Rabu, 27 September 2017

23. The Brighter Dark ~~ The Little You Know The Little Chance You'll Die



It is too dark to see much.

Aku segera bangun dari dudukku. Aku tidak mengenali suara klakson mobil yang berbunyi itu. Tapi jelas sekali kalau mobil itu berhenti tepat di depan rumahku. "Sebentar ya." ucapku pada Diva dan Doni. Lalu aku keluar.

Sebuah mobil berwarna biru dongker berhenti di depan pintu gerbang rumahku. Aku melihat seseorang dibalik kemudi yang ternyata adalah pacarku tercinta. Tapi mobil itu bukanlah milik Keenan. Aku membuka pintu gerbang dan membiarkan Keenan masuk. Dengan gelagat yang sedikit terburu-buru, Keenan menghampiriku.

"Apa yang dia lakukan disini?" Tanya Keenan dengan nada waspada.

Aku hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Apa yang kamu lakuin disini?" tanyaku.

"Aku khawatir sama kamu tentu aja." jawab Keenan.

"Tapi kalau kamu disini dan ketemu dia, kemungkinan dia bisa ingat kejadian itu." ucapku.

"Sepertinya sudah saatnya mengingatkan dia soal itu." jawab Keenan.

"Kamu serius?" tanyaku.

"Ayo kita masuk." jawab Keenan sambil mengajakku masuk kembali ke dalam rumah.

Saat aku dan Keenan tiba di ruang tamu, Diva dan Doni sedang mengobrol seru. Sudah lama sekali aku tidak melihat Diva senyaman itu bersama dengan orang selain aku. Rasanya seperti sebuah logam panas mengalir ke perutku. Aku tidak mau Diva bahagia bersama orang lain.

Diva menoleh padaku dan Keenan ketika mendengar suara langkah kaki kami mendekat. "Hai Kee." sapanya sambil tersenyum ke arah Keenan.

"Halo Diva. Apa kabar kau? Kudengar kau mengabaikan pacarku weekend kemarin?" ucap Keenan dengan nada lembut dan bersahabat tapi jelas sekali beracun.

"Aku baik. Maaf kalau kemarin aku lupa waktu. Aku bersama pacar baru, kau lihat?" jawab Diva disusul sedikit tawa sambil melirik Doni.

"Jadi ini pacarmu?" tanya Keenan.

Diva dan Doni berdiri. "Kenalkan, aku Doni." ucap Doni sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Keenan." ucap Keenan sambil menjabat tangan Doni yang terulur.

Aku tidak tahu apa yang dirasakan Doni ketika tangan mereka bersentuhan. Tapi mereka berjabat tangan cukup lama dan dengan urat otot yang kelihatannya menegang.

Saat akhirnya mereka saling melepas jabatan tangan, Keenan mengambil tempat duduk tepat di sebelahku. Lalu kami berempat duduk dalam diam untuk beberapa saat.

Diva menyebarkan pandangan ke mata tiap orang. Jelas sekali ia mulai terganggu dengan kesunyian ini.



--Doni POV--

Sheerin baru saja kembali dari luar bersama dengan seorang cowok yang sekiranya seumuran denganku. Aku yakin sekali baru pertama kalinya bertemu dengan cowok ini. Tapi entah kenapa aku merasa kalau aku pernah berurusan dengan dia sebelumnya. Tapi aku berusaha se-natural mungkin.

"Jadi ini pacarmu?" tanya dia.

Aku dan Diva berdiri. "Kenalkan, aku Doni." ucapku sambil mengulurkan tangan.

"Aku Keenan." ucap cowok itu sambil menjabat tanganku yang terulur.

Kami berjabat tangan cukup lama. Aku merasakan kebencian dari sentuhan tangan Keenan. Tatapannya seperti sedang melihat jauh ke dalam pikiranku.

Aku berusaha lebih keras untuk mengingat ada apa dengan cowok ini. Tiba-tiba rasanya jiwaku seperti dibawa terbang jauh.

Aku terbangun dalam bayangan kantin sekolah SMP ku dulu. Saat itu aku dan beberapa teman sekelasku sedang makan dan minum. Lalu pacarku dan gerombolannya menghampiri tempat duduk kami dan bergabung. Mereka tertawa-tawa dan saling bercerita kalau yang mereka lakukan di kamar mandi cewek tadi pantas dilakukan untuk anak aneh itu. Aku baru saja hendak menanyakan siapa anak aneh yang dimaksudnya, ketika seorang cewek dengan seragam olahraga memasuki kantin. Penampilannya tambah aneh karena selain saat itu dia tidak sedang dalam pelajaran olahraga, tubuhnya juga terlihat seperti baru saja keluar dari dalam selokan. Cewek itu adalah teman sekelas pacarku. Sekaligus teman sekelasku dulu, Sheraphyna Shine.

Dia melewati tempat kami duduk. Tatapan matanya sangat tajam dan aku hampir tidak percaya bahwa dia masih seumuran denganku. Karena tidak ada anak lain yang tatapannya setajam dia. Dia pun kulihat tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali satu orang.

"Hei lihat siapa yang datang. Apa kau harus memakai pakaian olahraga untuk menghitung rumus-rumus?" Ucap pacarku ketika Sheerin berpapasan dengannya.

Beberapa anak tertawa.

"Benar, setelah ini kita belajar matematika, bukan olahraga." Sambung yang lainnya.

Tiba-tiba saja, Sheerin membuat sebuah gerakan seakan dirinya tersandung. Aku yakin betul kalau dia melakukan itu dengan sengaja. Karena kulihat tidak ada satupun yang menghalangi langkahnya. Dan detik berikutnya minuman yang berada di depan pacarku tumpah ke meja.

