Sekalipun dia gila, saat ia mengingat memori yang telah ia lalui, ia akan menangis. Kau tidak bisa memilih akan jadi apa dirimu. Life is just watch and learn.
Aku kembali dari rumah Keenan sekitar pukul satu dini hari. Diantar oleh Keenan dan Grace. Kebetulan orang tua mereka tidak jadi pulang malam itu dan akhirnya setelah aku juga ketiduran di pelukan Keenan (tidak jadi memasak), mereka harus keluar untuk mencari makan. Kami bertiga makan malam (yang kelewat malam) di warung pinggir jalan. Banyak yang memberikan pandangan sinis kenapa kami membawa anak 3 tahun keluar rumah sangat larut malam. Tapi aku dan Keenan tak peduli. Grace juga tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan.
Tiba di depan rumahku, Grace merasa agak terganggu. Ya memang kalau dibandingkan dengan rumah Keenan, rumahku ini jauh lebih kecil dan lebih tidak terurus. Maklum saja, aku hanya tinggal seorang diri di rumah bertingkat 2 ini.
Sebelum kedua orang tuaku meninggal, rumah ini sangat ramai. Mereka sangat suka mengadakan pertemuan dengan tetangga-tetangga komplek. Makanya saat mereka meninggal dengan berita yang kurang enak didengar pun para tetangga bukannya jijik malah bersimpati dan penasaran. Banyak dari mereka yang mengunjungi rumahku untuk menghibur dan memberikanku makanan.
Sebelum aku membuka pintu, aku menemukan sekeranjang penuh buah-buahan. Di atasnya ada secarik kertas yang bertuliskan:
"Jaga kesehatanmu, adik Shine. Kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong pada kami."
Buket makanan ini tidak terjadi sekali atau dua kali. Tapi bisa empat hingga lima kali dalam seminggu. Kebaikan yang ditanam oleh kedua orang tuaku kini aku yang menuainya. Tetangga disini sangat baik padaku.
Aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarku. Aku tidak pernah menyalakan lampu kecuali jika aku butuh penerangan untuk dandan. Aku lebih suka berada dalam kegelapan. Seperti ada sesuatu yang memeluk dan menyelimutiku dengan aura dingin yang kusuka.
Aku membaringkan tubuh di tempat tidur. Mataku terbuka menatap langit-langit kamarku dalam kegelapan. Terkadang pada waktu-waktu tertentu seperti sekarang, aku merindukan keluargaku. Aku kangen kakak-kakakku yang sangat memanjaku. Mereka selalu menuruti semua permintaanku.
Dulu, ada saat dimana rumah ini selalu terang dan damai. Mama memasak makanan yang aku suka. Kadang dia juga memasak untuk dibagikan ke tetangga. Orang-orang bilang rumah kami selalu bercahaya. Nama keluarga kami memang 'Shine' yang artinya bersinar. Banyak yang kagum pada kebaikan orang tuaku.
Namaku Sheraphyna Shine.
Aku teringat sebuah rahasia kecil. Saat ini aku adalah seorang mahasiswa tingkat 3. Usiaku 21 tahun dan aku adalah anak keempat dari empat orang anak hasil pernikahan Bapak dan Ibu Shine. Kakak pertamaku adalah seorang laki-laki bernama Aiden, dia punya saudara kembar yang seorang perempuan bernama Lisa yang juga merupakan kakak keduaku. Selang sekitar 2 tahun, kakak ketigaku lahir, dia adalah seorang perempuan bernama Candice. Lalu aku lahir sekitar 5 tahun kemudian.
Ketiga kakakku adalah orang yang sangat baik. Sejak kecil aku dipenuhi memori indah bermain bersama mereka. Mereka tidak pernah beradu argumen denganku dan lebih memilih mengalah demi apa pun yang aku inginkan.
Saat aku mulai masuk taman kanak-kanak, aku merasa tidak nyaman. Banyak teman sekelasku yang tidak memberikan apa yang aku inginkan. Mereka selalu merusak mood-ku. Aku sering sekali berkelahi dan berebut mainan. Hingga akhirnya salah satu dari mereka mimisan karena hidungnya aku pukul dengan batu.
Setelah kejadian itu, teman-teman yang lain mulai menjauhiku. Orang tua mereka juga melarang untuk berteman denganku. Aku tidak tahu apa yang salah dengan hal itu. Aku hanya memukulnya sekali. Dan aku tidak akan begitu kalau dia tidak merusak mood-ku. Salah dia sendiri kenapa dia begitu lemah dan langsung mengeluarkan darah dengan sekali pukulan. Padahal dia kan laki-laki, seharusnya dia jauh lebih kuat daripada batu.
