih. Tapi gue ngga suka nonton di kursi paling atas. Kayak gimana banget gitu. Akhirnya gue tetep keep kursi di C1 dan C2. By the way gue beli tiket untuk pemutaran film di jam 16.50. Setelah beli tiket gue pun pulang.

Skip skiip ke pemutaran film.

Ini adalah kali pertama gue dan dia nonton di studio The Premiere. Kesan awal pas sebelum masuk studio sih okay ya. Karena studio nya dipisah dari studio yang reguler, kesan lebih privat nya lebih berasa. Dan tempat tunggunya juga nyaman karena kursinya juga banyak.

Ngga lama menunggu, ada petugas yang nyamperin kita satu-satu kalau studio 2 sudah dibuka dan kita sudah boleh masuk. Setelah masuk dan menempati kursi masing-masing, mereka menawarkan menu makanan dan minuman yang mereka jual di kafe The Premiere. Kalau kita mau pesan, nanti akan diantar sampai ke kursi. Karena gue tipe yang ngga terlalu suka makan banget kalo lagi nonton, gue pun ngga memesan apapun. Pertama gue kalo makan itu ngga fokus sama film (kecuali makan popcorn), kedua kalo gue makan banyak waktu nonton, bikin ngantuk hahaha.

Terus gimana menurut gue?

Pertama, gue suka kursinya, lebih besar dan lebih empuk. Gue juga bisa meringkuk disana wkwk. Not forget to mention, kursinya bisa buat tiduran juga walaupun gue ngga memilih untuk tiduran (karena kaca mata gue pasti bakal protes kalo gue tiduran). But, I can't say that I like the smell. It smells like old guy just sitting on it for hours, and I can't comfortable with it. Sorry to say.

Kedua, mungkin karena gue ngga ikut nungguin pesanan datang makanya gue ngga terlalu suka kalau ada petugas yang bolak balik masuk keluar studio untuk antar makanan. Menurut gue itu mengganggu banget. Pintu keluar masuk nya ada di sisi dekat layar, studionya memang kecil, dan setiap kali pintu itu dibuka, cahaya dari luar masuk dan mengganggu mata.



Ketiga, petugas yang bolak balik juga bikin gue sedikit jengah karena film nya ketutupan. Like hey excuse me, I'm here to watch movie. Not to disturb by you guys.

Kempat, sepi woy. Ahahah. Iya jujur aja sih, karena studio nya kecil, penonton yang berinteraksi dengan film pun ngga kedengeran. Ngga seperti kalau kita nonton di studio reguler yang kalau ada adegan menegangkan atau apa pasti ada aja beberapa orang yang teriak atau apalah itu intinya mereka bereaksi dan berekspresi sama film yang diputar (kalo disini yang terdengar malah suara orang-orang makan). Mungkin karena kebanyakan penonton The Premiere adalah orang-orang yang bisa dibilang lebih tua dari penonton studio reguler ya, jadi mungkin teriak-teriak kayak gitu malah terkesan norak, atau mungkin emang jiwa gue yang norak XD.

The conclusion is, I would rather having the regular one. Belum lagi harga tiket The Premiere yang bisa 3 kali lebih mahal dari harga tiket reguler. Gue personally akan lebih memilih untuk beli tiket yang reguler dan nonton 3 film yang berbeda (film yang sama juga gapapa sih) daripada untuk nonton di The Premiere lagi.

Tapi sepertinya sih itu karena gue rada-rada childish juga kali ya. And I think nonton sambil tiduran itu mengganggu penglihatan gue yang berkacamata. Sama seperti gue yang lebih memilih nonton 2D daripada 3D karena kalau nonton 3D gue harus pakai 2 kacamata (BERAAT). Juga, gue lebih  memilih untuk nonton film dan makan di waktu yang berbeda. Because both are different experiences.


Kalo gue sih tetap cintanya sama studio reguler. Kalau kalian, lebih memilih nonton dimana nih? Studio reguler atau the premiere??



Addio~


--D Ark R Ain Bow--


This entry was posted in

Rabu, 21 November 2018

#MovieMagicIHP2018 Fantastic Beasts: The Crime Of Grindelwald (with Indo Harry Potter)


~PROTEGO MAXIMA!!~


Hogwartians pasti udah tahu dong apa itu Movie Magic??

Acara nonton bareng yang diadakan komunitas tercinta kita Indo Harry Potter. Ini adalah kali kedua IHP buat Movie Magic untuk serial Fantastic Beasts. Movie Magic Fantastic Beasts yang pertama diadain tahun 2016 lalu di Epicentrum XXI. Untuk lihat gimana keseruannya, silakan kesini:





Acara kali ini diadakan di CGV Grand Indonesia pada 18 November 2018. Ada yang beda dari event kali ini. Bukan hanya diadakan di Jakarta, Movie Magic 2018 juga diadakan di beberapa kota lain. Meskipun ya, gue pastinya cuma ikutan yang di Jakarta. Sayangnya gue dateng agak terlambat untuk tahu gimana suasana disana dari awal atau untuk ikut games-games yang ada. Pertama karena itu hari Minggu dan rute jalan ke GI ditutup untuk kendaraan jadi gue pun naik Transjakarta. Kedua, udah sampe di halte TJ, etiket gue ketinggalan di rumah dong, alhasil gue balik lagi. So sorry for my careless.



Sampai di CGV gue langsung registrasi dan mendapatkan tiket fisik serta goddie bag. Banyak banget cosplayer yang cakep-cakep. Mulai dari cosplay tokoh-tokoh di Harry Potter sampe tokoh-tokoh terbaru yang baru akan nongol di film FB2 ini.



Singkat cerita, jam 11 kami disuruh masuk ke studio. Dan untuk 200 peserta pertama yang masuk ke studio dapat satu lagi merch yaitu poster! Gue dapet dong. Meskipun pengennya dapet poster-nya Theseus, tapi dapet Queenie. Yaudah lah ya gapapa terima aja.

Sebelum film diputar, panitia membuka acara dan mempersilakan para peserta lomba cosplay untuk maju dan menunjukkan tokoh yang mereka perankan. Ada lebih banyak cosplayer di tahun ini. Meskipun ngga semuanya ikut partisipasi lomba cosplay. Yang bikin kaget tuh ada Nagini. Iya ada yang cosplay jadi Nagini. Keren banget sih detail bajunya niat banget.

Ngga lama kemudian film dimulai..



Skip skipp. Kalo ada yang pengen kena SPOILER dari film ini, silakan mampir kesini: Fantastic Beasts: The Crime Of Grindelwald, 2018 | The Search For Identity untuk yang butuh penyegaran dari film pertamanya, kesini: Fantastic Beasts and Where To Find Them | 2016

Setelah selesai nonton, panitia kembali maju ke stage untuk memberikan hadiah kepada para pemenang games dan lomba cosplay. Untuk hadiah utama funko occamy seharga 1jt dimenangkan melalui kontes video 1 menit di instagram yang kontan aja bikin semua peserta lain ngiri. Ya iyalah funko occamy siapa yang ngga mau coba. 

Untuk cosplay tahun ini dimenangkan oleh cosplayer Leta Lestrange (bertopi) di posisi ketiga, cosplayer Nagini di posisi kedua, dan cosplayer Demiguise di posisi pertama. Dan inget dong cosplayer Mandrake di Movie Magic FB1 tahun 2016 lalu? Dia kembali dan kali ini cosplay Demiguise! Menang lagi pulak!!


Really can't wait for another Movie Magic 2 years ahead!!


Pictures belong to:

 





Stay Magical and love Nifflers!!


~FINITE!!~



--D Ark R Ain Bow--
This entry was posted in

Jumat, 31 Agustus 2018

Paramore Rescheduled #TourFour Live in Jakarta | 2018


Welcome back to Indonesia Paramore!!

Well, setelah 6 bulan ter-postponed karena Hayley yang kurang fit Februari lalu, akhirnya Paramore menepati janji mereka untuk kembali lagi ke Indonesia dan menghibur Parafamily yang udah ngga diragukan lagi kesetiaannya. Mereka melanjutkan TourFour untuk Manila dan Indonesia di Agustus 2018.



Meskipun banyak yang me-refund tiket Konser Februari Paramore, di konser yang digelar pada 25 Agustus 2018 ini, penonton yang hadir tidak sedikit di ICE BSD hall 10. Banyak penonton yang justru terlihat lebih excited daripada Februari 2018 lalu.

Read: #WeLoveYouParamore !!! Paramore Tour Four Live in Jakarta | 2018

Gue masih bersama Risa, Iqbal dan Aqsho janjian untuk berangkat bareng nonton konser mereka. Meskipun banyak ngaret dan beberapa drama dengan abang taksi online, akhirnya kita tiba di venue dan lumayan mendapat tempat yang oke banget untuk nunggu.

Singkat cerita, setelah kita semua tukar tiket dan menunggu gate dibuka, masuk lah kita ke dalam venue di hall 10.

Untuk konser Reschedule ini, opening act nya adalah salah satu band rock Indonesia yang ngga kalah heboh dari main act. Katanya sih banyak yang bilang band ini tuh Paramore-nya Indonesia. Walaupun gue bukan fans mereka dan ngga banyak lagu mereka yang gue hafal, tapi gue tetap menikmati penampilan mereka yang bisa dibilang sukses untuk menjadi pemanasan untuk penampilan utama dari Paramore nantinya. Ohya gue belom bilang ya band nya apa. Yah, gue yakin kalian juga udah tau sih. Kotak Band!

Setelah Kotak turun panggung, tanpa basa basi lagi Paramore pun naik dan menghentak kami semua. Lagu pertama yang dinyanyikan Hayley dkk waktu itu adalah lagu Told You So (kalau ngga salah inget). Dan untuk penutupnya mereka bawa single pertama di album After Laughter mereka, Hard Times.

Selama konser berlangsung gue ngga kepikiran apa-apa selain untuk menikmati band idola gue tampil secara live depan muka gue. Gue pun yang biasanya orangnya ngga pernah mau capek-capek teriak, dengan puas dan lega gue keluarin semua suara gue dan loncat-loncat mengikuti lagu dan gerakan Hayley di panggung. Sampe so sorry dua orang di depan gue ketoyor-toyor kepala nya karena gue terlalu bersemangat. Untungnya mereka juga sepertinya bukan fans karbitan jadi bisa memaklumi tingkah gue yang seperti ngga ada habis semangatnya.

Setelah sekarang berminggu-minggu setelah konser Paramore di Jakarta usai, gue merasa ada sesuatu di dalam diri gue. Gue merasakan sebuah perasaan puas yang sulit untuk dijelaskan. Intinya begini:

Gue beneran nih ketemu langsung, denger langsung, lihat langsung band favorit gue yang tadinya cuma bisa gue lihat foto dan videonya di media sosial? Yang cuma bisa gue dengerin suaranya lewat headset. Gue pernah dalam satu waktu loncat-loncat bareng mereka? Yeah this is the first time I saw them live. And it feels amazing. I never regret every seconds I spend to come to their concert. And if they would come again in future, then I will be ready. I'll prepare myself to face them again. This is one of the best day of my life. Cause WE ARE PARAMORE!!














--D Ark R Ain bow--

This entry was posted in

Senin, 27 Agustus 2018

I love you?



Banyak yang terjadi selama gue ngga punya pacar hampir setahun. Salah satunya adalah gue sempat dekat sama cowok sekelas gue dulu di SMA. Gue dan dia punya hubungan yang hampir seperti sahabat. Gue selalu menganggap dia abang gue karena umur nya memang lebih tua dari gue beberapa tahun. Saat itu entah kenapa kita jadi cukup dekat untuk curhat satu sama lain. Hal yang ngga pernah terjadi diantara kita sebelumnya. Dia waktu itu juga lagi ngga punya pacar dan masih belum bisa move on dari mantannya. Gue pun berada di posisi yang sama. Mantan gue kala itu sempat selingkuh dari gue dan akhirnya gue mutusin dia.


Dia tipe cowok yang good boy. Punya reputasi baik diantara para guru, suka kebersihan dan bersih-bersih, aktif di ekskul futsal, serius, kadang humoris juga dan bisa dibilang bapaknya anak-anak di kelas selama SMA dulu. Pokoknya kalau dia udah marah, suasana kelas langsung berubah suram. Karna kalau dia marah, pasti yang kena dampaknya satu kelas. 


Saat sekolah dulu gue ngga pernah mikir kalau kita akan sedekat itu. Gue yang 'sengak' ga cocok banget sama good boy kayak dia kan? Tapi gue lihat sih dia juga bingung sama kepribadian gue yang kayak gini. Dulu kita dekat di kelas kalau lagi diskusi soal pelajaran doang. Dia memang bisa dibilang rajin banget belajar, tapi unlucky, gue yang lebih pinter dari dia meskipun selama pelajaran keseringan gue habiskan untuk tidur siang.


Saat itu kita habis tukar cerita. Dia sempat menganggur setelah lulus SMA sedangkan gue udah dapat kerja. Untuk cowok yang belum kerja (apalagi umurnya udah jauh dari gue) dia merasa ngga percaya diri banget. Teman-teman sekelas kita kebanyakan udah dapat kerja. Tapi cowok ini tipe yang pemilih. Dia punya kriteria sendiri untuk cari pekerjaannya. Jadi dia juga sempat stress karena itu. Dia ngga pernah ikut ngumpul sama teman-teman sekelas karena agak malu sama keadaannya saat itu. Sikapnya sama orang-orang jadi tambah dingin. Dan dia sempat kayak menarik diri dari pergaulan.


Oh iya, yang gue bilang dekat itu, kita sampai sms-an seharian. Literaly 24 jam sehari. Gue cukup terhibur sih sama kedekatan kita. Sampai akhirnya hal itu terjadi.


"Gue suka sama lo, lo mau ngga jadian sama gue?"


Kata-kata itu akhirnya keluar. Tapi bukan dari cowok itu. Melainkan gue.



Gue ga tau gue mikir apa saat itu. Gue ngga pernah nembak cowok sebelumnya. Gue bukan tipe cewek yang suka ngumbar rasa suka. Kalo mama gue tau gue nembak cowok, pasti gue diomelin abis-abisan. Karena menurut dia, cewek itu harus gengsi, dan cewek agresif mendapat nilai buruk di matanya. Gue juga ngga pernah sadar kalo gue suka sama cowok itu sampai pengen jadiin dia pacar. Di saat semua orang ngejauhin dia karena sikapnya, gue malah mau jadiin dia pacar gue. 


Setelah sadar apa yang telah gue lakuin, gue mikir. Kalau sampai dia nerima gue gimana? Apa gue siap pacaran sama dia? Padahal gue masih ngga yakin sama perasaan gue saat itu. Tapi kayaknya saat itu gue nembak dia karena gue yakin gue bakal ditolak. 


Jadi gini, bukannya gue mau bohongan nembak (misalnya giliran ditolak gue bilang 'haha iya gue bercanda kok, jangan dianggap serius ya' ngga, gak gitu juga. Tapi gue lebih ke 'kalau dia nerima gue ya kita coba jalanin aja') gue lebih pengen ngasih kesan dia itu masih deserve all the love in the world.


Bayangin lo punya teman cowok yang habis ditinggal pacarnya (btw mantannya langsung punya pacar baru dong) terus dia udah lulus sekolah tapi belum dapat kerja sementara untuk cowok seumur dia, harusnya dia udah kerja (fitrahnya cowok setelah selesai pendidikannya kan kerja selama sisa hidupnya ya), dia pun anak pertama di keluarganya, dia lagi menarik diri dari lingkungan pergaulannya, teman cewek pun dia ga punya banyak selain teman-teman cewek sekelas. Gue ngerti banget ada di posisinya saat itu pasti berat. Merasa kalau dia gagal di segala aspek kehidupannya.


Dengan gue nembak dia, gue berharap akan berdampak di rasa percaya dirinya. Gue mau dia merasa kalau masih ada orang yang mau dia. Masih ada orang yang mau terima dia apa adanya. Masih ada orang yang akan dengerin segala keluhannya. Dan gue yakin, orang itu bukan cuma gue aja.


Cowok itu sempet shock luar biasa. Dia pun mengutarakan pendapatnya yang bilang kalau selain saat nya ngga tepat, dia ngga pernah melihat gue dari sisi yang itu. Dia ngga pernah mikir gue untuk jadi pacarnya (jujur gue pun ngga) dan lagi dia juga bingung kenapa gue nembak dia setelah gue tau segala masalah yang dia sedang hadapi saat itu.



'Sorry saf, kita temenan aja ya. Lo kan tau kondisi gue lagi kayak gimana. Gue ga mau jadi beban. Gue juga belum siap pacaran lagi.'


Gue menarik nafas lega.


Mungkin beberapa dari kalian punya pengalaman kalo teman yang habis nembak dan ditolak, bakalan canggung setelah nya.


But no, in my story we going so well.



'Bener ya temenan. Please jangan berubah setelah ini.'


'Iya saf, maaf ya. Makasih ya udah suka sama gue.'


Setelah itu gue pun ngga malu kalau gue pernah nembak dia (bahkan gue cerita ke pacar gue yang sekarang kalau gue pernah nembak dia). Kita tetap dekat kayak sebelumnya. Bahkan pas kita ketemuan pun gue ngga berubah. Ngga merasa malu atau apa. (Ini gue nya yang ngga tahu malu atau apa ya?)


Tapi gimana kalo dia terima gue? Gue pun ga tau. Gue saat itu masih belum bisa berpaling dari mantan gue. Rasanya sakit hati banget pacaran selama hampir dua tahun dan ternyata dia punya pacar yang lain.


Terus apa gue nembak dia cuma karena kasihan? No, big no. I do really like him. But not really like him that way. I want him to be happy. I want take a 'little' pain away. I hope so. But who knows? As long as he survive his own tension, then it will be good for him.


Kalau sekarang gimana hubungan gue sama dia? Gue sih udah punya pacar (dan itu teman sekelas kita juga--akan gue ceritain di post lain), kita tetap teman dekat. Walaupun sekarang ngga 24 jam berkabar. Dia sih belum berhasil sama urusan cinta nya. Tapi dia udah dapat pekerjaan yang saat ini dia bisa enjoy. Dia juga udah ngga menarik diri lagi dari pergaulan. Dia udah menjalani hidupnya dengan lebih baik. Ngga tahu apa yang gue lakukan waktu itu mempengaruhi semangat hidupnya atau ngga, but I'm so happy about that!



I think he gonna be my first and last confession.






--D Ark R Ain Bow--