"Hei, kau pikir apa yang kamu lakukan, aneh?!" Jerit pacarku sambil bangun dari duduknya. Beruntung minuman itu tidak mengenai seragam sekolahnya.

"Ma-maafkan aku. Aku tersandung." ucap Sheerin. "Akan kubelikan kau yang baru."

Pacarku tersenyum miring. "Tapi aku mau yang paling mahal." ucapnya kemudian.

Sheerin hanya menunduk dan memandangi sepatunya. "Kau mau minum apa?" tanya dia.

"Milkshake cokelat dengan tambahan toping cookies dan whip cream diatasnya." Ucap pacarku.

Sheerin hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan meja kami.

Sekitar beberapa menit berlalu. Sheerin kembali ke meja kami dengan membawa pesanan pacarku. Aku tidak mengerti mengapa ia menuruti permintaan pacarku ini. Harga milkshake yang dibelikannya 5 kali lebih mahal dari minuman yang ditumpahkannya. Dan lagi, dia ini baru saja dibully di kamar mandi anak perempuan. Kenapa juga dia masih mau berurusan dengan orang yang membully-nya?

Karena bel istirahat sudah berbunyi, aku pamit pada pacarku dan teman-temannya untuk kembali ke kelas.

Letak kelasku tepat di depan lapangan yang biasa dipakai untuk pelajaran olahraga. Setelah pelajaran matematika di kelas pacarku, mereka akan berada di lapangan untuk pelajaran olahraga. Biasanya aku sering membuat alasan keluar kelas kepada guru yang ada di kelasku agar aku bisa melihat pacarku. Namun ini aneh. Sudah sekitar 10 menit pelajaran olahraga hari itu dimulai, aku masih belum melihat pacarku di lapangan. Sementara anak-anak yang lain sudah melakukan pemanasan.

Dari ujung lapangan, aku melihatnya lagi. Sheerin seperti sedang menatap ke arah kelasku. Bukannya ikut olah raga, dia hanya duduk di pinggir lapangan.

Lalu di tengah kesunyian sekolah yang sedang dalam jam pelajaran, tiba-tiba terdengar seorang cewek berteriak dari lantai dua gedung sekolah. Aku dan teman sekelasku sontak saja keluar dari dalam kelas dan berusaha untuk tahu apa yang terjadi. Ternyata bukan kelas kami satu-satunya yang penasaran. Seluruh siswa sudah berada di luar kelas sekarang. Hanya ada satu kelas yang sepi. Kelas pacarku, karena mereka semua berada di lapangan. Tapi aku langsung ingat kalau pacarku tidak ada di lapangan. Tanpa komando apapun, aku langsung berlari secepat mungkin menuju kelasnya. Dan disana lah aku bertemu dengan salah seorang teman dekat pacarku. Ternyata dialah yang teriak begitu kencang. Kini ia terbaring di lantai, pingsan. Ada seorang cewek lagi terduduk di salah satu bangku paling belakang kelas dengan kepala terkulai lemas di meja. Cewek itu pacarku! Dia juga tidak sadarkan diri.

Aku mendekatinya. Namun aku panik ketika melihat lantai di dekatnya sudah dilumuri darah segar. Aku semakin mendekat dan menemukan beberapa potong jari manusia! "Oh Tuhan." gumamku ketika melihat bahwa jari-jari manusia di lantai itu adalah milik pacarku. Keempat jarinya putus dan menyisakan hanya jari tengah di kanan dan kiri telapak tangannya.

Saat itu aku langsung menyimpulkan kalau ada yang melakukan ini dengan sengaja kepada pacarku. Tidak mungkin dia memotong jarinya sendiri. Dan saat ditemukan, ia tidak sadarkan diri. Jadi kemungkinan sebelum jarinya putus, ia dibius terlebih dahulu. Tapi yang jadi misteri adalah, siapa orang di sekolah ini yang cukup gila untuk melakukan hal semengerikan ini?

Kalau pacarku benar telah dibius, pasti melalui makanan atau minuman. Aku berpikir sejenak. Oh tidak. Apakah benar Sheerin segila itu? Benarkah cewek sepertinya bisa melakukan hal ini? Aku merasa bersalah karena langsung menuduh Sheerin yang melakukan ini pada pacarku. Tapi minuman terakhir yang diminum pacarku hanyalah milkshake pemberiannya.

Para guru mulai berdatangan dan beberapa dari mereka mual melihat keadaan pacarku saat ini. Mereka segera memindahkan teman cewek pacarku dan menyuruhku menunggu di ruang guru. Aku menuruti perintah mereka dan berjalan menuju ruang guru. Dari lantai dua, kulihat semua siswa sudah dikumpulkan dan sedang diberi pengarahan oleh kepala sekolah. Aneh, tapi aku melihat ada seseorang yang mengajak Sheerin bicara. Setahuku dia tidak pernah bicara pada siapapun kecuali satu teman ceweknya. Tapi saat itu jelas sekali ada cowok yang mendekatinya dan bicara di samping tubuhnya. Dan sepertinya aku tidak asing dengan cowok itu. Dia satu angkatan denganku. Artinya dia adalah kakak kelas bagi Sheerin. Bagaimana Sheerin bisa mengenalnya? Sedangkan dengan teman sekelas saja dia tidak pernah berbicara.

"Err, kita harus mulai obrolan apa ya?" ucap Diva canggung, membuyarkan lamunanku dari ingatan yang tiba-tiba muncul tadi.

--


আPrevious: Guerrilla

আNext: Midst




0 comment:

Posting Komentar

Come share to us !!