Delmora The Ocean’s Princess
Created By:
Safitri
Tsa’niyah
Bab 7
Cukang Taneuh
Aku mulai hafal sensasi yang kurasakan
jika matahari mulai terbenam. Seperti disiram air hangat dari rambut hingga
kaki. Dan aku pun mulai merasakan seluruh darah yang mengalir di nadi-nadiku.
Oliver sudah bangun lebih dulu dari
aku. Dia sedang menyiapkan makanan ketika aku turun ke dapur.
“Hai sayang. Kamu masak apa?” Tanyaku
dari tangga.
“Oh, halo Delmora.” Oliver sedikit
kaget dengan kedatanganku. “Aku lagi masak nasi goreng nih.”
“Wah, kelihatannya enak.” Ucapku
sambil menghampiri tempat Oliver berdiri.
Oliver mencium keningku.
Setelah makan, kami berpindah ke ruang
keluarga. Kami akan menyusun rencana dan memikirkan tempat dimana kira-kira
Medusa menyembunyikan Athena.
“Kalau Medusa memang mau membuat Zeus
campur tangan, mungkin dia sembunyiin Athena di langit.” Ucapku memberikan
pendapat.
“Aku juga sempet mikir begitu. Tapi di
langit mana dia bisa bawa Athena. Aku ngga inget Medusa bisa terbang atau pun
punya singgahsana di langit.”
“Atau mungkin juga dia nyembunyiinnya
di dunia bawah. Karena otomatis Poseidon ngga bisa kesana kan?”
“Kalau iya di dunia bawah, Medusa
berarti mau bikin Zeus marah sama Hades, bukan Poseidon.”
Kami berdua sama-sama diam untuk
beberapa saat. Kemudian kami berkata berbarengan.
“Laut.”
Lalu kami berdua diam lagi.
“Tapi laut itu luas banget, Del.” Ucap
Oliver akhirnya.
“Hey, laut itu wilayah ayahku. Itu
sama aja kayak rumah buatku.” Jawabku.
“Tapi laut Indonesia aja luasnya udah
dua per tiga lebih luas dari daratan. Mulai dari mana kita nyarinya?” Ucap
Oliver. “Itu pun kalau Athena ada di laut Indonesia. Kalau di luar negeri?”
Aku berpikir sejenak. “Pantai Ancol
jam segini masih buka ngga?” Tanyaku.
“Kamu ngga sempet mikir kalau Athena
ada di Ancol kan?”
“Ya ngga lah. Aku perlu ngomong sama
ayah.”
Lalu kami pun menuju ke pantai Ancol.
==
Tidak banyak pengunjung yang main-main
di air malam hari begini. Kebanyakan pengunjung hanya menikmati makan malam
atau duduk-duduk di pasir pantai. Tapi begitu sampai di tujuan, aku langsung
berjalan santai masuk ke air sampai tinggi air menyentuh lututku.
“Ayah.” Panggilku. Lalu aku menunggu
beberapa waktu. Namun ayahku tidak datang. Aku berjalan lagi sampai air
sepinggang.
“Del, kamu ngga kedinginan?” Tanya
Oliver dari tepi pantai.
Aku mengacuhkannya dan terus berjalan.
Kini tubuhku telah masuk ke dalam air sepenuhnya. “Ayah, aku butuh bantuanmu.”
Aku berkata. Lalu gelembung-gelembung air pun muncul dan menyeretku masuk ke
laut lebih dalam. Mungkin sepuluh, lima belas, atau tiga ratus kilo meter aku
sudah menjauh dari pantai Ancol. Aku tidak tahu pasti. Karena tiba-tiba saja di
depanku sudah ada istana megah Ayahku.
“Ada apa, Delmora?” Ucap Poseidon.
“Apa kamu baik-baik saja?”
“Ayah, tolong aku. Aku harus menemukan
Athena. Dia ditawan Medusa.” Ucapku dengan nada panik.
“Tenanglah, Delmora.” Ucap Poseidon.
“Aku mendengar sedikit kabar tentang Medusa dan kamu. Coba ceritakan seluruhnya
apa yang terjadi sebenarnya.”
Lalu aku duduk berhadapan dengan
ayahku dan mulai menceritakan semua yang terjadi dan rencana yang telah aku
susun bersama Oliver. Dia sedikit tercengang ketika kuberitahu Athena mungkin ada
di lautan. Karena jika pun sebenarnya Athena disembunyikan di laut, Poseidon
pasti tahu keberadaannya. Aku mulai putus asa dengan rencanaku sendiri.
“Baiklah Delmora. Anggaplah kamu
memang benar dan Athena ada di lautan. Ayah akan membantumu sebisa yang ayah dapat
lakukan untukmu. Tapi aku benar-benar tidak tahu ada dimana Athena sekarang
ini.”
“Baiklah ayah, aku hanya perlu doa dan
restu dari ayah. Semoga aku berhasil menemukan Athena dan kembali seperti
semula. Tapi apakah ayah tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghapuskan
kutukan ini? Medusa kan pacar ayah.”
Poseidon hanya menggeleng. Aku tahu,
dia merasa bersalah karena sudah mengencani wanita yang kini jahat dan
mengubahku menjadi patung batu. Tapi tetap saja dia tidak bisa menyangkal
kesalahannya sendiri. Tapi kurasa sekarang dia sangat menyesal.
“Baiklah ayah. Aku harus kembali ke
daratan bersama Oliver. Aku akan memikirkan lagi rencana kami. Tolong beritahu
ibu ya, aku tidak apa-apa. Ya selain kalau matahari terbit aku hanyalah sebuah
patung batu yang tidak bisa apa-apa.” Ucapku.
“Hati-hatilah Delmora.” Gumam ayah
Poseidon. “Ingatlah, selama kamu ada di laut atau air, kekuatan dan doaku ada
disana. Kau akan aman.”
“Ya ayah, terima kasih.”
Lalu gelembung-gelembung lain muncul
dan menyeretku kencang beberapa kilo meter dari pandangan istana Poseidon. Aku
lebih suka naik kereta kuda setengah ikan daripada naik gelembung yang hampir
membuatku ingin muntah ini. Tapi harus kuakui, naik gelembung memang jauh lebih
cepat. Tak sampai hitungan lima, aku tiba kembali di pantai Ancol.
Oliver sudah menunggu dengan wajah
cemas ketika aku keluar dari air. Ia merasa khawatir aku akan kedinginan. Tapi
nyatanya, aku bahkan tidak basah sedikitpun.
Kami kembali pulang ke rumah Oliver
dan baru setelah sampai disanalah aku menceritakan kepadanya semua hal yang aku
bicarakan dengan Poseidon.
“Apa itu artinya Medusa ngga
nyembunyiin Athena di laut?” Tanyaku.
“Ngga, dia pasti ada di laut. Poseidon
pernah mengira Athena mau memperluas kotanya ke laut, kan? Itu berarti dia
memang pernah ada di laut walaupun cuma sebentar.”
“Tapi dia ngga mungkin ada di laut
sebentar terus langsung ke daratan dengan cepat dong ya?”
“Kecuali daratannya ada di laut.”
Kami berdua terdiam. Daratannya ada di
laut? Itu berarti semacam tempat singgah? Di laut hanya ada daratan yang
berbentuk gua.
“Gua dalam air?” Ucapku memecah
keheningan malam.
“Aku juga berpikir begitu. Tapi
memangnya ada gua dalam air di Indonesia?”
Oliver bangkit dari duduknya dan
meninggalkan ruang keluarga. Ia kembali beberapa saat kemudian dengan laptop
dalam pelukannya.
“Disini sih ada, semacam green canyon
gitu. Tapi dia tempat wisata. Apa mungkin Medusa nyembunyiin Athena di tempat
wisata?” Ucap Oliver.
“Cukang Taneuh.” Aku membaca judul
sebuah postingan blog dari laptop Oliver.
“Daerah Ciamis, Jawa Barat.” Lanjut
Oliver.
“Kita mau coba?” Tanyaku.
Oliver menggeser kursor mousepad-nya
sampai ke akhir postingan. “Jam buka, jam delapan sampai lima sore.” Oliver
menengok ke arahku. “Kita punya masalah. Kita ngga mungkin kesana siang hari,
karena kamu jadi patung. Dan kita juga ngga mungkin kesana malam hari, karena
tempat itu pasti sudah tutup.”
Kami berdua terdiam cukup lama
membiarkan jangkrik sekitar rumah terdengar dua kali lebih nyaring dari
biasanya.
“Aku yang akan kesana.” Ucap Oliver
cukup mengagetkanku walaupun suaranya tidak terlalu keras.
“Maksud kamu apa?” Tanyaku.
“Aku yang akan kesana.” Ulang Oliver.
“Sendirian.” Tambahnya ketika aku hendak membuka mulut dan bertanya lagi.
“Engga, Oliver. Kita sama-sama
kesana.” Ucapku.
“Tapi gimana caranya?”
Aku merebut laptop dari pangkuan
Oliver dan membuka google’s map. “Kita masuk lewat sini.” Aku menunjuk teluk
Pangandaran.
“Kita minta bantuan ayahku.” Ucapku
buru-buru sebelum Oliver berkomentar.
“Kamu yakin?” Tanya Oliver ragu-ragu.
“Ya. Tapi kita harus sudah di teluk
sebelum matahari terbenam. Jadi kita punya banyak waktu untuk menyusuri
sungainya.”
Previous: