Waaa akhirnya dapet juga tiket buat nonton The Fault In Our Stars. Bioskop rame sama anak-anak yang mau nonton Transformer (gue belom nonton). Baru masuk kira-kira jarak 3 meter dari pintu, antrian udah menyapa. Shittt.. Untungnya masih bisa dapet di row A dan angka 13 yang gue pilih untuk nonton ini.
Well, dapet jadwal ketiga. Setelah gue beli tiket, gue pun harus nunggu kira-kira satu jam.
Let's see. Katanya film ini bisa bikin nangis bombay. Kita liat seberapa basahkah gue nanti.
Ough, dan sesuatu pun terjadi. Saat gue lagi nunggu pintu studio dibuka, gue sambil bbman sama Kakak gue yg bawel untuk belanja kebutuhan ramadhan.
Entah gue yg gak denger atau emang ngga ada, gue ngga denger suara cewek yg biasa ngumumin klo teater udah dibuka. Jadwal yang tadinya jam 18.05 pun, gue baru masuk di jam 18.10. Duhhh.. Saking ngga maunya kelewatan banyak bagian lagi, (sedikit berharap ada iklan) gue pun menyusuri bangku bioskop dengan setengah berlari. Hasilnya pun gue sedikit tersandung anak tangga. Hufftt jadi sedikit nyesel milih di row A (paling atas broo!!).
Selama menonton, gue masih agak kesel sendiri sama diri gue. Tapi film mulai serius dan gue mulai nanggep jalan ceritanya.
Yang gue tonton dari sini:
Hazel adalah seorang pasien penyakit kanker yang menjalani kehidupannya dengan kesedihan karena takut nantinya dia akan dilupakan setelah meniggal. Hazel ikut kelompok kanker dengan terpaksa karena suruhan orang tuanya. Pada pertemuan berikutnya dia ketemu sama Isaac dan Augustus yang riang dan hidupnya mulai berubah saat dia mulai deket sama Gus.
Hazel penyandang kanker paru-paru, sedangkan Gus sebelah kakinya diamputasi (gue lupa nama penyakitnya).
Hazel dan Gus berteman baik dan saling berbagi hobi. Hazel pun merekomendasikan sebuah novel kesukaannya yang sudah dia baca berkali-kali yang bercerita tentang seorang gadis penyandang kanker leukemia yang bertahan hidup. Tapi sipenulis novel menggantung ending dari cerita di novel itu. Rasa penasaran Hazel dateng, dia mulai ngirim email ke sipenulis atas saran dari Gus karena semua surat pos yang Hazel kirim ke sipenulis ngga pernah ada yang dibales. Akhirnya mereka berdua pun punya satu mimpi yg sama, ke Amsterdam buat ketemu sipenulis dan tau ending dari cerita itu.
Gus menggunakan permintaan terakhirnya untuk menemani Hazel ke Amsterdam. Awalnya rencana mereka ke Amsterdam sempet hampir gagal karena Hazel mendadak kambuh dan keadaannya ngga memungkinkan. Tapi akhirnya ibunya pun mengizinkan Hazel pergi.
Setelah ketemu sama sipenulis (Peter Van Houten), ternyata respon sipenulis ngga seperti apa yang dibayangkan Hazel dan Gus. Mereka kecewa karena ngga bisa dapetin jawaban yang mereka cari. Ternyata penulis favorit mereka berdua cuma seorang pemabuk dan cerita yg ditulisnya cuma fiksi.
Karena merasa ngga enak sama Hazel dan Gus, asisten sipenulis (gue lupa namanya) pun mengajak mereka ke Anne Frank's house (semacam museum gitu). Dan setelah itu, Hazel pun bisa nerima perasaan Gus yang sayang sama dia. Dia jujur kalo dia juga sayang sama Gus.
Setelah pulang dari Amsterdam, Gus sekarat dan kritis. Dia minta Hazel dan Isaac untuk membuatkannya pidato kematian dan membacakannya agar dia bisa menghadiri pidato kematiannya sendiri. Delapan hari kemudian Gus pun meninggal. Tapi dia sudah meninggalkan kenangan yang gak akan pernah dilupain Hazel. Walaupun sedih, Hazel sudah belajar banyak dari Gus yang periang untuk menjalani hidupnya (walaupun singkat) dengan ceria. Gus mengubah Hazel menjadi lebih cewek yang lebih kuat.
Saat pemakaman Gus, Peter Van Houten hadir Dan nemuin Hazel. Dia memberikan secsrik kertas yang katanya jawaban dari semua pertanyaannya dulu. Tapi karena Hazel udah terlalu sakit hati, dia ngga mau baca Dan langsung mengusir sipenulis.
Isaac berkunjung ke rumah Hazel untuk mnyampaikan perasaan turut berduka citanya. Dan dia pun menjelaskan bahwa surat yang dikasih ke hazel dari sipenulis itu sebeernya adalah surat yang ditulis Gus krpada sipenulis berisi pidato kematian dari gus unuuk hazel. Hazel langsung mencari-cari surat itu fan membaca pidato Gus untuk Hazel. Okay.
Gue gak hafal pidatonya sih. Tapi yang Pasti isinya Bikin hazel tambah semangat dalam menjalani hidupnya.
Dan kalian tau?? Gue sama sekali ngga nangis (cuma sempet berkaca-kaca aja sih), gue udah sering dengerin sountrack yang mengiringi jalannya cerita. Dan gue pun udah terlalu biasa sama tokoh yang diperanin Shailene Woodley dan Ansel Elgort di film Divergent. Yaa, tapi lucu juga orang di kanan-kiri gue jadi pada pilek abis nonton ini. Sekarang giliran lo! Hehe ayo tonton film ini. Ngga nyesel deh. Karna walaupun film ini katanya sedih, banyak bagian yang bikin ketawa dan terharu sekaligus.