Saat aku masuk ke sekolah dasar, aku bertemu dengan orang-orang baru. Mereka memberikan senyuman yang tidak pernah lagi kulihat sejak kejadian di TK dulu. Mereka tampaknya menyukaiku. Aku yakin aku bisa memiliki teman kali ini.
Tapi tunggu. Laki-laki lemah itu ada di kelas yang sama denganku. Kulihat hidungnya masih bengkok sejak terakhir kali kami bertemu.
Aku tidak sadar mulai kapan aku benar-benar sendirian lagi. Tak ada satupun anak yang mau berteman denganku lagi. Semua gara-gara pengaruh dari gosip yang disebarkan oleh anak laki-laki itu. Aku benar-benar tidak punya seorang pun teman.
Naik ke kelas 3 SD, aku mulai malas masuk sekolah.
"Ma, Sher ngga mau masuk sekolah." Ucapku
"Lagi? Ada apa nak? Kamu sudah bolos lima belas hari dalam sebulan ini. Ada masalah?" Tanya mamaku.
"Ngga. Aku cuma kangen mama. Aku mau berdua sama mama di rumah." Ucapku.
"Kamu harus sekolah, sayang." Ucap mamaku lembut.
"Tapi aku ngga mau, ma." Aku berkata sambil berlari menuju ke ruang keluarga.
Aku mengambil telpon rumah dan menekan nomer handphone papaku.
"Pa, belikan aku komputer ya. Aku bosan di rumah. Aku mau main game." Ucapku.
"Kamu tidak sekolah, nak?" Tanya papaku.
"Aku lagi ngga enak badan, Pa. Please ya pa." Ucapku.
"Kamu kan bisa pakai komputer kakak, nak." Ucap papaku.
"Tapi aku mau personal milikku sendiri, papa." Ucapku.
"Baiklah nanti papa coba belikan ya." Ucap papaku akhirnya.
Mamaku datang dari arah dapur mendekatiku yang kini sedang mengganti-ganti saluran televisi.
"Sayang, kamu ada masalah di sekolah?" Tanya mamaku lembut.
"Ngga, ma. Aku cuma lagi malas sekolah aja. Boleh aku cuti?" Ucapku tanpa memalingkan perhatian dari televisi.
"Sayang, kamu masih kelas 3 SD. Masa kamu mau cuti."
"Mama." Aku berlari ke pelukan mamaku dan menangis.
"Ceritakan pada mama apa yang terjadi, nak." Tanya mamaku sambil mengelus lembut rambutku.
"Ada seorang cowok yang benci sama aku. Tolong izinkan aku untuk tidak satu kelas dengannya lagi. Dia selalu bully aku, ma." Aku menangis sejadi-jadinya. "Tolong jangan laporkan ini kepada guru. Aku ngga mau mama dipanggil ke sekolah. Aku hanya perlu tidak satu kelas lagi dengan cowok itu, ma."
"Jadi ini semua karna satu cowok?" Tanya mamaku dengan sedikit senyum di wajahnya.
Aku mengangguk.
"Mungkin dia begitu karena dia suka padamu, Sheerin." Ucap mamaku.
"Aku ngga peduli, ma. Aku ngga mau sekelas lagi sama dia." Ucapku.
Mamaku melepaskan pelukannya. Lalu dia menghadapkan wajahnya tepat di depan wajahku.
"Nak, kalau kamu memang mau seperti itu, mama akan turuti. Tapi kamu harus masuk sekolah sampai akhir semester ini, ya." Ucap mamaku.
"Mama janji?" tanyaku.
"Iya mama janji. Nanti mama akan bilang ke papa."
Aku memeluk lagi tubuh mamaku yang hangat.
Sorenya, papaku pulang membawa satu set komputer seperti yang kuminta. Dia bilang aku baru boleh memainkannya saat nanti aku benar-benar sudah tidak sekolah. Jadi komputer itu belum bisa dipasang saat itu juga.
Aku menepati janjiku untuk tetap masuk sekolah sampai semester berakhir. Aku berusaha untuk tidak peduli pada pandangan teman sekelasku saat itu. Sebetulnya aku anak yang sangat pintar di pelajaran sekolah. Rangking satu pun tidak pernah lepas dari rapor yang diberikan guru. Jadi mungkin itu salah satu alasan orang tuaku selalu menuruti permintaanku.
Hari ini kami disuruh mengenalkan hewan peliharaan kami dan membawanya ke sekolah. Aku belum pernah punya hewan peliharaan sebelumnya. Jadi sehari sebelumnya aku meminta dibelikan seekor anak anjing pada papa.
Seketika saja kelas berubah menjadi tempat penitipan hewan peliharaan. Suara gonggong dan meong mendominasi suasana kelas hari itu. Banyak yang membawa kucing dan anjing. Ada juga yang membawa hamster, kelinci, ikan mas, bahkan tupai dan burung kakatua.
Kebanyakan dari yang membawa anjing adalah jenis anjing pudel yang lucu dan berbulu. Hanya aku yang membawa jenis anjing siberian husky yang sekilas hampir mirip dengan serigala. Banyak yang terlonjak dan bahkan jatuh dari kursi mereka saat aku membawa masuk Joker--anjingku.
আPrevious: Witness
আNext: Wolf
Aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarku. Aku tidak pernah menyalakan lampu kecuali jika aku butuh penerangan untuk dandan. Aku lebih suka berada dalam kegelapan. Seperti ada sesuatu yang memeluk dan menyelimutiku dengan aura dingin yang kusuka.
Aku membaringkan tubuh di tempat tidur. Mataku terbuka menatap langit-langit kamarku dalam kegelapan. Terkadang pada waktu-waktu tertentu seperti sekarang, aku merindukan keluargaku. Aku kangen kakak-kakakku yang sangat memanjaku. Mereka selalu menuruti semua permintaanku.
Dulu, ada saat dimana rumah ini selalu terang dan damai. Mama memasak makanan yang aku suka. Kadang dia juga memasak untuk dibagikan ke tetangga. Orang-orang bilang rumah kami selalu bercahaya. Nama keluarga kami memang 'Shine' yang artinya bersinar. Banyak yang kagum pada kebaikan orang tuaku.
Namaku Sheraphyna Shine.
Aku teringat sebuah rahasia kecil. Saat ini aku adalah seorang mahasiswa tingkat 3. Usiaku 21 tahun dan aku adalah anak keempat dari empat orang anak hasil pernikahan Bapak dan Ibu Shine. Kakak pertamaku adalah seorang laki-laki bernama Aiden, dia punya saudara kembar yang seorang perempuan bernama Lisa yang juga merupakan kakak keduaku. Selang sekitar 2 tahun, kakak ketigaku lahir, dia adalah seorang perempuan bernama Candice. Lalu aku lahir sekitar 5 tahun kemudian.
Ketiga kakakku adalah orang yang sangat baik. Sejak kecil aku dipenuhi memori indah bermain bersama mereka. Mereka tidak pernah beradu argumen denganku dan lebih memilih mengalah demi apa pun yang aku inginkan.
Saat aku mulai masuk taman kanak-kanak, aku merasa tidak nyaman. Banyak teman sekelasku yang tidak memberikan apa yang aku inginkan. Mereka selalu merusak mood-ku. Aku sering sekali berkelahi dan berebut mainan. Hingga akhirnya salah satu dari mereka mimisan karena hidungnya aku pukul dengan batu.
Setelah kejadian itu, teman-teman yang lain mulai menjauhiku. Orang tua mereka juga melarang untuk berteman denganku. Aku tidak tahu apa yang salah dengan hal itu. Aku hanya memukulnya sekali. Dan aku tidak akan begitu kalau dia tidak merusak mood-ku. Salah dia sendiri kenapa dia begitu lemah dan langsung mengeluarkan darah dengan sekali pukulan. Padahal dia kan laki-laki, seharusnya dia jauh lebih kuat daripada batu.
Saat aku masuk ke sekolah dasar, aku bertemu dengan orang-orang baru. Mereka memberikan senyuman yang tidak pernah lagi kulihat sejak kejadian di TK dulu. Mereka tampaknya menyukaiku. Aku yakin aku bisa memiliki teman kali ini.
Tapi tunggu. Laki-laki lemah itu ada di kelas yang sama denganku. Kulihat hidungnya masih bengkok sejak terakhir kali kami bertemu.
Aku tidak sadar mulai kapan aku benar-benar sendirian lagi. Tak ada satupun anak yang mau berteman denganku lagi. Semua gara-gara pengaruh dari gosip yang disebarkan oleh anak laki-laki itu. Aku benar-benar tidak punya seorang pun teman.
Naik ke kelas 3 SD, aku mulai malas masuk sekolah.
