Delmora The Ocean’s Princess
Created By:
Safitri
Tsa’niyah
Bab 5
Kabur
Oliver membiarkanku hidup sehari lagi. Setelah pertemuan
kami di dermaga kemarin, aku diperbolehkan kembali ke pulau bersama ibu. Aku
mulai muak berada di pulau. Bagiku ini bukanlah liburan terindah. Akhirnya aku
memaksa ibu untuk berkemas dan pulang.
Awalnya ayahku melarang. Dia bilang aku akan terancam
bila jauh-jauh dari pantai. Tapi aku tidak mau mendengarkannya. Aku benar-benar
muak.
Sambil menangis, ibu memberikan ciuman terakhirnya pada
dewa laut itu. Ayahku tidak bisa mencegah kami pergi. Dan kini nasib Poseidon
dan Athena ada di tanganku dan Oliver. Aku ngga tau, mungkin Oliver sedang
menungguku menjauh dari laut dan mulai membinasakanku. Athena perencana yang
baik. Dia ngga mungkin salah perhitungan.
==
“Kamu ngga apa-apa, sayang?” Ibu berkata dari balik pintu
kamarku.
Tiga hari lalu sejak pulang dari pulau, aku tidak mau
keluar kamar. Aku tidak ingin melakukan apa-apa kecuali bertemu dengan Oliver.
Walaupun aku tidak tahu bagian tubuh mana yang tersisa dariku setelah aku
menemuinya. Ibuku sengaja mengunci pintu kamarku. Tapi dia tak sepenuhnya ingin
menghukum. Ia sangat khawatir dengan keadaanku. Walaupun tetap, ia tidak mau
membukakan pintu kamarku.
Aku mulai merasakan apa yang dibilang Oliver. Kesepian.
Dan saat ibuku sedang pergi keluar untuk belanja, aku menggunakan kesempatan
ini untuk kabur. Langsung saja kupecahkan kaca jendela kamar dan melompat ke
kolam renang. Air menarikku begitu saja, sehingga benturan yang harusnya keras
dan menyakitkan, terasa seperti melompat ke dalam jelly raksasa.
Aku berlari sepanjang jalan rumahku dan langsung
melanjutkan naik bis menuju rumah Oliver. Orang-orang di bis memandangi aku
dengan tatapan aneh. Semua mata tertuju ke tas punggung yang kugendong. Dari
dalamnya tampak gagang pedang bertatahkan batu safir yang mengilap terkena
cahaya matahari. Sebagian menatap ketakutan, sisanya mungkin tidak tahu apa itu.
==
Tiba di depan rumah Oliver, aku merasa ada yang
benar-benar aneh. Apa yang terjadi padanya? Aku mulai ketakutan. Lalu tiba-tiba
aku mendengar teriakan seseorang dari dalam rumah. Oliver. Tanpa berpikir lama,
aku membuka gerbang dan menempelkan telinga di daun pintu lekat-lekat. Oliver
sedang dihukum.
“Maafkan aku, Ma.” Oliver merintih-rintih.
“Membawa gadis itu kesini saja kamu tidak bisa! Bagaimana
bisa aku membanggakan kamu sebagai anakku?” Maki seorang wanita.
“Aku berusaha. Tapi rumah itu dilindungi.” Oliver mencoba
membela diri.
“Aku tidak minta alasanmu! Kau tahu kan, apa resiko kalau
kamu tidak berhasil membawa anak Poseidon padaku?” Jerit wanita itu lagi.
“Akan kubawakan dia. Tapi kau jangan pergi.” Oliver
memohon.
Aku merasa benar-benar aneh sekarang. Setahu yang kubaca
di google, Athena adalah wanita yang baik danbijaksana. Tapi kenapa dari nada
suaranya dia tampak keji dan bengis? Sesuatu di belakang kepalaku berteriak
untuk masuk dan mencari tahu. Tapi akal sehatku berkata, kalau aku masuk
sekarang, aku akan mati sia-sia. Aku menempelkan lebih lekat lagi daun telinga
ke daun pintu. Tapi tiba-tiba kesunyian menyelimuti ruangan dalam rumah itu.
Aku menjauh dari pintu secepat yang kubisa. Tapi ternyata
seseorang telah berhasil menangkapku sebelum aku berhasil mencari tempat
persembunyian.
“Apa yang kamu lakukan disini, Delmora?” Ucap Oliver
sambil memegangi lenganku dengan genggaman yang kuat.
Aku memandang wajah Oliver dengan tatapan ketakutan.
Mungkin dia akan langsung membawaku pada ibunya. Tapi ia malah menarikku keluar
rumah dan menjauhi rumahnya. Wajahnya juga memancarkan ketakutan yang luar
biasa.
Kira-kira seratus meter dari gerbang rumahnya, ada sebuah
taman kecil. Oliver membawaku kesana dan menghadapiku. Tiba-tiba saja dia
memelukku dengan panik dan sangat erat. Aku membalas pelukannya walaupun aku
masih bingung apa yang sebenarnya terjadi.
“Oliver, apa yang terjadi?” Aku memberanikan diri
bertanya dari dalam pelukannya.
“Aku sayang kamu, Delmora.” Jawab Oliver dengan suara
gemetar.
“Aku tau, Oliver. Tapi ada apa antara kamu dan ibumu?”
Tanyaku lagi.
Oliver melepaskan pelukannya. Wajahnya tampak sedang
memikirkan sesuatu yang sangat berat. Matanya sayu seakan tidak tidur puluhan
jam.
“Kamu kenapa?” Tanyaku lagi.