Cek Trailer:
Well, dapet jadwal ketiga. Setelah gue beli tiket, gue pun harus nunggu kira-kira satu jam.
Let's see. Katanya film ini bisa bikin nangis bombay. Kita liat seberapa basahkah gue nanti.
Ough, dan sesuatu pun terjadi. Saat gue lagi nunggu pintu studio dibuka, gue sambil bbman sama Kakak gue yg bawel untuk belanja kebutuhan ramadhan.
Entah gue yg gak denger atau emang ngga ada, gue ngga denger suara cewek yg biasa ngumumin klo teater udah dibuka. Jadwal yang tadinya jam 18.05 pun, gue baru masuk di jam 18.10. Duhhh.. Saking ngga maunya kelewatan banyak bagian lagi, (sedikit berharap ada iklan) gue pun menyusuri bangku bioskop dengan setengah berlari. Hasilnya pun gue sedikit tersandung anak tangga. Hufftt jadi sedikit nyesel milih di row A (paling atas broo!!).
Selama menonton, gue masih agak kesel sendiri sama diri gue. Tapi film mulai serius dan gue mulai nanggep jalan ceritanya.
Yang gue tonton dari sini:
Hazel adalah seorang pasien penyakit kanker yang menjalani kehidupannya dengan kesedihan karena takut nantinya dia akan dilupakan setelah meniggal. Hazel ikut kelompok kanker dengan terpaksa karena suruhan orang tuanya. Pada pertemuan berikutnya dia ketemu sama Isaac dan Augustus yang riang dan hidupnya mulai berubah saat dia mulai deket sama Gus.
Hazel penyandang kanker paru-paru, sedangkan Gus sebelah kakinya diamputasi (gue lupa nama penyakitnya).
Hazel dan Gus berteman baik dan saling berbagi hobi. Hazel pun merekomendasikan sebuah novel kesukaannya yang sudah dia baca berkali-kali yang bercerita tentang seorang gadis penyandang kanker leukemia yang bertahan hidup. Tapi sipenulis novel menggantung ending dari cerita di novel itu. Rasa penasaran Hazel dateng, dia mulai ngirim email ke sipenulis atas saran dari Gus karena semua surat pos yang Hazel kirim ke sipenulis ngga pernah ada yang dibales. Akhirnya mereka berdua pun punya satu mimpi yg sama, ke Amsterdam buat ketemu sipenulis dan tau ending dari cerita itu.
Gus menggunakan permintaan terakhirnya untuk menemani Hazel ke Amsterdam. Awalnya rencana mereka ke Amsterdam sempet hampir gagal karena Hazel mendadak kambuh dan keadaannya ngga memungkinkan. Tapi akhirnya ibunya pun mengizinkan Hazel pergi.
Setelah ketemu sama sipenulis (Peter Van Houten), ternyata respon sipenulis ngga seperti apa yang dibayangkan Hazel dan Gus. Mereka kecewa karena ngga bisa dapetin jawaban yang mereka cari. Ternyata penulis favorit mereka berdua cuma seorang pemabuk dan cerita yg ditulisnya cuma fiksi.
Karena merasa ngga enak sama Hazel dan Gus, asisten sipenulis (gue lupa namanya) pun mengajak mereka ke Anne Frank's house (semacam museum gitu). Dan setelah itu, Hazel pun bisa nerima perasaan Gus yang sayang sama dia. Dia jujur kalo dia juga sayang sama Gus.
Setelah pulang dari Amsterdam, Gus sekarat dan kritis. Dia minta Hazel dan Isaac untuk membuatkannya pidato kematian dan membacakannya agar dia bisa menghadiri pidato kematiannya sendiri. Delapan hari kemudian Gus pun meninggal. Tapi dia sudah meninggalkan kenangan yang gak akan pernah dilupain Hazel. Walaupun sedih, Hazel sudah belajar banyak dari Gus yang periang untuk menjalani hidupnya (walaupun singkat) dengan ceria. Gus mengubah Hazel menjadi lebih cewek yang lebih kuat.
Saat pemakaman Gus, Peter Van Houten hadir Dan nemuin Hazel. Dia memberikan secsrik kertas yang katanya jawaban dari semua pertanyaannya dulu. Tapi karena Hazel udah terlalu sakit hati, dia ngga mau baca Dan langsung mengusir sipenulis.
Isaac berkunjung ke rumah Hazel untuk mnyampaikan perasaan turut berduka citanya. Dan dia pun menjelaskan bahwa surat yang dikasih ke hazel dari sipenulis itu sebeernya adalah surat yang ditulis Gus krpada sipenulis berisi pidato kematian dari gus unuuk hazel. Hazel langsung mencari-cari surat itu fan membaca pidato Gus untuk Hazel. Okay.
Gue gak hafal pidatonya sih. Tapi yang Pasti isinya Bikin hazel tambah semangat dalam menjalani hidupnya.
Dan kalian tau?? Gue sama sekali ngga nangis (cuma sempet berkaca-kaca aja sih), gue udah sering dengerin sountrack yang mengiringi jalannya cerita. Dan gue pun udah terlalu biasa sama tokoh yang diperanin Shailene Woodley dan Ansel Elgort di film Divergent. Yaa, tapi lucu juga orang di kanan-kiri gue jadi pada pilek abis nonton ini. Sekarang giliran lo! Hehe ayo tonton film ini. Ngga nyesel deh. Karna walaupun film ini katanya sedih, banyak bagian yang bikin ketawa dan terharu sekaligus.
Cek Trailer: