WARNING!
PART INI MENGANDUNG KONTEN GORE RINGAN.
KALIAN BOLEH SKIP PART INI KALAU TIDAK KUAT MEMBAYANGKANNYA.
TIDAK APA-APA, AKU TIDAK BERMAKSUD MEMBUAT KALIAN MERINDING ATAU MUNTAH.
JIKA KUAT SILAKAN BACA.
TERIMA KASIH.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Marleen mulai menggerakkan jemarinya. Lalu kelopak matanya membuka dan menampakkan bola mata yang berwarna biru berkilau. Bola mata itu berputar pelan dalam rongganya. Kurasa kepalanya sedikit pusing. Aku tahu sensasinya saat kau diberikan racun palsied (racun lumpuh total) lalu kau diberikan penawarnya. Rasanya seperti dipaksa untuk tidur lalu saat sedang lelap-lelapnya dibangunkan dengan paksa pula.
Marleen masih berusaha mengambil kembali kesadarannya. Dia belum berkata apa-apa. Suasana di ruangan itu menjadi sangat sunyi. Namun tiba-tiba pintu terdengar membuka disusul suara langkah kaki yang mendekat. Aku menahan nafas seakan itu akan menimbulkan suara yang sangat gaduh dan merusak kesunyian ini.
Suara langkah kaki berhenti tepat di belakangku. Ada sesuatu yang menyentuh pundakku. Rasanya dingin sekali.
“Bersenang-senang tanpaku?” Ucap suara seseorang yang memegang pundakku.
Keenan menengok ke arah datangnya suara. “Sawbonera.” Ucapnya.
“Sawbonera?” Gumamku penuh tanya sambil menoleh ke belakang.
“Sher, kenalkan dia kakakku.” Ucap Keenan.
Aku menjabat tangan cowok berkulit nyaris transparan itu. Kulitnya sedingin pandangan matanya. Aku memberikan senyuman ragu, takut salah melakukan sesuatu.
“Hei jangan se-kaku itu. Aku bukan es balok kok.” Ucap cowok yang dipanggil Sawbonera dengan nada yang tidak sedingin raut wajahnya. Sungguh kombinasi yang sangat sulit.
Aku memberanikan diri menatap mata kakaknya Keenan.
“Aku Sheerin. Apa namamu selalu se-keren itu?” Ucapku mencoba sesantai mungkin.
“Kau bisa panggil aku Ed disini. Tapi jangan sekalipun panggil begitu di luar rumah ini kalau kau tidak mau mengucapkan selamat tinggal pada organ tubuhmu.” Ucap Sawbonera.
“Ya itu lebih baik. Namamu membuatku lapar.” Ucapku yang sejak Keenan memanggil nama kakaknya tadi selalu terpikir Carbonara.
Ed meninggalkan belakang tubuhku dan berjalan ke arah tubuh Marleen yang kini sudah bisa merintih. “Kau yakin bisa melakukannya sendirian, Jack?” Tanyanya.
“Kupikir kau tidak ada di rumah. Lagi pula Grace yang kali ini akan menanganinya. Semacam ujian kecil.” Ucap Keenan.
“Baiklah, lakukan sebisa kalian. Aku akan memperhatikan dan membereskan sisanya.” Ucap Ed yang kini mengambil kursi dan duduk di sudut ruangan.
Selama aku berpacaran dengan Keenan, hanya Grace-lah saudara kandungnya yang kukenal. Walaupun Keenan memberitahuku bahwa dia memiliki 6 saudara kandung, aku belum pernah bertemu dengan lima yang lainnya. Dan saat ini aku bertemu salah satu kakaknya disaat kami akan melakukan pembedahan. Kira-kira orang seperti apa Ed itu?
Aku menahan semua pertanyaan dalam kepalaku dan kembali ke fokus pembedahan Marleen.
Karena tujuan utama dari pembedahan kali ini adalah untuk Grace. Aku hanya akan membantu menyusun organ dalam si gadis ke dalam kotak. Aku mengeluarkan kotak-kotak kaca dengan berbagai ukuran dari dalam sebuah koper kayu. Dalam satu koper ini nantinya akan berisi organ dalam yang akan dijual di rumah-rumah sakit (tentunya dengan transaksi rahasia) dengan harga tinggi. Untuk tulang dan daging, biasanya orang tua Keenan menjualnya ke pasar gelap khusus para kanibal, dengan harga sekitar seratus kali lipat dari harga daging sapi. Tergantung pada identitas daging tersebut. Biasanya orang-orang penting akan berharga lebih tinggi.
Grace mengambil pisau kecil dari meja lalu mendekati tubuh Marleen.
"Pastikan kau jangan langsung membunuhnya, sayang." Ucap Ed dari sudut dengan nada penuh kasih.
"Yap." Gumam Grace yang kini menaiki bangku kecil untuk melihat wajah Marleen yang lebih tinggi darinya.
Grace meneliti tiap senti kulit wajah wanita di depannya.
Kulihat Marleen mulai mendapatkan fokus pandangannya. Dan pemandangan pertama setelah tersadar dari palsied adalah wajah seorang gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan siap memangsa.
"Siapa kamu adik kecil?" Ucap Marleen yang kesadarannya belum penuh.
"Your deadly angel." Jawab Grace dengan raut wajah datar.
Marleen mencoba menggerakkan tangannya. Namun saat itu ia menyadari bahwa tidak ada satupun bagian tubuh yang bisa digerakkannya selain bernafas, berkedip dan berbicara. Ia mulai dapat menangkap bayangan sosok Keenan dan aku dalam bola matanya.
"Hey kalian siapa? Kenapa saya ada disini? Apa yang kalian lakukan?" Marleen berkata sambil meronta-ronta. Raut wajahnya berubah panik.
Aku mendekati tubuh Marleen. "Hai Marleen, aku Sheerin. Aku dan pacarku juga adiknya akan memisahkan organ tubuhmu. Mohon kerjasamanya ya." Ucapku sesantai mungkin lalu tersenyum.
"Kau gila! Kalian semua gila! Ini pasti mimpi!" Marleen mulai berteriak.
Sementara tanpa disadari, Grace sudah mendapatkan daun telinga sebelah kanan milik Marleen. Darah mengalir segar dari lubang yang tadinya terdapat daun telinga dengan sebuah anting-anting berwarna perak yang manis.
Marleen menjerit sampai sepertinya tenggorokkannya akan keluar ke mulutnya.
"Pilihan yang unik untuk memulai, Grace." Ucap Ed dari sudut.
Grace menoleh ke arah kakaknya seraya menyunggingkan senyum polosnya yang biasa. Lalu ia menuruni bangku kecil nya dan meletakkan daun telinga Marleen di sebuah baki kaca. Kemudian kembali menghadapi Marleen.
"KALIAN GILA!!!" Marleen kembali berteriak ketika Grace berhasil melepaskan daun telinga yang satunya.
Sekarang sisi kanan dan kiri kepala Marleen menjadi aneh tanpa adanya daun telinga.
"Kak Kee, kau bisa bantu aku untuk membelah bagian perutnya? Aku sepertinya agak kesulitan." Ucap Grace.
"Tentu." Ucap Keenan seraya mengambil sebuah pisau dan mendekati tubuh Marleen.
Perlahan, Keenan menempelkan mata pisau ke kulit Marleen dan menyebabkan Marleen mengeluarkan banyak sekali darahnya. Setiap kali Keenan menggerakkan pisaunya diatas kulit Marleen, ia menjerit luar biasa sampai sepertinya gendang telingaku mau pecah.
"HENTIKAAAANN!!! BUNUH SAJA SAYA!! TOLONG!! JANGAN SIKSA LAGI-" Marleen terus meronta.
Kini Keenan telah berhasil melubangi daerah dada sampai ke pusarnya. Menampilkan organ dalam tubuh Marleen yang saling bertumpuk dan berdenyut seirama.
Grace kembali mengambil alih. Tapi lalu ia mundur kembali.
"Ada apa Grace?" Tanyaku.
"Sepertinya aku ngga yakin." Ucap Grace. "Aku takut membunuhnya. Dia sangat berbeda dengan serangga-serangga itu."
Ed dari sudut bangkit dari tempat duduknya. Lalu ia mendekati Grace dan mengambil alih pisau yang dipegangnya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, diiringi dengan jerit kesakitan dari mulut Marleen, Ed mengeluarkan satu per satu organ tubuhnya. Ia melakukannya sangat cepat. Sampai-sampai aku hampir berpikir dia sedang membedah ayam, bukan manusia.
Sampai terakhir ia mengeluarkan jantung Marleen dari rongga dadanya dan memasukkannya ke alat khusus dengan hati-hati. Jantung itu berhenti berdetak beberapa detik sebelum akhirnya berdenyut lagi di dalam sebuah kotak kaca.
Marleen kini sudah tidak bernyawa. Matanya terbuka dengan raut wajah menahan sakit yang sangat lucu menurutku. Kurasa sebelumnya dia tidak pernah tergores selain oleh kertas baru. Makanya reaksinya sangat bagus tadi.
Pembedahan kali ini selesai. Setelah mencongkel mata Marleen, Ed memberikan sisanya pada Keenan. Untuk menguliti dan memotong-motong bagian tubuh seperti kaki dan tangan. Aku hanya membantu membersihkan darah yang berceceran di lantai. Dan kini aku tahu satu hal mengenai Ed. Dia adalah ahli bedah dalam keluarga ini.
***
আPrevious: Propose
আNext: Guerrilla
Grace mengambil pisau kecil dari meja lalu mendekati tubuh Marleen.
"Pastikan kau jangan langsung membunuhnya, sayang." Ucap Ed dari sudut dengan nada penuh kasih.
"Yap." Gumam Grace yang kini menaiki bangku kecil untuk melihat wajah Marleen yang lebih tinggi darinya.
Grace meneliti tiap senti kulit wajah wanita di depannya.
Kulihat Marleen mulai mendapatkan fokus pandangannya. Dan pemandangan pertama setelah tersadar dari palsied adalah wajah seorang gadis kecil yang menatapnya dengan tatapan siap memangsa.
"Siapa kamu adik kecil?" Ucap Marleen yang kesadarannya belum penuh.
"Your deadly angel." Jawab Grace dengan raut wajah datar.
Marleen mencoba menggerakkan tangannya. Namun saat itu ia menyadari bahwa tidak ada satupun bagian tubuh yang bisa digerakkannya selain bernafas, berkedip dan berbicara. Ia mulai dapat menangkap bayangan sosok Keenan dan aku dalam bola matanya.
"Hey kalian siapa? Kenapa saya ada disini? Apa yang kalian lakukan?" Marleen berkata sambil meronta-ronta. Raut wajahnya berubah panik.
Aku mendekati tubuh Marleen. "Hai Marleen, aku Sheerin. Aku dan pacarku juga adiknya akan memisahkan organ tubuhmu. Mohon kerjasamanya ya." Ucapku sesantai mungkin lalu tersenyum.
"Kau gila! Kalian semua gila! Ini pasti mimpi!" Marleen mulai berteriak.
Sementara tanpa disadari, Grace sudah mendapatkan daun telinga sebelah kanan milik Marleen. Darah mengalir segar dari lubang yang tadinya terdapat daun telinga dengan sebuah anting-anting berwarna perak yang manis.
Marleen menjerit sampai sepertinya tenggorokkannya akan keluar ke mulutnya.
"Pilihan yang unik untuk memulai, Grace." Ucap Ed dari sudut.
Grace menoleh ke arah kakaknya seraya menyunggingkan senyum polosnya yang biasa. Lalu ia menuruni bangku kecil nya dan meletakkan daun telinga Marleen di sebuah baki kaca. Kemudian kembali menghadapi Marleen.
"KALIAN GILA!!!" Marleen kembali berteriak ketika Grace berhasil melepaskan daun telinga yang satunya.
Sekarang sisi kanan dan kiri kepala Marleen menjadi aneh tanpa adanya daun telinga.
"Kak Kee, kau bisa bantu aku untuk membelah bagian perutnya? Aku sepertinya agak kesulitan." Ucap Grace.
"Tentu." Ucap Keenan seraya mengambil sebuah pisau dan mendekati tubuh Marleen.
Perlahan, Keenan menempelkan mata pisau ke kulit Marleen dan menyebabkan Marleen mengeluarkan banyak sekali darahnya. Setiap kali Keenan menggerakkan pisaunya diatas kulit Marleen, ia menjerit luar biasa sampai sepertinya gendang telingaku mau pecah.
"HENTIKAAAANN!!! BUNUH SAJA SAYA!! TOLONG!! JANGAN SIKSA LAGI-" Marleen terus meronta.
Kini Keenan telah berhasil melubangi daerah dada sampai ke pusarnya. Menampilkan organ dalam tubuh Marleen yang saling bertumpuk dan berdenyut seirama.
Grace kembali mengambil alih. Tapi lalu ia mundur kembali.
"Ada apa Grace?" Tanyaku.
"Sepertinya aku ngga yakin." Ucap Grace. "Aku takut membunuhnya. Dia sangat berbeda dengan serangga-serangga itu."
Ed dari sudut bangkit dari tempat duduknya. Lalu ia mendekati Grace dan mengambil alih pisau yang dipegangnya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, diiringi dengan jerit kesakitan dari mulut Marleen, Ed mengeluarkan satu per satu organ tubuhnya. Ia melakukannya sangat cepat. Sampai-sampai aku hampir berpikir dia sedang membedah ayam, bukan manusia.
Sampai terakhir ia mengeluarkan jantung Marleen dari rongga dadanya dan memasukkannya ke alat khusus dengan hati-hati. Jantung itu berhenti berdetak beberapa detik sebelum akhirnya berdenyut lagi di dalam sebuah kotak kaca.
Marleen kini sudah tidak bernyawa. Matanya terbuka dengan raut wajah menahan sakit yang sangat lucu menurutku. Kurasa sebelumnya dia tidak pernah tergores selain oleh kertas baru. Makanya reaksinya sangat bagus tadi.
Pembedahan kali ini selesai. Setelah mencongkel mata Marleen, Ed memberikan sisanya pada Keenan. Untuk menguliti dan memotong-motong bagian tubuh seperti kaki dan tangan. Aku hanya membantu membersihkan darah yang berceceran di lantai. Dan kini aku tahu satu hal mengenai Ed. Dia adalah ahli bedah dalam keluarga ini.
***
আPrevious: Propose
আNext: Guerrilla
0 comment:
Posting Komentar
Come share to us !!