“Aku ngga tau bisa menyelesaikan tugasku dengan baik atau
engga.” Jawabnya lirih.
“Kalau kamu emang benar-benar harus bunuh aku, aku akan
mati untuk kamu.” Ucapku akhirnya.
Oliver tersentak kaget. Aku ngga tau apa yang ada
dipikirannya, tapi kayaknya dia ngga setuju sama apa yang tadi kuucapkan.
“Kamu ngga ngerti, Delmora. Aku juga ngga mau kamu mati.
Ditanganku.” Ucapnya.
“Tapi ibu kamu bilang—“
“Dia bukan ibuku.” Ucap Oliver. “Tapi dia tau dimana
ibuku.”
“Apa maksud kamu?”
“Begini Delmora, ada satu orang yang berencana mengadu
domba orang tua dewa kita. Karena dia tau, Athena akan dibela Zeus dan Poseidon
akan hancur. Dia sangat ingin membalas dendam pada Poseidon karna sudah
meninggalkannya begitu aja.”
“Maksud kamu, Athena ngga benar-benar mau meluaskan
wilayahnya ke lautan?”
“Ngga, Delmora. Orang itu udah lama membenci Athena sejak
dia diubah jadi monster. Dan dia mau mempergunakan Athena untuk balas dendamnya
yang lain ke Poseidon. Dia menahan Athena di suatu tempat. Dia pura-pura jadi
mamaku biar aku mau bawa kamu kepadanya.”
“Tapi kamu lebih pinter dari dugaannya.”
“Ya, aku langsung tau kalau dia bukan Athena. Kamu bisa
tebak siapa dia?”
Aku berpikir. Dia adalah orang yang diubah menjadi
monster oleh Athena, ditinggalkan oleh Poseidon, dia pasti orang yang ngga
asing dalam cerita Dewa Poseidon maupun Dewi Athena.
“Ngga mungkin Medusa, kan?” Ucapku setelah beberapa menit
berpikir.
“Kenyataannya begitu, Del.” Jawab Oliver sedih.
Sekarang aku benar-benar bingung. Medusa itu dulunya
pacar ayahku. Cewek yang dikencaninya di kuil Parthenon. Lalu Athena murka dan
mengubah Medusa menjadi gorgon. Yang aku takutkan adalah tatapan mata Medusa
katanya bisa mengubah siapa pun menjadi batu. Tapi bagaimana cara pacarku bisa
selamat tinggal bersama orang seperti itu?
“Baik, menurut sumber yang pernah kubaca, Medusa pernah
dibunuh, kan? Ayo kita bunuh dia lagi.” Ucapku sok berani.
“Aku juga sedang merencanakan hal itu. Tapi kita harus mengatur
strateginya dengan tepat. Kita pasti akan mati sebelum mencapai lehernya.”
“Ya, kamu benar. Jadi, apa rencananya?”
“Tenang saja, Athena selalu punya rencana.”
Lalu Oliver memberitahuku rencana yang selama ini sudah
dipikirkannya matang-matang. Cukup mengerikan, tapi itu brilian.
Kami akan menipu Medusa dengan mempura-purakan aku sudah
mati. Lalu setelah Oliver membawaku ke hadapannya, aku akan menebas kepalanya
secara tiba-tiba.
==
“Dari mana saja kamu?” Tanya Medusa begitu Oliver membuka
pintu rumah. Dari nadanya, tampaknya suasana hati Medusa tidak membaik.
“Cuma jalan-jalan aja.” Jawab Oliver tenang.
“Kau masih bisa jalan-jalan. Sementara aku disini
menunggumu membawa gadis itu!” Medusa berteriak.
“Tenanglah, Ma.” Oliver merajuk.
“Kau tahu Athena tidak bisa ditipu! Aku tahu kamu pasti
habis bersama gadis itu kan!” Medusa berteriak makin keras dan mungkin hampir
membuat gendang telingaku berlubang. Aku masih bersembunyi di luar rumah.
“Kita ngga akan bisa bawa Delmora kesini dengan cara
kekerasan, Ma. Biarkan aku bawa dia dengan caraku.”
Aku heran mendengar nada suara Oliver yang begitu tenang.
Karena aku tau hatinya saat ini tidaklah setenang suaranya itu.
“Kamu terlalu mengulur waktu, Oliver!” Maki Medusa. “Atau
jangan-jangan kamu benar-benar jatuh cinta pada putri Poseidon itu!”
DEG. Kini hatiku tersentak seperti baru saja dijatuhkan
dari ketinggian seribu meter. Ngga mungkin kan Oliver pacaran sama aku selama
ini cuma karena itu? Dia benar-benar sayang sama aku, kan?
“Hahaha. Mama, mana mungkin aku jatuh cinta sama anak
Poseidon. Dari dulu Athena selalu ngga akur kan dengannya?” Oliver berkata
dengan nada keji yang ngga pernah aku dengar. Apa benar Oliver ngga sayang sama
aku? Aku mulai bimbang. Mana yang harus aku percaya?
“Untunglah kamu masih mengingat darah kebencian Athena
pada Poseidon mengalir di darahmu.” Ucap Medusa kini mulai tenang. “Baiklah
sayang, mama akan memberikan kamu kesempatan untuk membawa gadis itu kesini
dengan caramu.”
“Terima Kasih, Mama.”
Lalu kesunyian menyusul beberapa menit kemudian.
Previous:
Bab 4 (Masalah Dengan Air?)
Next:
Bab 6 (Berburu Ular)
Previous:
Bab 4 (Masalah Dengan Air?)
Next:
Bab 6 (Berburu Ular)
0 comment:
Posting Komentar
Come share to us !!