"Ma, Sher ngga mau masuk sekolah." Ucapku
"Lagi? Ada apa nak? Kamu sudah bolos lima belas hari dalam sebulan ini. Ada masalah?" Tanya mamaku.
"Ngga. Aku cuma kangen mama. Aku mau berdua sama mama di rumah." Ucapku.
"Kamu harus sekolah, sayang." Ucap mamaku lembut.
"Tapi aku ngga mau, ma." Aku berkata sambil berlari menuju ke ruang keluarga.
Aku mengambil telpon rumah dan menekan nomer handphone papaku.
"Pa, belikan aku komputer ya. Aku bosan di rumah. Aku mau main game." Ucapku.
"Kamu tidak sekolah, nak?" Tanya papaku.
"Aku lagi ngga enak badan, Pa. Please ya pa." Ucapku.
"Kamu kan bisa pakai komputer kakak, nak." Ucap papaku.
"Tapi aku mau personal milikku sendiri, papa." Ucapku.
"Baiklah nanti papa coba belikan ya." Ucap papaku akhirnya.
Mamaku datang dari arah dapur mendekatiku yang kini sedang mengganti-ganti saluran televisi.
"Sayang, kamu ada masalah di sekolah?" Tanya mamaku lembut.
"Ngga, ma. Aku cuma lagi malas sekolah aja. Boleh aku cuti?" Ucapku tanpa memalingkan perhatian dari televisi.
"Sayang, kamu masih kelas 3 SD. Masa kamu mau cuti."
"Mama." Aku berlari ke pelukan mamaku dan menangis.
"Ceritakan pada mama apa yang terjadi, nak." Tanya mamaku sambil mengelus lembut rambutku.
"Ada seorang cowok yang benci sama aku. Tolong izinkan aku untuk tidak satu kelas dengannya lagi. Dia selalu bully aku, ma." Aku menangis sejadi-jadinya. "Tolong jangan laporkan ini kepada guru. Aku ngga mau mama dipanggil ke sekolah. Aku hanya perlu tidak satu kelas lagi dengan cowok itu, ma."
"Jadi ini semua karna satu cowok?" Tanya mamaku dengan sedikit senyum di wajahnya.
Aku mengangguk.
"Mungkin dia begitu karena dia suka padamu, Sheerin." Ucap mamaku.
"Aku ngga peduli, ma. Aku ngga mau sekelas lagi sama dia." Ucapku.
Mamaku melepaskan pelukannya. Lalu dia menghadapkan wajahnya tepat di depan wajahku.
"Nak, kalau kamu memang mau seperti itu, mama akan turuti. Tapi kamu harus masuk sekolah sampai akhir semester ini, ya." Ucap mamaku.
"Mama janji?" tanyaku.
"Iya mama janji. Nanti mama akan bilang ke papa."
Aku memeluk lagi tubuh mamaku yang hangat.
Sorenya, papaku pulang membawa satu set komputer seperti yang kuminta. Dia bilang aku baru boleh memainkannya saat nanti aku benar-benar sudah tidak sekolah. Jadi komputer itu belum bisa dipasang saat itu juga.
Aku menepati janjiku untuk tetap masuk sekolah sampai semester berakhir. Aku berusaha untuk tidak peduli pada pandangan teman sekelasku saat itu. Sebetulnya aku anak yang sangat pintar di pelajaran sekolah. Rangking satu pun tidak pernah lepas dari rapor yang diberikan guru. Jadi mungkin itu salah satu alasan orang tuaku selalu menuruti permintaanku.
Hari ini kami disuruh mengenalkan hewan peliharaan kami dan membawanya ke sekolah. Aku belum pernah punya hewan peliharaan sebelumnya. Jadi sehari sebelumnya aku meminta dibelikan seekor anak anjing pada papa.
Seketika saja kelas berubah menjadi tempat penitipan hewan peliharaan. Suara gonggong dan meong mendominasi suasana kelas hari itu. Banyak yang membawa kucing dan anjing. Ada juga yang membawa hamster, kelinci, ikan mas, bahkan tupai dan burung kakatua.
Kebanyakan dari yang membawa anjing adalah jenis anjing pudel yang lucu dan berbulu. Hanya aku yang membawa jenis anjing siberian husky yang sekilas hampir mirip dengan serigala. Banyak yang terlonjak dan bahkan jatuh dari kursi mereka saat aku membawa masuk Joker--anjingku.
আPrevious: Witness
আNext: Wolf
0 comment:
Posting Komentar
Come share to us !!