Sabtu, 11 Februari 2017

14. The Next Body ~~ The Little You Know The Little Chance You'll Die


Terkadang menjadi 'tidak tahu apa-apa' terasa lebih menyenangkan, ketimbang 'tahu segalanya' tapi tertekan beban berat.

--Aiden's POV--

Hari ini adik bungsu kami kembali mengunjungi penjara. Dua tahun lalu adalah terakhir kali ia kesini menemui kami--aku dan Lisa.

Kami dipidana pasal 340 KUHP mengenai pembunuhan berencana dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Atau kalau kami mau, eksekusi mati akan kami jalankan kapan saja sesuai persetujuan keluarga korban dari pembunuhan berencana yang dituduhkan pada kami.

Tapi pembunuhan berencana itu kebohongan besar! Baik aku ataupun Lisa sama sekali tidak bersalah.

Aku berada di tingkat 3 jenjang S1. Persis seperti Sheerin saat ini. Saat itu dia masih kelas 1 SMP.

Jadi adik bungsuku itu memang agak aneh. Mama dan papaku selalu menyuruh aku, Lisa dan Candice mengalah setiap kali Sher minta sesuatu. Dan mereka pun selalu memanjanya. Sampai ketika dia kelas 3 SD, dia pernah cuti sekolah dan diizinkan oleh mama papaku. Disitu sebenarnya aku mulai curiga pada Sher. Dibandingkan denganku saja, aku baru tahu ada sistem cuti akademik saat aku mulai masuk kuliah. Dari mana dia tahu hal seperti itu?

Belum lagi permintaannya yang ingin dibelikan komputer pribadi. Aku tahu jaman sekarang ini perkembangan teknologinya sangat pesat. Tapi darimana Sher belajar menggunakan komputer dan internet? Di sekolah kan belum diajarkan. Kami sebagai kakaknya pun belum pernah mengenalkannya ke dunia internet. Karena menurutku masih terlalu dini baginya untuk surfing di dunia maya. Pernah satu waktu aku coba cek history browser Sher dan cukup terkejut dengan result yang ditampilkan. Tiba-tiba layar komputer mati dan aku tidak bisa menyalakannya lagi.

Tapi dibalik sikapnya yang aneh, rumahku penuh dengan piagam penghargaan atas nama 'Sheraphyna Shine'. Mulai dari piagam olimpiade Sains, Matematika,  debat multi bahasa, sampai lomba piano dan menari pun pernah ia dapatkan. Aku sampai heran kenapa mamaku bisa melahirkan anak sejenius Sher.

Kekagumanku pada si adik bungsu sirna seketika saat aku pulang ke rumah pada suatu hari.

Saat itu tidak biasanya rumah terlihat gelap. Tidak ada satu pun lampu yang dinyalakan. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kupikir mungkin ada pemadaman bergilir karena dua rumah di kanan dan kiri rumahku juga gelap. Tapi tidak mungkin kan pemadaman listrik hanya tiga rumah yang diputus alirannya?

Hari ini keluargaku mengantarkan Candice ke bandara. Dia akan melanjutkan kuliah di salah satu universitas di kota New York. Jadi sekitar dua minggu sebelum tahun ajaran baru dimulai, dia harus sudah berada disana.

"Harusnya mereka udah balik dari bandara kan?" Ucapku.

Hanya aku yang tidak ikut mengantar Candice ke bandara karena masih ada tugas di kampus. Kulihat mobil papa sudah terparkir di halaman, berarti mereka memang sudah pulang.

Aku membuka pintu utama dan masuk ke dalam rumah.

"Mama, aku pulang." Ucapku.

"Kakaaak! Jangan masuk!" Teriak suara Sheerin dari salah satu ruangan yang aku tidak tahu ruangan mana.

"Sher, kamu dimana?" Aku balas berteriak pada Sheerin dengan nada panik.

Aku menyalakan senter dari handphoneku. Apa ini? Kenapa ruang tamu berantakan seperti ini?

Jantungku mulai berdegup kencang tak beraturan. Aku bergegas keluar lagi dan langsung memutar nomor telepon darurat. Saat menunggu nada dari operator yang menyambungkan panggilanku, tiba-tiba saja aku merasa sebuah benda tumpul menyentuh kepala bagian belakangku dengan keras. Aku ambruk di lantai lalu tidak sadarkan diri.

Aku tidak tahu jam berapa saat itu. Tapi yang pasti aku berhasil terbangun dari pingsan. Walaupun tidak ada bedanya aku buka mata atau tidak karena sepertinya pemadaman listrik masih berlangsung. Semuanya gelap.

Aku mendapati diri terbaring di tempat tidur kamarku. Aku memang pingsan, tapi aku tidak lupa apa yang terjadi. Siapa yang membawaku kesini? Aku keluar dari kamarku.

Traaang*

Semua lampu di rumah tiba-tiba menyala. Aku menuju ke kamar orang tuaku untuk mengecek apakah mereka ada disana.

"Sheerin kamu ada dimana?" Aku berteriak memanggil si adik bungsu. Tidak ada jawaban.

Kubuka pintu kamar orang tuaku. Kamar yang ini masih padam lampunya. Aku tidak bisa melihat apa-apa dari luar. Aku masuk ke dalamnya. Lalu pintu menutup sendiri di belakangku. Kegelapan kembali menyelimuti. Aku tidak bisa melihat apapun.

Aku melangkahkan kaki, lalu sepertinya aku menginjak sesuatu. Kuraba benda itu kemudian menyadari bahwa yang kupegang adalah sebilah pisau dapur. Perasaanku mulai tidak enak. Apa perampoknya ada di ruangan ini? Lalu siapa yang menutup pintu di belakangku tadi? Aku tahu normalnya aku akan mengecek pintu, tapi aku terlalu khawatir dengan keadaan orang tua dan adik-adikku, jadi aku tidak peduli dan tetap masuk lebih dalam ke kamar orang tuaku.

Aku merasa beruntung menemukan pisau dapur. Aku tidak mungkin melawan penjahat tanpa senjata. Aku melangkah lagi menuju arah tempat tidur sambil meraba tembok di sampingku mencari saklar untuk menyalakan lampu.

"Sial. Kenapa lampu nya ngga bisa nyala." Aku menekan terus saklar lampu tapi tidak nyala juga.

"Hey keluar kau. Siapa kamu?" Aku berteriak tanpa tahu siapa yang kuajak bicara.

Sreet-sreet*

Aku mendengar sesuatu terseret di lantai.

Sreet-sreet*

Semakin dekat..

Sreet-sreet*

Sesuatu menyentuh kakiku.

Aku menyadari kalau sesuatu benar-benar menyentuh kakiku. Aku membombardir benda itu dengan berkali-kali tusukan dari pisau dapur yang kupegang.

Bau amis mulai memenuhi ruangan kamar yang gelap. Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari pisau ke tanganku.

Aku masih kaku di tempatku berlutut tanpa bisa melihat apa yang sedang terjadi. Suara seretan di lantai memang sudah tidak ada lagi. Tapi aku masih belum tahu apa dan siapa yang ada di kamar orang tuaku.

Saat aku hendak membungkuk untuk meraba benda apa yang aku tusuk, tiba-tiba pintu kamar menjeblak terbuka. Kulihat beberapa siluet bayangan orang-orang bertubuh besar di muka pintu. Mereka tampak memegang senjata.

Lalu tiba-tiba lampu menyala. Menampilkan pemandangan menjijikan di kakiku. Tepat di tempat aku menusuk benda asing yang terseret di lantai.


0 comment:

Posting Komentar

Come share to us !!