Kenapa kamu ngga bisa jadi 'bukan apa-apa' lagi buat aku? Kenapa kamu selalu kembali dan merusak semua yang aku miliki? Pada akhirnya selalu akan ada perpisahan pada setiap perkenalan. Namun kita tidak pernah berkenalan, apa kau tetap tidak akan menghilang?
Diva berjabatan dengan cowok bernama Doni itu. Aku tahu normalnya aku juga harus melakukan hal yang sama. Jadi kujabat tangannya. Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulitku, aku merasakan perasaan yang aneh. Ada apa sebenarnya dengan cowok ini?
Kami berjalan keluar dari area taman dan akan menuju ke sebuah tempat makan tak jauh dari sana. Diva dan Doni berjalan saling beriringan. Aku membuntut di belakang mereka sambil berbalas chat dengan Keenan. Beberapa kali aku mendapati Doni yang melirik ke belakang (tempatku berjalan) dan dengan tatapan yang susah ditebak. Apa maunya? Aku bahkan tidak mengingat siapa dia. Atau apakah dia mungkin mengingat sesuatu?
Tiba di depan pintu sebuah tempat makan (yang agak mewah) kami pun langsung memesan meja untuk 3 orang. Disana yang lebih sering ngomong adalah Diva. Doni tampaknya kurang tertarik padanya, aku ataupun hari itu, aku tidak tahu mengapa wajahnya datar seperti itu di pertemuan pertamanya dengan Diva.
"Sayangnya ini tahun terakhir kamu ada di kampus ya. Padahal aku baru kenal." Ucap Diva.
"Kamu tetep bisa hubungin aku kok. Lagipula aku juga akan cari kerja sekitar sini setelah lulus nanti." Jawab Doni.
Pesanan kami tiba. Aku memesan segelas milkshake cokelat untuk mengembalikan mood-ku. Lalu tiba-tiba aku merasa diperhatikan.
"Aku ke toilet sebentar ya." Ucap Diva.
Aku hanya mengangguk dan kembali menghadapi gelas milkshake yang sudah sangat menggoda.
"Kenapa kamu bisa punya teman?" Ucap Doni tiba-tiba membuatku tersentak kaget.
"Apa maksud kamu?" Tanyaku.
Doni tidak berkata apa-apa. Namun ia melototiku dengan tatapan sangat tajam. Seperti ditransfer memori, tiba-tiba ada beberapa kilasan bayangan di kepalaku. Seragam putih biru, gelak tawa anak-anak, toilet anak perempuan, kantin, Keenan. Aku berjengit ngeri. Aku ingat siapa dia!
"Kamu.." Ucapku terbata.
"Aku ngga takut sama kamu." Ucap Doni dengan menurunkan sedikit volume suaranya sampai hampir berbisik.
Tubuhku bergetar mendengar suaranya. Aku tahu dia tidak takut padaku. Aku tahu dia sangat menantikan saat kami akan bertemu lagi. Tapi kenapa sekarang? Aku bukanlah Sheerin yang dulu. Aku sudah berubah. Kenapa dia kembali?
"Kalian mulai akrab kayaknya." Ucap Diva mengagetkanku.
Diva kembali dengan riasan wajah yang lebih fresh. Sepertinya dia ke toilet untuk touch up. Dan itu tandanya berarti dia menyukai Doni. Tugasku sudah selesai. Aku harus pergi. Aku memang harus menjauhi cowok bernama Doni itu.
Keenan tiba. Dia datang untuk menjemputku setelah sebelumnya aku mengabarinya lewat line. Aku tidak menunggu dia masuk ke resto untuk menghindarkan dia bertemu dengan Doni. Aku tidak mau membuat masalah lagi.
"Pacarku sudah jemput. Aku pulang duluan ya. Kalian selamat bersenang-senang." Ucapku sambil berlalu keluar dari resto.
Aku masuk ke dalam mobil Keenan dan mencium kedua pipinya.
"Kali ini cowoknya menarik?" Tanya Keenan.
"As usual. Aku ngga yakin Diva bisa bertahan." Ucapku.
"She should learn from you." Ucap Keenan.
Keenan itu sesosok cowok yang bisa dibilang ganteng banget (kalopun misalnya aku bukan pacarnya aku akan tetap bilang dia ganteng banget), tingginya sekitar 1,8 m dengan kulit berwarna putih pucat dan bobot tubuh ideal. Ah ya warnya rambutnya cokelat tua hampir ke hitam dengan bola mata hitam pekat dan hidung mancung alami sempurna. Selama kami pacaran, sekitar 3 lusin cewek mencoba memisahkanku darinya. Tapi tak berhasil. Aku lebih sempurna untuknya daripada mereka. Dan aku merasa tidak sendirian selama aku bersama Keenan.
"Sayang, kamu ingat Doni?" Tanya Keenan.
"Emm.."
0 comment:
Posting Komentar
Come share to us !!