Hari ini terasa asing. Aku tidak tahu akan kemana lagi kakiku membawaku. Aku sudah berjalan jauh. Tapi aku masih ada disini. Berputar di tempat yang sama. Aku tidak bisa pergi kemana-mana. Setiap aku berkata aku akan menghilang, kau selalu disana. Kau selalu menemukanku dan membawaku kembali padamu..
"Sheerin, kamu ngga lupa sama janji kamu kan?" Ucap Diva dari kejauhan memanggil namaku.
"Iya tenang aja. Aku kan ngga pernah ingkar janji." Jawabku.
Ya aku memang belum pernah ingkar janji pada siapapun. Aku akan selalu ada untuk mereka selama mereka menganggap aku teman. Aku orang yang setia dan mudah bergaul. Aku akan melakukan apa saja demi orang yang kusayangi dan aku tidak pernah mengeluh dengan hal yang tidak kusukai (setidaknya tidak dengan suara lantang).
Aku menangis dalam kegelapan. Aku sendirian. Aku selalu merasa sendirian. Aku tidak tahu bagaimana merasakan apa yang mereka rasakan. Aku bisa melihat yang mereka lihat. Tapi aku merasakannya dengan otakku, bukan hatiku.
"Siapa lagi kali ini, Va?" Tanyaku pada sahabatku itu.
"Namanya Doni. Dia anak kuliahan juga tapi beda satu tingkat diatas kita."
"Oke. Ketemu jam berapa kita?"
"Jam 3."
"Sip."
Sebenarnya Diva memintaku untuk menemaninya bertemu dengan cowok kenalannya. Padahal dia cantik dan pintar. Tapi dia selalu mau aku ikut setiap dia kencan pertama dengan cowok. Jujur saja aku kurang suka kalau dia kencan. Tapi aku tidak bisa menolak ajakannya karena aku sudah bilang ya.
Oh iya, aku juga punya pacar lho. Namanya Keenan. Aku pacaran sama dia sejak SMP dan masih terus sampai sekarang. Dia adalah segalanya bagiku. Apalagi setelah kedua orangtuaku meninggal dan saudara-saudaraku di penjara. Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain cowok itu. Dia yang selalu setia padaku.
Aku dan Diva menunggu di sebuah taman kota yang agak ramai. Diva memang tidak mau bertemu dengan orang asing di tempat yang sepi. Karena dia agak trauma dengan kesepian. Dia pernah diculik waktu SD dan di bekap selama 48 jam sebelum akhirnya polisi datang bersama ayahnya. Sayangnya saat itu ayahnya terkena tembakan dari pistol si penjahat dan meninggal di tempat dengan kepala bolong tertembus peluru.
"Kamu cantik." Ucapku menenangkan karena Diva berkali-kali mengecek tatanan rias nya di cermin bundar setelapak tangan.
"Aku gugup, Sher." Ucap Diva.
Kami tak menunggu waktu yang lama. Seseorang bernama Doni itu muncul dan menghampiri tempat kami berdua.
Aku memandang wajah Doni tanpa berkedip. Wajah itu..
Sepertinya aku pernah melihat wajah cowok itu di tempat lain dan waktu yang lain pula. Siapa dia sebenarnya? Mengapa aku merasa tak asing?
0 comment:
Posting Komentar
Come share to us !!